"Ngambeknya udah napa Kak."
Velin cemberut sambil mengikuti langkah Vano yang berjalan di depannya. Cowok itu masih sibuk mendorong troli dan memasukkan beberapa bahan makanan sesuai list di kertas yang ia bawa, tanpa mempedulikan Velin yang sedari tadi sengaja Vano diamkan karena kejadian yang ia lihat saat menjemput cewek itu di rumah Anaya.
"Naufal itu sepupunya Anaya. Dulu sebelum dia pindah ke Bogor, dia itu tetangga gue terus kita suka main bareng. Kebetulan hari ini dia lagi nginep di rumah Anaya soalnya besok keluarga besar mereka mau ngadain acara. Dan karena gue hari ini emang udah janjian mau main ke rumah Anaya sekalian mau minta drakor, jadinya ketemu juga sama Naufal, Kak. Dia cuma temen kok, kalo nggak percaya coba aja tanya sama Anaya atau Bang Feron." Jelas Velin panjang lebar, tetapi masih tidak digubris oleh Vano.
Yah, siang tadi Velin memang hampir seharian main di rumah Anaya dan bertemu dengan Naufal---, teman lama Velin yang dulu sering mengajaknya jogging atau bermain basket di lapangan komplek saat mereka masih SMP. Naufal memang hanya tiga tahun tinggal di Jakarta, sebelum akhirnya pindah ke Bogor saat mereka akan masuk SMA. Hari ini, Velin baru tahu jika Naufal adalah sepupu Anaya. Mereka mengobrol cukup lama dan saling bertukar cerita. Sampai tadi sore, Vano menelpon Velin untuk memintanya menemani cowok itu berbelanja ke supermarket atas perintah ibunya. Tentu saja Velin mengiyakan dan meminta Vano menjemputnya di rumah Anaya.
Sialnya, saat Vano telah sampai di rumah Anaya, Vano melihat Velin yang sedang berpamitan di depan rumah tiba-tiba dipeluk oleh Naufal sebagai salam perpisahan, katanya. Velin saja kaget, apalagi Vano. Meskipun Velin buru-buru melepaskan pelukan temannya itu, tetapi tetap saja membuat Vano seketika bete dan mendiamkan Velin sampai detik ini.
"Kak, udah dong ngambeknya. Naufal kan cuma temen. Gue aja nggak tau kalo dia bakal peluk gue pas gue pamit balik." Velin kini merengek sambil menarik-narik ujung kaos Vano. "Gue suka kalo lo jealous, itu berarti lo emang beneran suka gue. Tapi gue nggak suka kalo lo jealousnya ngediemin gue kayak gini, Kak..."
Vano menghentikan langkahnya, lalu berbalik untuk menatap wajah melas Velin.
"Saya nggak jealous." Katanya, lalu kembali berjalan dan mengabaikan Velin.
Karena lagi-lagi merasa diabaikan, Velin akhirnya berlari kecil dan menghalangi langkah Vano yang masih mendorong troli yang sudah penuh dengan belanjaan cowok itu.
"Ini bukan pertama kalinya lo jealous ya, jadi gue udah paham betul!" Velin berseru cukup keras, membuat beberapa pengunjung yang berada di sekitar mereka sontak menoleh dan menatapnya dengan kepo.
Vano yang merasa jika mereka saat ini menjadi pusat perhatian, lantas berdecak lalu berjalan menghampiri Velin dan meraih tangannya. Cowok itu kemudian menuntun Velin ke arah troli dan meletakkan tangan Velin pada pegangan benda beroda kecil itu.
"Daripada berisik dan bikin orang terganggu sama suara kamu, mendingan kamu bantuin saya dorong troli." Kata Vano sambil berdiri di belakang Velin dan ikut meletakkan tangannya pada pegangan troli, tepat di atas tangan Velin. Lalu, ia mulai mendorong kembali trolinya menuju kasir untuk membayar.
Tentu saja, Velin auto mesem-mesem karena posisi mereka mendorong troli cukup gemas sebab Vano terlihat seperti sedang memeluknya dari belakang.
∆∆∆
KAMU SEDANG MEMBACA
VANOVELIN [Completed]
Fiksi PenggemarVano kira ditaksir sama cewek barbar seperti Velin akan sangat merepotkan. Tetapi setelah dia mengenal Velin lebih jauh, dia malah dibuat jatuh sejatuh-jatuhnya pada sosok gadis berambut sebahu itu. ∆∆∆VANOVELIN∆∆∆ Mark x Winter Cover by pinterest