🔥 Selamat membaca 🔥
"Kau ngapain di sini?"Sebuah tangan menepuk bahunya pelan membuat Luisa terpekik yang untungnya ia segera membekap mulutnya agar tidak terdengar oleh Tanvi. Lantas ia membalikkan tubuhnya dan ternyata Eliza tengan menatapnya bingung.
"Kau sedang apa?" tanya Eliza heran tidak memerlukan raut terkejut Luisa.
"Kau—" Luisa menahan ucapannya. Lebih baik ia membawa Eliza menjauh dari sini terlebih dahulu jika tidak, ia tidak akan menjamin kalau Tanvi tidak mengetahuinya kalau ia sedari tadi bersembunyi di balik pintu dan mendengar semuanya.
"Kenapa kau kemari?" tanya Lui setengah kesal. Sekarang mereka sudah di luar lorong kamar tamu yang Tanvi tempati.
Eliza mengangkat bahu acuh. "Aku hanya menjalankan perintah bibi Martha, ia menyuruhku untuk mencarimu agar pulang bersamaku."
Perkataan itu sukses membuat Luisa mendengus. Apa tadi Eliza tidak tahu kalau ia tengah menguping pembicaraan putri Tanvi? Ya, memang tidak. "Kau pulang duluan saja, aku masih ada urusan."
"Urusan apa? Kau hanya mengurusi satu putri dan satu pangeran. Sementara aku, aku dua putri serta Raja dan sekarang semua tugasku sudah selesai tetapi kenapa kau belum?"
Ini yang tidak disukai dari Eliza, gadis ini terlalu banyak bertanya dan Lui tidak suka orang seperti itu. Namun, bagaimana lagi ia hanya memiliki dia sebagai teman perempuannya. "Kau tahu sendiri bagaimana sifat pangeran dari Sekotadi itu, apalagi putri mimpi."
Eliza mengangguk sambil terkekeh geli, tangannya tergerak untuk memilin-milin ujung rambutnya yang tergerai, sekarang ia sudah mengenakan kembali pakaian zirah serta rambutnya ia biarkan tergerai beba. "Kau tahu Raja dari Lykoi itu? Dia sangat tampan, baik, senyumnya lebih manis daripada lelehan madu. Dia juga murah senyum, perkataannya selalu membuatku senyum-senyum sendiri," ungkap Eliza sambil menerawang entah ke mana.
Lui sudah tahu kalau Eliza tengah memuji Rega. Siapa lagi Raja dari Lykoi kalau bukan Rega? Daripada meladeni Eliza yang tengah berandai-andai ia langsung pergi dari sana tanpa memerdulikan Eliza.
Eliza tersadar dari khayalannya, ia bingung ke mana Luisa pergi. "Apa dia meninggalkanku?" tanyanya pada dirinya sendiri. Setelahnya dirinya juga pergi dari sana.
Luisa terus berjalan, menghiraukan panggilan Eliza di belakangnya. Luisa berjalan tergesa-gesa hingga tak sadar dari arah berlawanan ada seseorang yang tengah berjalan sepertinya.
Bruk!
Entah keduanya yang tidak fokus ke depan atau apa, tetapi itu membuat Luisa kaget dan langsung mendongak untuk melihat siapa yang ia tabrak.
Froy, ternyata itu Froy. Ia bingung harus bersikap bagaimana. Terakhir mereka bertemu di aula saat penyambutan di sana Luisa langsung pergi gegara takut ketahuan dan sekarang ia harus bersikap seperti apa? Ia pun tak tahu. Sementara itu di belakang Luisa, Eliza terdiam melihat keduanya. Entah merasa kaget juga atau apa.
Luisa menunduk. "Maafkan saya." Setelah itu ia berniat pergi tetapi suara Froy menghentikannya.
"Tunggu."
Lui berbalik. "Ya?"
Sebelum menjawab Froy menatapnya dengan tatapan tak terbaca, sebelum akhirnya Luisa menundukkan wajahnya kembali menghindari tatapan menyelidik itu. "Apa kamarku sama di lorong yang ini?"
"Ya, Tuan. Kamar Anda di sini." Eliza menjawabnya dengan cepat ketika melihat Luisa yang terus menunduk. Ia mendadak khawatir akan temannya ini.
Froy mengangguk singkat, setelahnya ia menundukkan kepalanya sebentar sebagai rasa terima kasihnya kepada Eliza sebelum pergi meninggalkan dua gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Devil [End]
FantasyHarap Follow terlebih dahulu okey^^ ꔷ┈────────┈ꔷ Kejadian tak terduga datang merusak kebahagiaan Luisa. Sosok demon yang tak pernah Luisa duga, membawanya begitu saja. Luisa dengan sangat terpaksa tinggal di dunia eternal. Namun, kejadian buruk men...