°07°

274 28 3
                                    

"Nggak lagi-lagi deh gue ngajakin lo ke tempat futsal!"

Velin meringis ketika Feron mengomel sambil menempelkan es batu yang terbungkus dalam kain ke bahunya yang memar akibat terkena hantaman bola demi menyelamatkan Vano. Setelah membuat sedikit keributan karena Velin memaki-maki orang yang tidak sengaja menendang bola ke luar lapangan sampai mengenai bahunya, Feron yang saat itu sudah selesai berganti pakaian segera berlari dan menarik Velin untuk keluar. Sudah pasti, selama perjalanan menuju parkiran sampai mereka sudah memasuki mobil dan menjalankannya, Feron tidak bisa berhenti mengomel sampai cowok itu memberhentikan mobilnya di sebuah warung pinggir jalan untuk membeli es batu sekaligus meminjam kain untuk mengompres bahu adiknya.

"Lo tuh, baru gue tinggal buat ganti baju doang yang nggak sampe lima menit. Tapi udah bikin masalah aja, kampret!" Feron kembali mengomel, "Ulangan ekonomi aja remed mulu, segala sok sok-an mau jadi pahlawan buat Vano! Lagian Vano tuh cowok, kena bola dikit tuh pasti dia nggak bakal kenapa-napa!"

"Ya namanya juga refleks, Abang!"

Feron mendengus, lalu kembali fokus untuk mengompres bahu Velin.

"Masih sakit nggak?"

"Masih, tapi udah mendingan." Kata Velin, lalu dia menatap Feron karena ia sedikit merasa bersalah sudah membuat abangnya itu khawatir. "Sori, deh. Abang jangan marah ya?"

Feron menghela napas, lalu menyimpan kain berisi es batu ke sebuah plastik dan balas menatap mata bulat milik adiknya.

"Gue tuh nggak marah. Cuma khawatir lo kenapa-napa, Dek."

Velin menggerakkan dan menepuk bahunya beberapa kali.

"Nih nggak apa-apa nih. Udah nggak sakit, Abang. Lagian cuma memar dikit doang."

"Yaudah, bagus dah." Feron menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi kemudi, "Nggak jadi main futsal kan gue jadinya. Padahal ni kaki udah gatel pengen nendang bola."

"Sori deh, Bang. Kan minggu depan juga lo ada jadwal main futsal lagi." Kata Velin, lalu gadis itu teringat sesuatu.

"Eh, Bang. Tadi kan gue maki-maki orang yang nendang itu bola, terus di situ ada Kak Vano, kan?"

"Iya lah, kan lo tadi emang lagi bareng sama dia. Kenapa emangnya?"

"LAH, BERARTI GUE MAKI-MAKI ORANG DI DEPAN DIA DONG?!"

Velin berseru sambil menepuk dahinya, lalu pandangannya berubah kosong dan dia mulai menyandarkan kepalanya pada jendela mobil dengan lesu.

Dah lah, habis sudah image gue sebagai cewek kalem dan baik hati di depan Kak Vano.

∆∆∆

VANOVELIN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang