🔞
◇
"Be mine... Lee Haechan."
Kedua mata Haechan membulat lebar setelah mendengar bisikan Mark tepat di telinganya, bahkan nafas hangat dapat dia rasakan kala lelaki yang mendekapnya ini mengucapkan setiap kata. Detik itu juga, Haechan langsung menyikut perut Mark cukup kuat hingga pelukan di tubuhnya terlepas. Mark terbatuk-batuk sambil memegangi perut, kedua matanya pun menatap Haechan tajam sekaligus bingung,"Kenapa... kau melakukannya? Uhuk!" Astaga, rasanya Mark sulit sekali bernafas.
Haechan berdiri di pinggir kasur dengan mata yang menatap Mark dengan tatapan takut, marah sekaligus terkejut,"A-apa maksudmu? Kenapa kau melakukan itu?"
Masih dengan rasa sakit yang di tahan, Mark mengerutkan kedua alisnya,"Apa?"
"Perkataanmu tadi!"
"Ugh!" Mark berusaha bangkit dan duduk di pinggir kasur,"Perkataan apa?"
Haechan terdiam. Sungguh? Mark tidak sadar bahwa dia mengatakan itu padanya? Apalagi mengecup tengkuknya?!
"Kau... mengingau?" Haechan menatap Mark tak percaya.
"Mengingau? Memangnya aku mengingau apa?"
Bibir Haechan berkedut hendak mengulangi perkataan Mark sebelumnya, namun dia urungkan. Untuk apa dia beri tahu? Jika Mark hanya mengingau maka itu bukan hal yang terlalu penting juga. Haechan benar-benar makin gila rasanya hari demi hari berlalu sejak sekamar dengan Mark. Dia mendecih,"Bukan hal yang penting. Aku akan tidur di bawah saja."
Mark langsung menahan Haechan,"Tidak! Aku tidak tahu kesalahan apa lagi yang aku perbuat tapi biar aku yang tidur di bawah."
Haechan terlihat menimangkan keputusan Mark, namun akhirnya dia menyetujui. Kejam memang, namun selagi lelaki itu menawarkan diri untuk apa di tolak, kan? Dengan segala kesabaran, Mark turun dari atas kasur dan merebahkan tubuhnya di atas selimut yang sebelumnya Haechan gelar. Kedua katanya melirik lelaki manis yang sudah menguasai kasurnya sendiri dan mulai memejamkan mata. Kedua tangan Mark mengusap wajahnya dengan kasar.
Astaga! Hampir saja aku ketahuan. Untung saja aku pintar berakting!
Mark membatin dan bernafas lega. Jika saja Haechan tahu yang sebenarnya kalau Mark tidak mengingau bisa habis lah dia, besok hanya tersisa namanya saja. Sungguh, sebenarnya dia tidak tahu mengapa bisa bersikap seperti itu pada Haechan. Perasaannya terasa aneh saat berdekatan dengan Haechan. Saat di sekitarnya, Mark hanya ingin memeluknya, memberinya kehangatan dan... ingin terus menyentuhnya. Entah dari mana awalnya, Mark tiba-tiba saja memiliki insting seperti itu pada Haechan.
Mark menghela nafas sambil menutup matanya dengan lengan,"Ini benar-benar aneh,"
《◇•◇》
"Terima kasih ya sudah mengizinkan kami untuk menginap," ujar Jaemin yang akan masuk ke dalam mobil sambil melambaikan tangannya.
Haechan tersenyum sambil membalas lambaian tangan Jaemin. Dia berdiri di depan pintu rumah sambil menunggu kepergian mobil hitam yang akan mengantar mereka ke dorm. Kala mobil itu sudah melaju, seseorang di sampingnya terus saja bersin dengan hidung yang memerah. Siapa lagi kalau bukan Mark?
Haechan menoleh dan melihat Mark dari atas hingga ke bawah,"Kau kenapa? Tutup hidungmu jika sedang bersin."
"Masih bertanya aku kenapa? Aku terkena flu, apa kau tidak bisa melihatnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet [Markhyuck]
FanfictionLee Haechan, lelaki yang selalu membuat Mark Lee merasa tak betah berada di dekatnya. Membuat masalah dan membuat Mark merasa jengkel adalah hobinya. Sikap tak ingin mengalahnya justru memancing Mark untuk melakukan hal yang sama sehingga setiap mer...