Bab 19 : Khawatir

6.6K 472 20
                                    

Hingga hari menjelang malam El masih saja rewel. Jika, tubuh kita terasa sakit. Terkadang, kita juga ingin menangis. Tapi kita bisa membicarakan sebelah mana yang terasa sakit,atau langsung berkonsultasi kepada dokter tentang rasa sakit kita.

Bagaimana jika hal tersebut, terjadi kepada bayi atau balita yang belum bisa bicara. Satu-satu cara menggambarkan rasa sakit mereka melalui menangis. Bila juga sangat memahami itu,walau terkadang rasa jengkel dan capek melebur menjadi satu. Bila segera menepis jauh perasaan jeleknya.

Bagi kalian yang sudah menjadi seorang ibu muda seperti Bila. Kalian harus banyak bersabar dan menikmati prosesnya. Sakitnya anak adalah cara orang tua untuk lebih banyak belajar.

Sama seperti Al, ketika sakit El juga tidak mau lepas dari gendongannya. Sedari tadi Akmal terus mencoba,tetapi ketika El sudah ada digendongnya. El akan menangis,dan berhenti ketika tubuh kecilnya sudah kembali digendongan Bila.

Akhirnya Akmal pun pasrah, dirinya hanya duduk diranjang bersama dengan Al yang juga sedang memperhatikan sang bunda. Biasa Al akan cemburu ketika melihat kedekatan sang bunda dan adiknya. Tapi semua itu tidak terjadi pada malam ini. Al melihat dengan jelas, perhatian dan kasih sayang bunda kepada adiknya sama besarnya dengan rasa sayang kepada dirinya. Yang dilakukan bundanya saat ini, sama seperti yang dilakukan bundanya saat Al sakit.

"Ayah adek baik-baik aja kan ?" Al memandang wajah Akmal dengan wajah polos dirinya.

"Alhamdulillah, baik-baik aja kakak khawatir ya" Akmal mengusap rambut Al dengan sayang. Semoga ini adalah sebuah tanda bahwa Al telah menerima adiknya.

"Kok, nangis terus sih. Biasanya kalau Al nangis terus itu rasanya sakit banget. Biasanya kepala Al itu sakit nyut-nyut gitu. Terus hidung Al juga mampet,mau ngomong tenggorokannya juga sakit" Al menceritakan begitu tersiksa dirinya ketika sakit flu beberapa waktu yang lalu. Mungkin saja saat ini adiknya merasakan hal yang sama.

Mendengar cerita dari sang anak, Akmal tertawa dengan pelan. Gemas, melihat Al yang dengan semangat menceritakan perasaannya selama sakit. Inilah Al yang sebenarnya seorang anak laki-laki yang cerewet.

"Insyaallah adek baik-baik aja, berbeda dengan kakak yang bisa langsung mengatakan dimana letak yang sakit. Adek cuma bisa bisa menangis, karena belum bisa bicara. Menangis adalah satu cara adek berkomunikasi dengan kita. Jadi, kakak jangan merasa takut atau kesal saat adek nangis. Kakak harus bersyukur adek sedang memberi tahu tentang keadaannya." Wajah polos Al, semakin membuat Akmal merasa gemas. Rasanya Akmal ingin sekali menggigit Al.

Bila menidurkan El ditengah-tengah mereka. Sedari tadi Bila sayup-sayup mendengar percakapan antara Al dan Akmal. Bila mencium kening dengan sayang,mengusap lembut rambut hitam Al. Harusnya sedari dulu Bila melibatkan Al, dalam proses tumbuh kembang sang adik. Rasa sayang akan tumbuh dengan sendirinya.



Bersambung

2. Al dan Adek (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang