🔥 Selamat membaca 🔥
Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, derit ayunan mengiringi pendengarannya. Daun berjatuhan mengakibatkan tanah yang dia pijak penuh dengan daun berwarna kuning yang berserakan. Napasnya tenang tetapi tidak dengan hati dan pikirannya. Sang Mega mendung sangat ceria siang ini, netranya melirik ke bawah, ia berada di mana?
Kenapa ia bisa di tengah lapangan, kakinya melangkah menelusuri ilalang kering.
"Hai!" teriaknya sembari menatap
sekeliling.Tidak ada jawaban.
"Apa ada orang?"
Hening.
Tiba-tiba angin kencang menerpa, semua pohon bergerak tak seirama. Ayunan lebih laju, ilalang berseok-seok, bahkan tubuhnya pun ikut tumbang. Benar-benar angin yang sangat kuat.
"Luisa."
Luisa menegang, pupilnya bergerak liar. Kedua tangannya meremas gaun putih yang ia kenakan dengan sangat kuat. Rembesan keringat dingin mulai keluar dari dahinya. Ia terlalu takut untuk membalikkan tubuhnya melihat pemilik suara lembut yang memanggilnya.
"Luisa, berbaliklah."
"Luisa aku tidak akan menyakitimu, ayo berbaliklah."
Setelah seperkian menit akhir Luisa membalikkan tubuhnya perlahan dengan wajah menunduk. Dapat ia lihat sepasang kaki putih nan mulus dengan kuku bercat merah tepat tiga langkah di depannya. Luisa masih belum mau menunjukkan wajahnya, entah kenapa ia merasa takut.
"Angkatlah wajahmu."
Luisa menggeleng pelan.
Tangan lembut nan harum menyentuh dagunya, mendongakkan pelan.
Deg!
Apa sosok di hadapannya ini benar?
Dia ada?
"Galatea?!"
Wanita itu tersenyum, mengangguk pelan. Lantas memeluk tubuh Luisa yang masih terpaku. "Ya. Ini aku, Galatea. Kau tahu Lui?" Gala melepaskan pelukannya, membingkai wajah Luisa lembut. "Wajah ini ... wajah ini sangat persis dengan wajahku."
Luisa memberanikan diri untuk menatapnya. Ya, memang benar wajah mereka sangat persis, ternyata lukisan tempo hari yang ia lihat benar. Kenapa wajahnya sangat sama denganku?
"Entah kita harus mensyukuri ini atau sebaliknya. Namun, aku malah sangat bersyukur, Lui. Kau boleh saja membenci diriku karena diriku yang menyebabkanmu mendapatkan masalah ini." Galatea melangkah perlahan, membuat gaun putihnya menyapu rerumputan hijau yang merka pijak. "Aku bersyukur karena ... kau membuat Putriku bahagia, membuatnya tersenyum tanpa paksaan, memeluknya hangat. Meskipun itu semua bukan karena aku tetapi aku sangat bersyukur, aku tidak iri padamu, Lui. Bahkan akau sangat bahagia berkat dirimu."
Luisa mengikuti langkahnya, mendengarnya dengan baik. Namun, ganjalan dalam dirinya terus meronta ingin segera dilontarkan. "Kenapa kau berada di sini, Gala?"
Langkah Gala berhenti lantas membalikkan tubuhnya menghadap kembaran tak sedarahnya, tersenyum lembut. "Ini alam mimpi ... ini alam mimpimu, Luisa. Kenapa aku bisa berada di sini? Karena ... karena jiwaku berada di tubuh Tanvi, Putri kerajaan mimpi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Devil [End]
FantasyHarap Follow terlebih dahulu okey^^ ꔷ┈────────┈ꔷ Kejadian tak terduga datang merusak kebahagiaan Luisa. Sosok demon yang tak pernah Luisa duga, membawanya begitu saja. Luisa dengan sangat terpaksa tinggal di dunia eternal. Namun, kejadian buruk men...