-8-

946 180 24
                                    

Taehyung kira, Yoongi tak serius akan ucapannya. Taehyung kira, Yoongi tetap akan membalas pesan dan menerima panggilan teleponnya. Tapi nyatanya sudah dua hari sejak pertemuan malam itu, sikap Yoongi berubah. Yang lebih parah, ponselnya sering sekali tidak dalam keadaan aktif. Taehyung total kelabakan. Rencana yang semula disusunnya bersama Seokjin hancur sudah.

"Gue udah bilang kan, orang yang straightforward kayak Yoongi jangan kelamaan lo anggurin. Dia pasti ngerasa capek banget," Seokjin berucap sembari meletakkan minuman pesanan Taehyung.
"Udahlah, jujur aja sama dia sebagaimana dia ke lo. Bilang semua yang lo rasain, ngga usah kelamaan mikir. Hilang beneran pusing sendiri kan lo?"

Taehyung mau tak mau harus membuat keputusan. Ia tak bisa membiarkan perasaannya tergantung begitu saja. Begitupun dengan Yoongi, mana bisa ia biarkan Yoongi pergi tanpa tau apapun dari dirinya.

...

"Kok lo ke sini?" Namjoon tersentak kaget melihat Yoongi datang ke studio di saat member lain menikmati libur tiga hari mereka.

"Sengaja," jawab Yoongi sekenanya, "Ada makanan ngga?"

"Ramyun ada tuh. Masak sendiri tapi," tunjuk Namjoon yang masih berkutat dengan laptopnya. "Eh, serius lo ngga mau liburan? Masih nyisa dua hari lumayan kan."

Yoongi gelengkan kepala, "Ngga ada planning ke mana-mana gue. Ortu juga lagi pergi sendiri. Berhubung di apart gabut, ya udah gue ke sini aja. Seenggaknya ada yang masih bisa gue lakuin."

"Itu si Taehyung? Bukannya lo mau kangen-kangenan sama dia ya dari sebulan lalu?"

Tangan Yoongi yang hendak mengambil panci sontak tergantung di udara. Ia lantas meringis jengah, "Kayaknya gue ngga bisa lagi ngarepin dia deh, Joon."

Namjoon jelas terkejut mendengar itu, sesaat ia abaikan laptopnya demi menghampiri Yoongi di dapur. "Hah? Gimana?"

"Lo tau kan kalo gue ngga pernah nungguin orang lebih dari tiga bulan? Sama si Taehyung ini- ah udahlah, males gue," Yoongi mengibaskan tangannya. Ia kemudian menuangkan air ke dalam panci untuk memasak ramyun.

Namjoon mengangguk, ia cukup paham hanya dengan melihat ekspresi dan gestur Yoongi saat ini. Ia pernah melihat ekspresi yang sama ketika Yoongi menerima keputusan Jaebum untuk berpisah beberapa tahun lalu. Wajahnya tak terlihat sedih, apalagi sembab karena menangis. Yoongi selalu nampak tenang di manapun dan dalam situasi apapun. Tapi jika Yoongi sudah menunjukkan gerak-gerik bak orang linglung, tak tau apa yang ingin dia lakukan, suka berucap di luar nalar, pastilah Namjoon bisa dengan cepat menyadari kalau ada sesuatu yang salah dengan sahabatnya itu.

"Jadi lo mau lupain dia?" tanya Namjoon kemudian. Yoongi yang tengah mengaduk ramyunnya hanya menoleh sembari anggukkan kepala.

Namjoon tersenyum tipis, ia tepuk bahu Yoongi sebelum kembali pada pekerjaannya. Membiarkan Yoongi terhanyut dalam pikirannya sendiri.

...

Pukul delapan malam Yoongi meninggalkan studio setelah seharian berkutat dengan gitarnya demi sebuah lagu. Perasaannya belum membaik, tapi paling tidak pikirannya berhasil teralihkan. Apalagi keputusannya untuk mematikan ponsel sangat membantu pemulihan hatinya. Untung dia memiliki ponsel cadangan di mana segala pekerjaan sudah ia back-up ke sana.

"Ah, kok lapar ya. Warung seafood jam segini masih ramai ngga ya?" Yoongi bertanya sendiri. Kakinya berjalan santai menuju tempat makan yang tak jauh dari studio itu. Tapi seketika ia berhenti, teringat bahwa di sanalah ia melihat Taehyung pertama kali. Bibirnya sunggingkan senyum miris, tapi ia putuskan untuk tetap berjalan. Ia tak sepengecut itu hanya karena sepintas kenangan yang cukup menyebalkan.

GULALI (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang