Semenjak kejadian adiknya yang diminta Arkan. Al lebih sering menghabiskan waktunya dengan sang adik. Al, sedikit demi sedikit dekat dengan adiknya. Tidak ada lagi raut wajah keberatan yang ditampilkan Al saat Bila meminta tolong untuk menemani El. Al dengan suka rela melakukannya.
"Adek liat ada cicak loh diatas" Al menunjukan cicak kecil kepada adiknya. Bukannya memandang keatas El malah memandang wajah sang kakak sambil tersenyum.
" Kok, malah lihat sini sih" Al merasa heran dengan sang adik. Apa mungkin, wajahnya ini lebih lucu dari cicak sehingga adiknya lebih memilih memandangnya dari pada cicak.
"Adek tau enggak lagu cicak cicak di dinding" ditatap lama-lama dengan sang adik Al kan jadi salah tingkah.
"Kamu cepat gede dong, nanti kita main bola bareng. Masa dari tadi cuma senyum-senyum aja. Jangan lihatin terus malu tahu !" Lama-lama Al merasa bosan dengan reaksi sang adik. Sedari tadi hanya senyum dan tawa kecil yang adiknya tampilkan.
Bila mendengarkan perkataan Al dari belakang pintu yang terbuka. Rasanya sangat lucu. Awalnya, Al sangat antusias bermain dengan adiknya. Tapi lama-lama Al bosan. Hal itu juga tidak luput dari perhatian Bila. Tapi ini merupakan kemajuan yang sangat bagus bagi Al dan adiknya.
"Adiknya kan, masih kecil kak belum bisa jalan juga. Kakak yang sabar ya." Akhirnya, Bila mendekati Al yang duduk diatas ranjang nya. Wajah polos selalu menjadi tatapan favorit bagi Bila.
"Katanya dulu, kalau Al punya adik. Al ada temen main bola. Kok lama banget sih bunda." Bila terkejut mendengar perkataan Al. Ternyata, Al masih mengingat dengan jelas perkataan Akmal dulu. Saat itu, Akmal mengimingi Al dengan betapa enaknya memiliki seorang adik. Salahkan saja Akmal yang tidak bisa mencari alasan yang lebih baik. Bila yakin jika Akmal ada disini,Akmal pun tidak bisa menjawab perkataan Al.
Ingatkan Bila untuk jangan pernah membohongi Al. Ingatan anak kecil sangat bagus, jadi hal sekecil apapun dapat mereka ingat dengan jelas. Cari lah alasan lain yang mudah dimengerti dan tidak menimbulkan pertanyaan lain dikemudian hari.
"Ih, ayah bohong. Katanya kalau punya adik enak langsung bisa diajak main. Ini, bicara aja. Adik belum bisa bunda" lagi, Al mengutarakan kekesalannya. Mengapa ayahnya berbohong hingga sekarang adiknya belum bisa diajak main bola.
"Sabar ya kak, kan semuanya butuh proses kakak dulu juga kecil dulu enggak langsung besar." Bila mencoba menjelaskan dengan hati-hati. Semoga saja Al dapat memahami perkataannya.
"Mending sekarang kakak mandi ! Udah sore bentar lagi ayah pulang loh. Hari ini ada pr enggak" Bila, mencoba mengalihkan pembicaraan mereka. Semoga Al tidak mengungkit lagi kebohongan Akmal.
"Ada bunda, enggak banyak kok. Al bisa ngerjain sendiri cuma mewarnai gambar aja." Jawab Al dengan percaya diri. Al berlari menuju kamar mandi.
"Ya sudah, nanti bunda temenin" Bila, tersenyum melihat Al yang langsung melaksanakan perintahnya. Al adalah anak yang baik dan selalu menjadi kebanggaannya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Al dan Adek (Completed)
Ficción General(follow dulu ya) - Sequel Kita- Kata bunda Al harus sayang adek. Tapi kenapa adek nyebelin. Saat Al dekat bunda, adek selalu nangis. Al harus nunggu adek tidur baru bisa dekat bunda. Dek tolong balikin bunda.