~Kegiatan Daniyah di rumah barunya~
Sudah tiga hari Daniyah tinggal di rumah barunya bersama kedua orang tua-Nya. Ada rasa rindu dengan kebersamaan bersama Delvin.
Di tempat ini Daniyah hanya bermain bersama Davin, kucing kesayangannya. Daniyah merawat Davin sangat baik, mulai dari memandikan, memberinya makan dan mengajaknya bermain.
Daniyah senang ada Davin yang menjadi teman mainnya. Sedangkan Delvin, dia pasti kesepian.
"Seandainya Elvin ada disini pasti kita bisa bermain bersama," ucap Daniyah mengajak Davin berbicara. Davin hanya mengeong layaknya memberikan respon pada Daniyah.
"Daniyah bakal rawat Davin sampai besar, jangan nakal," ucapnya lagi. Davin terlihat menggemaskan. Daniyah mengelus bulu Davin.
Afifah yang memerhatikan Daniyah di balik pintu kamarnya mengukir senyuman. Terlihat tidak ada kesedihan di wajah Daniyah karena ada Davin yang menemaninya.
Dini telah menceritakan semuanya tentang Delvin kepada Afifah, perubahan Delvin yang setiap harinya selalu murung dan menyendiri di kamar membuatnya tidak tega dengan anak temannya itu.
Afifah membiarkan Daniyah menghabiskan waktu bersama Davin. Dia beranjak pergi dari kamar Daniyah.
Adakah waktu sebentar untuk sekedar bertanya kabar? Sungguh aku rindu.
"Elvin apa kabar yah, Daniyah kangen Elvin." Daniyah beranjak untuk tidur. Dia membiarkan Davin di dalam kandang.
**
Malam hari telah tiba, suasana malam ini sangat ramai. Tinggal di kota orang adalah hal yang belum terbiasa bagi keluarga Afifah.
Jika bukan karena perkembangan bisnis suaminya. Afifah masih ingin tetap tinggal di rumahnya yang dulu.
Tapi karena keadaan yang membuat harus menentukan pilihan yang terbaik.
"Pa, apakah kita sekolahkan Daniyah di kota ini?" Tanya Afifah pada Angga. Angga sedang menyelesaikan tugas meeting kemarin, karena pertanyaan istrinya dia berhenti sejenak.
"Mungkin harus seperti itu, Papa masih banyak banget yang harus di urus. Butuh waktu beberapa tahun untuk kita kembali lagi ke rumah yang dulu," jawab Angga.
"Apa Daniyah bersedia Pa? Bunda khawatir Daniyah tidak mau dan akhirnya harus berhenti sekolah. Bunda nggak mau seperti itu Pa, Daniyah harus tetap sekolah sampai dia menjadi sarjana. Itu harapan Bunda, biar dia menjadi contoh adeknya kelak," ujar Afifah. Angga yang mendengarnya tersentuh ingin menertawai istrinya yang sangat menggemaskan.
"Adek? Kapan Bun, Daniyah bisa punya Adek?" terang Angga.
"Tunggu sampai Daniyah sekolah. Pa," ucapnya. Angga ingin tertawa melihat tingkah istrinya.
**
Di depan jendela Daniyah menatap langit, terlihat suasana kota yang ramai dihiasi oleh bintang-bintang di angkasa.
"Bintangnya indah ya Dav, sekarang Elvin lagi apa. Daniyah ingin bertemu," ujar Daniyah menatap langit dan indahnya kota. Terlihat banyak lampu yang menghiasi kota itu.
Andai ada kata yang bisa terucapkan di bibir ini, aku hanya ingin bintang itu menyampaikan salam rindu ini padanya.
"Kalau nanti Daniyah disini lama, apakah Elvin akan menunggu Daniyah sampai kembali? Atau Elvin sudah menemukan orang yang bisa buat Elvin tersenyum," tuturnya. Daniyah bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Melontarkan setiap kata yang setiap katanya terdapat arti.
Jika kamu menjadi bintang aku ingin menjadi bulan nya. Biarpun jarak tidak memungkinkan kita bersama tapi waktu selalu ada untuk kita, yaitu malam.
Daniyah menulis puisi di sebuah kertas. Dia ingin menyampaikan puisi itu pada Delvin. Baris demi baris Daniyah tulis penuh dengan sajak. Daniyah melipat kertas itu dijadikannya sebuah pesawat. Dia melemparkan pesawat kertas itu dari lantai atas kamarnya menuju bawah.
"Semoga saja Elvin, merasakan dan puisi itu bisa mewakili rasa kangen Daniyah ke Elvin," ucapnya lalu menerbangkan pesawat kertas yang berisikan puisi.
Suasana semakin dingin. Jalanan kota semakin ramai, terasa ada setetes air menetes di telapak tangan Daniyah.
"Sepertinya akan hujan," ucap Daniyah.
Mendung tidak terlihat karena malam. Setetes demi tetes air itu semakin banyak. Hujan semakin deras menguyur jalanan kota, banyak orang membawa payung dan memakai jas hujan.
"Kertas itu akan terbawa air yang mengalir," ujar Daniyah melihat ke bawah.
Jika hujan, aku teringat bagaimana awal kita bertemu dan menunggu hujan reda. Ingin aku mengulang semua itu, kan ku jadikan kenangan terindah.
-Daniyah"Dulu Elvin bilang setelah hujan ada pelangi? Tapi ini malam jadi mungkin adanya bakso. Ah Daniyah jadi pengen bakso," ucapnya. Daniyah menuju keluar mencari keberadaan Bundanya untuk membelikan bakso.
Daniyah menuruni anak tangga satu persatu menuju ruang tamu, Bundanya sedang menonton drakor kesukaannya.
"Bunda," teriak Daniyah menuju ruang tamu.
"Kenapa sayang?" tanya Afifah.
"Daniyah pengen bakso, tapi di luar hujan Bun. Bunda beliin Daniyah bakso ya," ucapnya merengek. Tapi Afifah tetap fokus pada drama yang ditontonnya.
"Minta Papa kamu beliin ya sayang," ujarnya masih menatap televisi.
"Nggak mau, Papa lagi sibuk Bun," ucapnya sambil memohon pada Bundanya.
"Kenapa mendadak Daniyah pengen bakso, ha?" tanya Afifah bingung. Tidak biasanya Daniyah menginginkan sesuatu sampai segitunya.
"Em, Daniyah pengen aja," jawabnya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya sudah nanti Bunda belikan, Daniyah ikut atau di bungkus?" ucapnya.
"Bungkus aja Bun, Daniyah pengen makan di kamar. Makasih Bunda," jawabnya senang.
Jika bakso bisa jadi pengobat rindu? Aku mau makan terus agar kepalaku tidak pusing karena kepikiran tentangmu.
-Daniyah**
Setelah menanti lama, Afifah membawakan bakso yang diinginkan Daniyah. Dia membawa bakso itu ke kamar Daniyah.
"Sayang, ini baksonya," ucap Afifah mengetuk pintu kamar Daniyah. Daniyah pun langsung beranjak membukakan pintunya.
"Terimakasih Bunda. Sayang Bunda," jawab Daniyah. Afifah pun tersenyum. Dia beranjak pergi menuju ruang tamu untuk melanjutkan nonton Drakor.
Daniyah menikmati bakso itu sambil melihat tetesan air hujan dibalik jendela kamarnya. Davin tidur di kandangnya, setelah Daniyah memberikannya makan.
...
![](https://img.wattpad.com/cover/238811154-288-k241906.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend Has Aulirophobia [Revisi]✓
Fiksi RemajaKucing adalah hewan yang sangat menggemaskan. Tak jarang jika banyak orang menyukainya, bahkan dijadikan hewan peliharaan. Namun bagaimana jika ada seorang yang sangat menakuti hewan lucu itu?? Berawal dari ingin menolong, tapi berakhir menjadi pemb...