5. Pulau Taka

1.8K 246 17
                                    

Hari mulai terang, cuaca sangat cerah. Apa yang tak tampak di malam, semua terlihat jelas ketika siang. Tempat mereka saat ini adalah sebuah lembah dikelilingi bukit batu granit berwarna hitam dan kemerah-merahan. Lanskap berdinding cadas dan curam menjulang tegap dan lurus ke langit. Para Shinobi sendiri terdampar di secuil area tertutup batu pula sehingga tak terlihat ada hamparan hijau, aliran sungai yang jernih dengan air terjun membual dari dua sisi batu.

Kelelahan menjadikan tidur semakin pulas, para Shinobi enggan untuk membuka mata sedikit pun. Namun, perut kosong tak bisa dibohongi dalam urusan minta diisi bahkan beberapa berbunyi dan terdengar sangat nyaring.

Kruuuk ....

"Choji, itu suara kentut apa suara perutmu?"

"Aku ... aku lapar, Shino. Kau tahu sendiri beberapa hari kita tak memakan apa pun. Bukan takut kurus, tapi gemuk adalah kekuatanku."

Obrolan pun tetap tutup mata. Selain berat juga bisa untuk menahan rasa lapar. Namun, ada beberapa ninja yang sudah duduk mengamati keadaan sekitar.

"Pasti ada makanan di sekitar sini. Kita harus semangat untuk mencarinya. Ayo, Kawan-kawan! Kita harus semangaaat!"

"Leeee! Berisik!"

"Sakuraaa ... kau bicara padaku? Kyaaaaa ...."

Teriakan dan kehebohan yang ditimbulkan oleh dua ninja penyuka warna mencolok membangunkan seluruh Shinobi. Mereka membuka mata dan melihat Sakura mengejar Rock Lee. Namun, si pria tampak mengalah dan membiarkan tubuhnya terkena pukulan bertubi-tubi.

"Apa yang kalian lakukan? Seperti anak kecil!"

"Hei, Pig! Bilang saja kau ini iri!"

"Oh, buat apa aku iri padamu, Jidat! Tak ada hal padamu yang membuatku iri!"

Tubuh tinggi, ramping, cantik jelita, iris mata bak permata Emerald, bibir merah muda dan tipis, jidat lebar menandakan kecerdasan. Hanya satu yang membuat Sakura minder, Ino selalu mengejeknya sebagai dada rata karena ukuran payudara sangat kecil dibanding Kunoichi lain. Namun, satu cela tidak mengurangi rasa suka ninja-ninja pria. Sebut saja Naruto yang mencintainya setengah mati, Lee terang-terangan menunjukkan rasa suka, Sai memendam rasa tersendiri. Bahkan mungkin sang guru--Kakashi--sendiri tertarik pada muridnya. Kuat, pintar, tegas, berani, suka menolong teman, ia bagai primadona di mata para laki-laki.

Kruuk ....

"Ah, adakah sesuatu untuk dimakan di tempat seperti ini? Kita tak memiliki sesuatu apa pun untuk dimakan."

"Choji, kali ini aku sependapat denganmu. Aku juga sangat lapar sekali."

Kaing!

"Kau juga lapar, Akamaru?"

Kaing!

Para Shinobi menatap penuh arti ke binatang kesayangan Kiba. Bukan marah maupun senang, tetapi lebih ke urusan perut. Wajah-wajah kelaparan penuh liur membayangkan sekerat daging anjing guling.

"Hei, kenapa kalian menatap anjingku seperti itu? Kalian tak bermaksud memakannya, bukan?"

"Untuk hal yang mendesak, kawan bisa menjadi lawan!"

"Kau ini bicara apa, Shikamaru?! Awas saja jika kalian menyentuh Akamaru seujung kuku pun, akan kupatahkan leher kalian!"

"Ayaaaaah! Ayaaaah! Lihat! Kelinci ini cantik sekali, bukan?"

Saat para Shinobi masih pulas, ternyata si kecil Hanabi dengan sifatnya yang lincah dan riang telah menjelajah lembah. Ia muncul dari balik batu menggendong seekor kelinci putih yang sangat gemuk. Mata-mata kelaparan beralih tertuju pada binatang lucu di tangan si bungsu Hyuuga.

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang