ED. 16: Mogwels

1.6K 231 12
                                    

🔥 Selamat membaca 🔥


Hari ini Luisa tidak seceria biasanya dikarenakan Fay dan peri lainnya sedang ada urusan di kerjaan mereka. Tadinya Lui mau ikut tetapi Fay mengingatkan kalau ia ikut maka semuanya akan tahu dan mengira bahwa Luisa adalah Galatea, yang lebih buruknya bisa saja mereka membawanya ke kerajaan Ansel.

Luisa tengah duduk di salah satu dahan pohon Ek, berkat sayapnya ia bisa duduk di ketinggian serta ia sudah tidak takut lagi akan ketinggian. Dari kejauhan ia dapat melihat gerak-gerik mencurigakan di salah satu semak-semak, matanya memicing lalu tersenyum miring. Sepertinya ia akan mendapatkan makanan tanpa bersusah payah berburu.

"Hariku yang beruntung," gumamnya sembari loncat turun dari dahan yang ia duduki.

Luisa berjalan tanpa suara, perlahan ia mendekati semak-semak tak berduri di depannya dengan waspada. Dalam hitungan ketiga ia membuka semak-semak nya dan ternyata ....

ꔷ┈────────┈ꔷ

Entah sudah ke berapa kalinya aku menghela napas kesal. Bagaimana tidak kesal, di sini aku sudah menunggu paman Rega dari tiga jam lalu. Namun, pria tua berwajah muda itu juga belum memunculkan batang hidungnya. Sungguh mengesalkan!

"Lysi."

Aku tersentak ketika suara Ayah mengagetkanku. Aku segera berbalik dan langsung berhadapan dengan tatapan elang milik Ayah. Ck, aku paling kesal dengan tatapan itu. Rasanya aku pengen mencolok kedua netra tajamnya tetapi apalah dayaku dan aku tidak mungkin setega itu dengan Ayahku sendiri.

"Kau sedang apa?" tanyanya ketika aku tidak berucap apapun.

Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal sama sekali. "Aku sedang menunggu paman Rega tetapi ia mengingkari janjinya," ucapku sembari mengadu atas kelakuan paman Rega. Rasakan paman! Sepertinya kau akan kehilangan satu tulang rusukmu, aku terkekeh dalam hati.

"Ini hampir sore sebaiknya kau masuk. Tanvi menunggumu." Setelah itu Ayah pergi begitu saja. Sedangkan aku memutar netraku malas.

Sebenarnya aku masih belum setuju kalau Ayah bertunangan dengan bibi Tanvi. Apalah dayaku, aku tidak mungkin menghancurkan kebahagiaan Ayahku sendiri, dan juga alasan aku menunggu paman Rega untuk membicarakan soal pencarian Ibu Luisa tanpa ada yang tahu. Paman Rega juga sudah tahu tentang kebenarannya lewat ceritaku beberapa hari lalu, dan aku mengutarakan perasaanku bahwa aku yakin kalau Ibunda Luisa masih ada di sini. Awalnya paman Rega ragu menerimanya karena ia takut jika ayah mengetahuinya. Namun, aku meyakinkannya, yah ... meskipun aku juga sedikit takut.

Aku langsung membuka pintu ganda di hadapanku lalu memasukinya, hah ... aku sangat bosan. Aku sengaja tidak menemui bibi Tanvi dan lebih memilih ke kamarku.

"Elysia."

Nenek Lyv menghampiriku dan mengusap pucuk kepalaku lembut. Jujur saja dulu aku tidak terlalu dekat dengan nenek kandungku sendiri. Aku lebih dekat atau bahkan sangat menempel dengan nenek Gheena. Oh, aku jadi merindukannya.

Aku memeluknya yang tentu saja dibalas olehnya. "Nenek, apa kau punya waktu luang?" tanyaku setelah melepaskan pelukannya.

Nenek Lyv mengangguk. "Tentu saja, dan hanya untukmu." Aku tidak menyangka jika nenek Lyv sebaik ini. Sewaktu dulu ia selalu menjauhiku dan tidak pernah menyapa ataupun menegurku. Namun, setelah nenek Gheena dan ibunda Luisa tidak ada di sampingku perlahan nenek Lyv mendekatiku tetapi bibi Tanvi selalu mengekorinnya membuatku muak. Ia selalu berusaha mengambil hatiku untuk menyetujui pertunangannya dengan Ayah. Padahal tanpa persetujuan dariku juga akan tetap terlaksana dan sudah dilaksanakan satu minggu lalu.

Eternal Devil [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang