ED. 09: Flashback

2K 269 16
                                    

🔥 Selamat membaca 🔥

Sudah satu minggu lebih rombongan kerajaan Mimpi bermalam di kerajaan Sekotadi. Entah dua kerajaan ini memiliki rencana atau kerjasama apa, Luisa tidak mau ambil pusing soal itu.

Selama itu pula Ansel sibuk dengan pekerjaannya, bahkan untuk menyapa Lui saja pria itu tidak bisa. Apakah sesibuk itu? Sebagian dari diri Lui muram akan hal itu.

Luisa juga baru mengetahui kalau pangeran dan putri dari kerjaan mimpi itu bukan sepasang suami istri tetapi saudara kandung. Putri Tanvi memiliki wajah yang rupawan bahkan Luisa pun ikut terkagum-kagum. Sementara pangerannya, jangan ditanya lagi. Sudah pasti bak dewa-dewa Yunani, yah meski lebih tampan Ansel.

"Galatea."

Tungkainya berhenti, ketika seseorang memanggilnya. Luisa membalikkan tubuhnya ia mendapati Ratu Gheena tengah berjalan ke arahnya diiringi suara dari pernak-pernik yang beradu dengan lantai marmer ini.

"Salam, Ibu." Luisa masih mengingatnya kalau sedang berdua Sang Ratu lebih senang dipanggil ibu daripada gelarnya.

Gheena tersenyum. "Kau akan ke mana?"

"Menemui Putri Elysia," jawab Luisa.

"Bisakah ikut aku sebentar? Nanti pelayanku akan mengatakan pada Putri Elysia kalau kau ada urusan denganku."

Luisa mengangguk ragu. "Boleh saja."

Tanpa buang waktu Ratu Gheena langsung menarik tangan Luisa, berjalan sedikit cepat menuju kamarnya. Sebelum mengatakan apa yang ingin ia sampaikan, Gheena terlebih dahulu mengunci pintu kamarnya dan memasang perisai di seluruh kamarnya agar tidak ada yang mendengar pembicaraannya dengan Luisa.

Ia menatap Luisa lembut, mengelus pipinya pelan. "Sungguh aku berharap banyak padamu," katanya nanar.

Luisa terdiam, ia tidak mengerti. Kenapa raut wajah Gheena sedih dan khawatir secara bersamaan. "Ada apa, Ibu? Kau kelihatan tidak baik-baik saja."

"Sebentar lagi aku akan lengser dari kekuasaanku." Luisa diam tidak menanggapinya, ia terlalu bingung. Membiarkan Sang Ratu menceritakannya dahulu.

"Sudah tradisi, kalau Ratu dan Raja sudah lengser maka wajib bagi mereka untuk menikmati masa tuanya di suatu tempat yang telah di sediakan tanpa ada yang tahu, siapa pun itu."

Luisa berjalan, menghampiri Gheena. "Kau akan pergi dari sini?"

"Iya," jawab Gheena sambil tersenyum. Netranya kosong seolah tengah menerawang sesuatu.

ꔷ┈────────┈ꔷ

Gheena menatap pantulannya nanar. Hatinya hancur, jiwanya remuk tak tersisa. Ia merasa sangat kecewa pada dirinya sendiri. Sepasang tangan melingkar di area perutnya, mengelusnya lembut di sana.

"Ini semua takdir. Kau jangan merasa paling buruk, kau istriku, ratuku, kau pemilik ku. Aku tidak membutuhkannya jika kau terus berada di sampingku hingga akhir hidupku. Aku hanya minta itu darimu."

Perkataan itu seharusnya menenangkannya tetapi justru itu membuat Gheena semakin hancur. Ia tahu Suaminya ini juga merasakan apa yang ia rasakan. Namun ia sembunyikan karena Gheena.

Eternal Devil [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang