Kata Feron, minggu depan keluarganya mengadakan acara kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun Velin yang ke delapan belas. Velin sudah mengundang duluan sih, dan Vano berkata tidak yakin bisa hadir karena tanggal ulang tahun Velin bertepatan dengan hari pertama Vano melaksanakan ujian akhir semester.
Tentu saja Vano takut tidak punya waktu karena dia harus fokus pada ujian. Saat ini saja, Vano sedang sibuk dengan tugas-tugas menjelang UAS yang rasanya tidak pernah berhenti mengalir sampai Vano saja sudah lupa kapan terakhir kali ia tidur di jam normal. Untungnya, Velin sudah menyelesaikan ujian kenaikan kelas dua minggu lalu dan sekarang gadis itu sudah libur sehingga rutinitas Vano untuk mengantar jemput Velin juga ikut libur. Velin juga sangat paham dan mengerti jika Vano sedang sibuk-sibuknya dengan tugas kampus serta tidak pernah menuntut untuk sering bertemu dan memaksa Vano untuk bisa hadir di acara ulang tahunnya nanti.
Karena hal itulah, Vano yang malam ini sudah menyelesaikan beberapa tugas yang dateline-nya jatuh pada besok pagi, dengan segera mambuka laptop miliknya untuk bertanya kepada Mbah Google apa saja referensi barang yang bisa dijadikan sebagai hadiah untuk seseorang yang spesial. Setidaknya meskipun nanti Vano tidak dapat ikut merayakan ulang tahun Velin, dia sudah menyiapkan hadiah duluan.
Dari hasil pencarian, cukup banyak barang-barang yang bisa dijadikan sebagai referensi untuknya. Tetapi, Vano tidak tahu barang seperti apa yang mungkin disukai oleh Velin.
Seketika, kepala Vano pening. Ia lupa untuk menanyakan hal tersebut kepada Feron saat mereka bertemu di kantin fakultas tadi siang. Akhirnya tanpa pikir panjang, Vano meraih ponselnya dan berniat mengirim pesan kepada Feron.
Line
Vano
Bang|Feron
|Ha?Vano
Velin suka apa?|Feron
|Buset|Lo ngechat gue tengah malem gini cuma buat nanyain itu?
Vano
Iya|Feron
|Dia suka lo lah, apalagiVano
Maksudnya selain saya, bang|Feron
|Hm bentar|Gue nanya dulu
Vano
Ke siapa?|Feron
|VelinVano
Jangan bang|Nanti nggak surprise|
Feron
|AwokwkwkwVano
Gimana bang?|Feron
|Buat kado ya?Vano
Iya|Feron
|Kalo mau ngasih sesuatu, kasih aja yg menurut lo bisa berkesan buat Velin|Lagian kayaknya apapun yg lo kasih, pasti dia bakalan suka-suka aja
|Dia ga ribet anaknya lo jg tau laah
Vano
Ok, makasih bang|Feron
|Yooo∆∆∆
Hari ini seperti biasa, Velin menikmati liburannya dengan nonton drakor. Sambil sesekali mengecek ponselnya karena siapa tau saja ada balasan pesan dari Vano alias sang pujaan hati. Beberapa minggu ini Vano memang sedang sibuk-sibuknya dengan tugas kampus, sampai Velin saja bertemu Vano paling banyak hanya dua kali dalam seminggu, itu pun waktunya bisa terbilang singkat. Tentu saja Velin mengerti, karena selain ia tahu jika anak arsi itu kegiatan dan tugasnya banyak, Velin juga kan memang bukan siapa-siapanya Vano.
Setelah sekian lama mereka dekat, Velin memang tidak pernah lagi membahas tentang perasaan dan keinginannya untuk meresmikan hubungannya dengan Vano. Bagi Velin, tidak peduli bagaimana Vano menganggap Velin dan seperti apa arti dirinya untuk lelaki itu, Velin tidak akan mempermasalahkannya sama sekali selama Vano masih mau berada di sisinya.
Velin baru saja akan beranjak dari kasur setelah sempat mempause drama di laptopnya untuk mengambil minum saat tiba-tiba ponselnya bergetar. Ternyata ada sebuah panggilan masuk dari Vano, yang membuat Velin membatalkan niatnya untuk mengambil minum dan lebih memilih untuk meraih ponselnya.
"Halo."
"Halo, Aa ganteng!"
Velin menyapa riang setelah mendengar suara berat Vano di seberang telepon. Lelaki itu lalu tertawa, membuat Velin seketika mengembangkan senyumnya karena terbayang wajah ganteng Vano saat sedang tertawa.
"Kangen saya nggak?"
"Kangen banget, dong!"
Lagi-lagi terdengar suara tawa Vano, "Saya juga kangen."
"Kangen gue?"
"Masih harus saya jawab?"
"Ih, jadi gemes!" Kini gantian Velin yang tertawa.
"Sore ini saya ada waktu. kamu mau main sekalian makan malam sama saya, nggak?"
"Mau!" Velin berseru semangat, "Tapi emang tugas lo udah pada kelar, Kak?"
"Udah, tinggal saya kumpulin aja besok."
"Terus persiapan belajar sama tugas buat UAS lo gimana?"
"Itu masih tiga hari lagi."
"Beneran nggak apa-apa nih, Kak?"
"Iya."
"Oke deh!"
"Yaudah, nanti sore saya jemput ya."
"Oke, Kak!"
Velin tersenyum senang, lalu dengan tergesa ia bangkit dari tempat tidur dan membuka lemari miliknya untuk mempersiapkan pakaian yang akan Velin kenakan nanti sore setelah Vano memutus sambungan teleponnya.
∆∆∆
KAMU SEDANG MEMBACA
VANOVELIN [Completed]
Fiksi PenggemarVano kira ditaksir sama cewek barbar seperti Velin akan sangat merepotkan. Tetapi setelah dia mengenal Velin lebih jauh, dia malah dibuat jatuh sejatuh-jatuhnya pada sosok gadis berambut sebahu itu. ∆∆∆VANOVELIN∆∆∆ Mark x Winter Cover by pinterest