“Boleh gabung nggak?” tanya seseorang yang langsung mengalihkan perhatian Aileen dan Bulan.
Bulan yang tadinya menampakkan senyum ramahnya, kini senyum itu telah menghilang karena kehadiran seseorang yang tidak ingin ia harapkan.
Orang yang akhir-akhir ini Bulan jauhi karena sudah berhasil melukai ego nya.
Orang yang akhir-akhir ini Bulan jauhi karena tidak mau lagi berurusan dengan yang namanya senior.
Orang yang akhir-akhir ini Bulan jauhi karena pasti dirinya akan kesal dan tersulut emosi hanya karena melihat wajahnya saja.
Bintang.
“Bo—”
“Nggak boleh!” sela Bulan dengan cepat.
“Lan! Nggak boleh gitu. Disini kan masih ada kursi kosong, kasian tau.” bisik Aileen.
“Bukan urusan gue!” Bulan mengedikkan bahunya acuh.
Tak lama kemudian terdengar bunyi gesekan antara meja dan juga mangkuk serta gelas yang seketika menyadarkan Bulan.
Matanya menatap tajam Bintang karena orang itu bukannya pergi malah duduk dihadapannya tanpa rasa malu sedikitpun.“Lo tuli apa gimana sih?! Nggak denger gue ngomong apa?!” seru Bulan yang kemudian mengundang perhatian seisi kantin.
“Lan, kecilin suara lo bego!” ingatkan Aileen.
“Gue udah terlanjur duduk.” kata Bintang dengan acuh.
“Terserah!”
“Lo mau kemana?” tanya Aileen sembari mencekal lengan Bulan yang ingin pergi dari sana.
“Pergi. Gue nggak sudi duduk bareng cowok kaya dia!” kesal Bulan sembari melirik Bintang.
“Tapi makanan lo belum habis Lan, kasian tau Bu Marni udah capek-capek buatin pesenan lo tapi lo nya nggak mau makan. Kan mubadzir.” bujuk Aileen yang dengan terpaksa Bulan pun kembali duduk dan menyantap makanan yang sudah ia pesan tadi.
Hening.
Yang terdengar diantara mereka hanyalah suara sendok yang beradu dengan mangkuk dan juga piring. Lalu lalang siswa-siswa yang melintas disekitar mereka pun layaknya melodi yang tengah mengisi kesunyian diantara mereka.
“Gue minta maaf soal minggu lalu.” ucap Bintang memecah keheningan yang ada.
“Harusnya gue nggak keterlaluan.” sambung Bintang.
“Terserah lo mau maafin gue apa nggak.” kata Bintang lagi lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan Bulan serta Aileen begitu saja.
Sepeninggal Bintang, ekspresi Aileen sama sekali tidak berubah. Matanya masih membulat dan mulutnya itu sedikit terbuka akibat apa yang sudah ia dengar tadi.
“Lo kenapa sih Ay? Komuk please.” kata Bulan sembari memutar bola matanya jengah.
“Sumpah! Baru kali ini gue denger Kak Bintang ngomong sebanyak itu!” kata Aileen masih menatap kepergian Bintang yang sebenarnya sudah hilang dibalik pintu kantin.
Bintang memang lah bukan sosok cowok dingin dan jutek, tapi ia lebih ke arah pendiam dan cuek bebek.
Karena sikap pendiam nya itu lah ia terlihat begitu cool dimata para siswi yang mengaguminya.
Tapi tak jarang pula cowok itu akan berkata pedas jika sedang menasehati atau tengah kesal pada seseorang.
Seperti apa yang dirasakan Bulan pekan lalu, Bintang bisa berbicara seperti itu hanya untuk menasehati Bulan agar gadis itu sadar bahwa apa yang dilakukannya itu salah walaupun pada kenyataannya Bintang tidak bisa menyalahkan Bulan sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Type [On Going]
Teen FictionBintang selalu berada di sekeliling Bulan. Bintang dengan setia bersinar meskipun Bulan kadang tak menemani. Bintang tahu Bulan lelah, tapi Bulan tak pernah tahu rasa lelah Bintang. Meskipun sinar Bintang tak seterang Bulan, tapi Bintang bersedia m...