Bulan membanting tubuhnya di atas ranjang dengan kasar. Ranselnya sudah ia lempar kan begitu saja ke sembarang arah, sepatunya pun ia lepas saat berada di tangga menuju kamarnya tadi. Dan mungkin sebentar lagi ia akan mendapat ocehan panjang dari Bundanya karena perilaku dirinya yang sama sekali tidak mencerminkan sosok seorang gadis.
Masa bodo dengan semua itu! Pikiran Bulan tengah kacau karena berita yang beredar di sekolah beberapa hari ini. Berita tentang ia yang di duga berpacaran dengan Bintang.
Hhaaahh..!
Sebenarnya bukan berita itu yang menjadi beban pikirannya, tapi alasan tentang dirinya yang di duga berpacaran dengan Bintang adalah karena ia yang katanya mengguna-gunai Bintang dan bahkan ada yang beranggapan jika dirinya sudah menyerahkan sesuatu yang berharga bagi seorang perempuan pada Bintang.
Karena dari berita yang Bulan dapat, mereka beranggapan bahwa Bintang tidak akan mau bahkan tidak akan pernah sudi berhubungan dengan dirinya yang tidak bisa di katakan cantik apalagi menarik.
Ya, menarik. Memangnya apa kelebihan seorang Bulan? Dia hanya lah seorang gadis bertubuh kecil dengan rambut hitam yang terurai panjang hingga sepunggung. Hidung nya pun terbilang pesek atau bahkan tidak bisa dikatakan memiliki hidung karena saking ratanya.
Bentuk tubuhnya pun biasa saja, bahkan terbilang kurus jika harus di bandingkan dengan mereka yang notabene nya memiliki kriteria perempuan cantik di sekolah.Bukankan alasan itu amat sangat cukup untuk menjatuhkan gadis seperti Bulan?
"Kenapa gue selalu sial kalo berurusan sama yang namanya cowok? Dasar makhluk nyebelin!" gerutu Bulan kesal.
Bulan membalikkan tubuhnya, lalu menelungkup kan wajahnya pada bantal. Bersamaan dengan itu, pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok malaikat berhati halus yang sepertinya tengah menahan kesal dengan tingkah putri sulungnya.
"Kakak itu cowok apa cewek sih?! Nggak bisa rapih kalo naro sesuatu!" omel Vini sembari meletakkan sepatu Bulan yang ia temukan di tangga, kemudian beranjak merapihkan ransel Bulan juga.
"Kakak lagi capek Bun." ucap Bulan masih dengan posisinya.
"Kalo lagi ngomong sama orang tua itu liat! Jangan malah nutupin pake bantal begitu."
Dengan terpaksa Bulan bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi ranjang, di tatapnya Vini dengan wajah kusut sembari sesekali membatin.
"Itu dibawah ada temen kamu, katanya mau ketemu." ujar Vini lalu duduk di samping Bulan.
"Siapa?"
"Katanya nama nya... Siapa tadi yah? Bi-bintang, iyah Bintang. Udah sana susulin."
"Nggak ah Bun, males."
"Kok gitu? Kasian loh dia kayaknya baru pulang sekolah terus langsung kesini, temuin sebentar kek."
"Kakak males Bun, mending Bunda aja yang nemuin. Bilang kalo kakak lagi tidur gitu."
Bukannya permintaannya di kabulkan, Bulan justru mendapat jeweran keras dari Vini hingga telinga nya itu memerah.
"Akhhh Bun sakitttt." erang Bulan sembari memegangi telinganya.
"Ada tamu bukannya di temuin malah nyuruh Bunda bohong! Durhaka kamu!"
"Iya Bun kakak minta maaf! Aduhhh duhh sakittt Bun."
Mendengar erangan Bulan yang begitu meyakinkan, akhirnya Vini pun mau tidak mau melepaskan jewerannya di telinga Bulan.
Di tatapnya Bulan dengan intens yang tentu saja membuat anaknya itu merinding di tatap seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Type [On Going]
Teen FictionBintang selalu berada di sekeliling Bulan. Bintang dengan setia bersinar meskipun Bulan kadang tak menemani. Bintang tahu Bulan lelah, tapi Bulan tak pernah tahu rasa lelah Bintang. Meskipun sinar Bintang tak seterang Bulan, tapi Bintang bersedia m...