°18°

249 27 0
                                    

"Selamat pagi, Velin."

Velin yang baru menggeser gerbang rumahnya tampak sangat terkejut saat melihat Vano yang sedang nangkring di atas motor dengan helm bulat yang terpasang di kepalanya. Cowok tinggi itu tampak rapi, dengan mengenakan kaos berlapis kemeja dan celana jeans berwarna gelap serta tas ransel tersampir di punggungnya.

 Cowok tinggi itu tampak rapi, dengan mengenakan kaos berlapis kemeja dan celana jeans berwarna gelap serta tas ransel tersampir di punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentu saja, Vano sangat tampan pagi ini. Apalagi dengan senyum manis dan tatapan hangat cowok itu yang sangat jarang Velin lihat. Membuat sesuatu dalam dada Velin seperti melting tidak karuan hanya karena sebuah senyum dan tatapan Vano. Tetapi yang menjadi pertanyaan Velin adalah; untuk apa Vano pagi-pagi ke rumah Velin lagi setelah semalam Velin tidak mempedulikan dan tidak mau menemui cowok itu?

"Ayo sini, naik." Ajak Vano sambil menepuk-nepuk bagian belakang jok motornya yang kosong, membuat Velin kembali tersadar dan seketika merubah ekspresi wajahnya menjadi sok sok-an tidak peduli.

"Lo ngapain ada di sini pagi-pagi, Kak?" Tanya Velin dengan tangan berlipat di depan dada, mengabaikan ajakan Vano barusan.

"Saya ada kelas pagi, dan sekolah kamu juga searah sama kampus saya. Jadi saya mau ngajakin kamu berangkat bareng."

"Kalo gue nggak mau gimana?"

"Harus mau."

Velin melotot, seperti teringat jika Vano baru saja meniru perkataan Velin setiap dia memaksa Vano untuk memberikan tumpangan untuknya.

"Gue tetap nggak mau! Lagian gue udah pesen gojek, dan bentar lagi abangnya pasti sampe!"

"Cancel aja."

"Mana bisa begitu!"

"Bisa kok," balas Vano dengan senyumnya. "Lagian mulai sekarang, saya yang akan jadi abang gojek buat kamu, Velin."

∆∆∆

Saat jam pelajaran terakhir, Velin sedang bengong di pojokan kelas tanpa mempedulikan teman-temannya yang ribut dan sedang melakukan aktivitas unfaefah seperti main uno, main kartu remi, main gaple, bergosip, serta membuat video tiktok karena guru mereka yang seharusnya masuk tidak hadir dan hanya memberikan tugas yang boleh dikerjakan di rumah. Kelasnya berisik, sampai ada beberapa guru yang lewat di depan kelasnya sempat mampir hanya untuk memperingatkan mereka untuk jangan terlalu ribut. Tetapi hal itu seperti tidak mempan untuk mereka karena setelah guru tersebut keluar, kelasnya sudah kembali ribut dan berisik seperti sedia kala.

Velin kini menghela napas sambil menempelkan kepalanya ke tembok, tidak terlalu peduli dengan keadaan kelasnya. Ia juga tadi sempat mengabaikan Anaya dan Daren yang mengajaknya untuk main uno.

Saat ini lagi-lagi kepala Velin dipenuhi oleh Vano, yang semenjak tadi pagi berubah menjadi sosok yang lebih hangat dari biasanya. Velin tahu, Vano pasti melakukan itu karena merasa bersalah dan hanya untuk mendapatkan maaf atas apa yang sudah cowok itu lakukan kepada Velin dua hari yang lalu. Meskipun Velin sempat menolak dan ingin sekali mengabaikan Vano, tetapi akhirnya ia luluh juga dan mau diantarkan ke sekolah oleh cowok itu.

Alasannya adalah; Vano itu terlalu tampan dan terlalu sempurna untuk Velin abaikan begitu saja.

Padahal semalam, Velin sudah berikrar akan jual mahal kepada Vano dan menahan diri untuk tidak melanjutkan niatnya untuk mepet cowok itu sampai dapat. Karena Velin tahu, sampai kapan pun Vano tidak akan pernah dapat Velin miliki. Tetapi bodohnya, hanya karena melihat tatapan dan senyum Vano tadi pagi, Velin seakan dibuat tidak berdaya dan dengan mudahnya menerima ajakan cowok itu.

Hhhhhhhh, susah emang ya kalo udah terlanjur bucin.

∆∆∆

TBC

Jangan lupa vote dan comment (:

VANOVELIN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang