Suasana di ruang tamu itu terasa begitu hangat ketika si tamu yang terkadang melemparkan guyonan receh dengan si tuan rumah yang juga ikut menanggapinya.
Tapi di sisi lain si tuan rumah benar-benar merasa was-was juga geram secara bersamaan.
Bagaimana tidak geram? Orang yang ingin di temui oleh tamu tidak ada di rumah!“Jadi Bulan nya lagi nggak ada di rumah yah Tan?” tanya Aileen dengan nada kecewa padahal ia sudah sangat merindukan gadis tersebut.
“Iya Ay, padahal dia baru sembuh tapi udah pergi main lagi.”
“Tapi yang penting Mayang udah nggak sakit lagi kan Tan?” tanya Bintang dengan nada serius.
“Semoga aja yah.”
“Oh iya Tan, ini ada sesuatu untuk Bulan, dari kita temen-temennya Bulan sama bu Sarah wali kelas kita. Tadinya beliau mau ikut tapi nggak jadi karena ada urusan mendadak. Semoga besok Bulan bisa masuk sekolah yah Tan,” kata Aldo selaku teman sekaligus ketua kelas Bulan.
“Makasih lho yah, duh Tante jadi nggak enak nih. Kalian nya mau jenguk tapi malah anaknya nggak ada,” sesal Vini.
“Tidak apa-apa bu, yang penting kami sudah mendapat kabar tentang perkembangan Bulan,” sahut pak Herman, menenangkan Vini yang tengah merasa bersalah.
“Kalau begitu kami pamit bu, salam untuk Bulan semoga—”
“Kakak pulaaang..!” terdengar suara pekikan dari arah pintu utama yang menampilkan Bulan dengan pakaian santainya yang sudah kotor.
“Lan bentar deh!” seru seseorang di luar sana.
“Kenapa?”
“Naega neoreul johahaedo
Nobody knows
Dareun yeojal bwado
Nobody likes you
Yonggiga eopseoseo I'm sorry
Deo mamkkeot biuseo geurae naneun,” seseorang diluar sana menyanyikan sebuah lagu dari boy group Korea yang sialnya berhasil membangkitkan jiwa K-Pop Bulan.“Neoreul saranghaneun jjijiri jjijiri
Gurae naneun meojeori meojeori
Nan neohanteneun geomeori geotjeori
Isesang neo hanamyeon dwae.” Bulan dan beberapa teman lainnya yang ada diluar sana menarikan tarian dari lagu yang mereka nyanyikan dengan begitu semangat.“Udah udah, lo semua pulang abis itu mandi bau tau!” usir Bulan dengan nada guyonan beserta kekehannya.
“Besok main lagi yah, jangan lupa!”
“Gampang. Besok si Ridwan sama Zaki di ajakin juga yah, kurang seru kalo nggak ada mereka. Nggak ada yang bisa gue hina soalnya hehe.”
“Dasar mak lampir lo! Ya udah kita pulang, jangan lupa nanti malem jam dua.”
“Okeh!”
Usai dengan obrolannya bersama anak-anak komplek selaku teman bermainnya, Bulan kemudian melanjutkan langkahnya tadi yang sempat terhenti di ambang pintu.
Tapi lagi-lagi langkahnya kembali terhenti saat pandangannya bertemu dengan orang-orang yang ada di ruang tamu rumah nya. Mereka semua yang ada di sana tengah menatap ke arah Bulan dengan tatapan cengo.“Mampus gue,” gumam Bulan lirih.
“Kakak baru pulang? Dari mana kak?” tanya Vini dengan lembut, tapi sorot matanya menunjukkan hal yang berbeda.
“Iya Bun hehe, kakak abis.. Abis keluar tadi. Pak Usman.. Pak Herman? Apa kabar? Hehe udah lama yah disini?” tanya Bulan yang pastinya hanya basa-basi belaka. Kini dirinya sudah seperti seorang pencuri yang tertangkap basah. Benar-benar memalukan!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Type [On Going]
Teen FictionBintang selalu berada di sekeliling Bulan. Bintang dengan setia bersinar meskipun Bulan kadang tak menemani. Bintang tahu Bulan lelah, tapi Bulan tak pernah tahu rasa lelah Bintang. Meskipun sinar Bintang tak seterang Bulan, tapi Bintang bersedia m...