• 02 •

2.5K 242 8
                                    

PLEASE VOTE AND COMMENT

"Saya bisa pulang sendiri kok Pak." Tolak Helty secara halus.

"Jeff, ajak mahasiswisnya makan malam dulu." Suara Maminya Pak Jeffrey terdengar jelas ditelinga gue.

"Eh, gak usah Pak. Saya masih kenyang kok." Tolak Helty kepada Pak Jeffrey. Akan tetapi belum juga 5 detik setelah Helty berujar, perutnya malah berbunyi. Duh! Sumpah! Dia malu sekali.

Pak Jeffrey malah menertawainya. "Kamu, makan malam dulu disini. Setelah itu baru saya antar pulang."

"Gak papa kok Pak. Saya pulang saja. Biar saya makan dirumah." Helty masih kukuh menolak tawaran dosen pembimbingnya.

"Papa... ayuk makan." Tiba-tiba seorang anak kecil yang Helty perkirakan berumur 4 tahun, datang mendekati Pak Jeffrey. Dan apakah Helty tidak salah dengar tadi, bukankah dia memanggil Pak Jeffrey dengan sebutan Papa?

"Papa suapin Jeje yah? Jeje udah lapal.." pandangan Helty tak lepas dari anak kecil itu. Wajahnya memang tidak begitu mirip dengan Pak Jeffrey, akan tetapi dia sangat cantik.

"Ini anak saya." Tanpa perlu Helty bertanya, Pak Jeffrey sudah lebih dahulu memberitahunya. Hal ini tentu saja membuat Helty kaget. Pasalnya selama ini ia salah mengira, dia pikir Pak Jeffrey adalah seorang pria single yang belum menikah. Ternyata, Pak Jeffrey sudah ada pawangnya pemirsa. Aduh, Helty jadi takut semisalnya dia dilabrak sama istrinya Pak Jeffrey.

"Jeff, makan dulu, kasihan Jeje udah lapar tuh." Maminya Pak Jeffrey datang dan meminta Helty untuk ikut makan malam dengan mereka juga, "Helty makan malam sama kami yah, setelah itu baru diantar pulang sama Jeff." Kalau sudah begini, Helty terpaksa mengiyakan ajakan untuk makan malam, ia tak enak jika menolak kebaikan Maminya Pak Jeffrey. Beliau ramah sekali soalnya.

Sedari tadi, Helty terus melirik kearah kursi kosong disamping Pak Jeffrey. Dia memasang status waspada. Takut jika istrinya Pak Jeffrey tiba-tiba datang. Bisa-bisa dia dilabrak karena sudah datang bimbingan di rumah setelah itu mau diajak makan malam juga. Dan jangan lupa dengan ucapan Pak Jeffrey barusan soal akan mengantarnya pulang. Astaga! Helty gak mau dicap pelakor. Naksir sama Pak Jeffrey saja tidak pernah.

"Kakak, suka ini gak?" Fokus Helty pun teralihkan kepada Jeje, anaknya Pak Jeffrey yang sedang menunjuk piring berisi ayam goreng. "Suka kok." Jawab Helty dengan diakhiri senyum manis. "Kalau suka, makan yah kakak." Balas Jeje dengan senyum yang tak kalah manis. Helty baru sadar jika lesung pipi Pak Jeffrey ternyata menurun kepada Jeje.

"Tuh, udah dikode Jeje buat nambah ayamnya. Mami taruh yah.." tanpa diaba-aba, sepotong ayam goreng sudah bertambah dipiring makannya. "Dimakan yah sayang." Maminya kok ramah sekali sih, beda jauh sama anaknya, dingin, kayak freezer, eh, dinginnya freezer belum seberapa dibanding dengan kutub utara. Jadi, Paka Jeffrey itu sedingin kutub utara.

Setelah selesai makan, Helty berniat untuk langsung pulang. Namun, "tunggu sebentar yah, saya mandi dulu, udah gerah." Terpaksa dia harus menunggu Pak Jeffrey mandi. Padahal, bisa saja dia pulang sendiri, akan tetapi dilarang sama Pak Jeffrey dan Maminya.

"Biar saya bantu beresin mejanya, Tan." Ucap Helty sambil mengumpulkan piring-piring. Daripada dia gak ngapa-ngapain, lebih baik membantu Mami. "Eh, gak usah. Nanti Bibik aja yang beresin." Cegat Mami. "Mending kita masuk kedalam yuk." Ajaknya.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang