Part 9

4 2 0
                                    

~Kelemahan Delvin~


**
Lima belas tahun kemudian~

Diumur Delvin yang ke-15 tahun. Delvin memasuki bangku SMP. Dia bersekolah di SMP Pancasila. Yang termasuk sekolah favorit di daerah nya.

Delvin mempunyai banyak teman sejak itu. Salah satu teman baiknya adalah Vanno Malvianno, teman yang paling dekat dengan Delvin. Sejak MOS Delvin selalu bersama Vanno. Orangnya humoris, selalu menghibur Delvin ketika dia kesepian.

**
Disaat Delvin sedang duduk sendiri di taman sekolah. Ada kucing yang mendekati Delvin. Delvin terkejut dan langsung berteriak, sampai teman-teman nya memperhatikan tingkah Delvin ketika ada kucing di dekatnya.

"Tolong," teriak Delvin yang menghebohkan siswa siswi di sekitar taman.

Delvin naik ke atas kursi, namun kucing itu mengikutinya. Delvin berlari untuk mencari perlindungan agar kucing itu tidak mendekatinya lagi.

Orang-orang di sekitarnya merasa aneh dengan tingkah Delvin, dan akhirnya bukannya malah membantu Delvin tapi justru di buat sebuah lelucon.

"Eh itu Delvin kenapa sih?" tanya seorang siswi yang termasuk teman Delvin di kelas.

"Dia kayaknya takut banget sama kucing, lihat deh sampai segitunya," ucap siswi itu.

"Dia pasti malu banget, soalnya teman-teman pada menertawakan dia. Aku mau susul dia saja deh," ucapnya berlari mencari keberadaan Delvin.

Siswi bernamakan Airin Arabella itu mencari Delvin. Dia termasuk salah satu temannya yang dari awal suka sama Delvin. Dia selalu memperhatikan setiap apapun yang dilakukan Delvin.

Bolehkah aku mencintaimu dalam diam ku? Walaupun aku mengetahui kekuranganmu tapi aku ingin kamu menjadi penyemangat disetiap hariku.
-Airin

Airin selalu memendam perasaanya pada Delvin. Bukannya tidak berani mengungkapkan, dia sadar kalau dia itu perempuan.

"Vin, kamu dimana?" teriak Airin mencari keberadaan Delvin.

Delvin bersembunyi di toilet, Airin yang melihat kucing itu berdiam diri di sekitar toilet. Dia berfikir kalau Delvin ada di dalam sana.

"Vin, kamu ada di dalam kan?" ucap Airin mengetuk pintu toilet yang ditutup.

"Tolong, jauhkan kucing itu dari aku," teriak Delvin, suaranya yang terdengar nyaring di dalam toilet.

"Iya Vin, kucingnya udah pergi kok. Kamu keluar ya," jawab Airin. Delvin yang mendengar kalau temannya sudah mengusir kucing itu, dia membuka pintu toilet.

Dengan wajah yang sangat pucat, karena merasa takut dengan hadirnya hewan itu. Kejadian itu mengingatkannya pada saat dia bersama Daniyah di taman dulu.

"Vin, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Airin yang memperhatikan wajah Delvin sangat pucat. Bibirnya pun biru.

"Setakut itu kamu sama kucing Vin?" lanjut Airin bertanya. Tapi Delvin masih diam, dia belum mau bercerita.

Airin paham, dia membawanya ke UKS untuk menenangkan Delvin.

**

"Kamu berbaring dulu ya Vin, aku buatin teh anget biar Delvin tenang,"ucap Airin membiarkan Delvin berbaring. Dia menuju dapur yang ada di UKS untuk membuatkannya minuman.

Airin merasa kasihan dengan Delvin, dia akan melakukan apapun agar orang yang dia cinta tidak akan menjadi bully-an teman-teman nya. Itu akan sangat menggangu kesehatan mental Delvin.

"Vin, ini buat kamu. Kamu minum dulu ya,"ucap Airin memberikan teh yang telah dibuatnya. Delvin pun mengambil gelas itu dari tangan Airin.

"Makasih Rin, kamu udah nolongin aku dari hewan itu. Aku nggak peduli orang berfikir apa tentang aku, karena jelas itu kelemahan aku Rin. Kalau kamu ingin menertawakan kejadian ini silahkan. Aku nggak akan marah," ucap Delvin sudah merasa membaik.

"Nggak kok Vin, aku nggak akan sejahat itu. Aku tau itu kelemahan kamu. Aku akan mendukung kamu agar tidak di bully sama teman-teman," jawab Airin tulus.

"Aku nggak mau orang yang aku sayang seperti ini, karena aku sayang sama kamu Vin," batin Airin.

"Sekali lagi makasih Rin," ucap Delvin tersenyum.

Airin penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada Delvin. Dia berkeinginan untuk bertanya sebenarnya apa yang terjadi pada Delvin sampai dia setakut itu melihat kucing.

"Vin, kalau boleh tau kamu kenapa setakut itu sama kucing? Padahal aku suka banget sama kucing. Dia itu menggemaskan," tanya Airin.

"Jadi, dulu aku sempat sangat menyukai kucing. Tapi karena keadaan yang membuat aku sangat trauma dan tidak mau berhubungan apalagi berdekatan sama kucing," jawab Delvin menceritakan. Airin mendengarkan setiap kata yang dilontarkan Delvin.

"Jadi gitu, sekarang aku mengerti. Vin kalau boleh aku bisa kok membuat kamu agar suka lagi sama kucing," saran Airin.

"Nggak perlu, cukup kamu membantu aku untuk tidak lagi berdekatan sama kucing itu lebih dari cukup,"ucap Delvin menolak saran yang diberikan Airin. Mungkin Delvin belum sepenuhnya sembuh dari traumanya. Kalau dipaksakan juga akan menyakiti dirinya sendiri.

Apapun kelemahan yang kamu miliki, aku akan mencoba menerima dan selalu mensupport kamu. ~Airin.

Kelemahan seseorang bukanlah sebuah lelucon, justru kita sebagai manusia harus menolongnya dan selalu menjadi penyemangat.

Airin pun mengerti, dia akan selalu berada disisi Delvin. Apapun keadaan Delvin saat ini Airin tidak dapat memaksakan. Biarlah perlahan Delvin sembuh dari traumanya.

"Iya Vin, Airin akan selalu ada buat kamu jangan sungkan jika kamu membutuhkan bantuan," ucap Airin. Delvin pun mengangguk dan tersenyum.

Tetaplah tersenyum apapun keadaanmu saat ini. Senyuman mu itu sangat berarti buatku.
-Airin

...

Boyfriend Has Aulirophobia [Revisi]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang