ED. 27: Titik terang

1.4K 200 5
                                    

🔥 Selamat membaca 🔥


Tujuh hari telah berlalu, tetapi tidak ada hasil yang ditemukan mereka. Raut keputusasaan perlahan terbit di binar masing-masing. Terkecuali, Ansel. Prince of Devil itu tak pernah menunjukkan rasa putus asa.

Ansel menggeram frustasi, kenapa akhir-akhir ini banyak masalah yang menimpanya. Luisa yang tengah menemani Eliza untuk minum di sungai yang berada di samping tubuhnya dapat melihat wajah Ansel dengan jelas. Ia memerhatikan Ansel dari jauh, dirinya pun merasakan putus asa yang kentara, jalur di depannya makin hari makin mengabur, perlahan membuat kita kehilangan arah untuk menemukan Elysia.

Namun, ia meyakinkan diri kalau Elysia pasti ketemu. Rasanya Lui ingin menghampiri lelaki itu, mengusap bahu, menenangkannya. Meski batin pun merasakan hal yang sama dengan Ansel, ingin sekali ia merengkuh tubuh tegap itu tetapi apa daya dirinya hanya seorang pelayan.

Kini Luisa sadar, rasa yang memporak-porandakan dirinya masih melekat erat bahkan semakin hari semakin tak bisa dilepaskan seolah tiap harinya diolesi lem. Berhari-hari ia berusaha melepaskannya hanya berkahir sia-sia hingga membuatnya pasrah, lebih memilih mengikuti alur kehidupan.

"Ayo."

Luisa mendongak, mendapati Eliza mengulurkan tangan padanya. Ia pun menggapainya untuk membantu berdiri.

"Apa lebih baik kita menyerah?" tanya Eliza dengan nada pasrah.

Luisa menggeleng samar, atensinya masih menatap objek tadi. Langkah kaki yang ia ambil membuat ia semakin jelas untuk melihat rupawannya. "Kita sudah setengah jalan, jika kita kembali atau melanjutkan pencarian ini keduanya memiliki rintangan sama tetapi hasil yang berbeda."

"Berapa lama lagi kita harus mencarinya?"

Kini Luisa menatap Eliza sepenuhnya. "Seberapa lamanya kita mencari pasti akan menemukannya jika kita bersungguh-sungguh dan tidak menganggap beban."

"Duduklah di sini." Keduanya menghampiri Jack dan Rega.

Berhari-hari di hutan memang membuat mereka lebih mudah memburu tetapi beda lagi kalau hutan yang mereka tempati ini Dark forest mereka harus hati-hati dalam memilih mangsa jika melakukan kesalahan maka kematian yang akan menjemputnya. Hewan di sini bukan sekedar hewan, penghuni hutan ini mayoritas iblis yang menyamar sebagai makhluk hutan lainnya.

Walaupun begitu mereka tidak ketakutan dan kelaparan karena pemimpin mereka ini pemimpin para iblis. Ya, Ansel yang memilihkan makanan untuk mereka. Meski terlihat acuh, pria itu masih memiliki rasa tanggungjawab yang penuh. Dia yang telah membawa Luisa dan yang lainnya ke hutan kegelapan ini maka dia pun harus bertanggung jawab atas apa yang akan menimpa rombongannya.

Beralih dari pemikiran itu, atensi Luisa kembali menatap sekeliling. Begitu sunyi, kini Eliza sudah terpejam damainya, Jack dan Rega pun memejamkan mata tetapi Lui yakin mereka tidak benar-benar tertidur. Sementara Ansel, pria itu masih dalam posisi sebelumnya, menatap lurus ke depan tanpa memerdulikan sekitar.

Ini kesempatan bagus, ia beranjak, memejamkan mata guna memakai kekuatan demonya. Dengan kekuatan ini Lui bisa beranjak tanpa menimbulkan suara.

Setelah jauh dari teman-temannya, Luisa berhenti. Ia menajamkan semua indranya, entah mengapa ia merasa ada yang aneh.

Ia terus berjalan, menulusuri jalanan penuh duri. Setiap ia melangkah angin berhembus sedikit kencang seolah menyapukan duri dan dedaunan dari tanah yang akan Luisa pijak. Alam pun mendukungnya membuat Luisa semakin penasaran ada apa di ujung sana.

ꔷ┈────────┈ꔷ

Eliza mengerjapkan mata, guna memperjelas penglihatan. Menguap sebelum mengucek mata dan melihat ke samping. Dahinya mengernyit, Vanka di mana?

Eternal Devil [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang