PROLOG

6.8K 231 5
                                    

"Mau ngomong apa lo?" tanya Alveno sambil menghidupkan rokok di tangannya.

"Hiks.. gu-gue ha-mil." lirih Anna tersedu-sedu dengan menunduk tak berani menatap mata Alveno, sambil memberikan Tespacknya kepada Alvano.

"Hubunganya sama gue apa?" tanya Alveno yang hanya melirik sekilas sambil menghisap rokoknya.

"Ini a-anak lo." jawab Anna sambil menghapus air matanya kasar.

"Yakin itu anak gue? anak om-om kali." ucap Alveno sambil terkekeh.

"Gue nggak semurahan itu! gue ngelakuin itu cuma sekali, itupun sama lo." jawab Anna dengan mendongakkan kepalanya dan menatap Alveno nyalang sambil menahan amarahnya.

"Ck mau lo apa? Gue tanggung jawab dan nikahin lo gitu?" sinis Alveno.

"Iya." jawab Anna lantang

"Cih.. jangan mimpi deh lo." sinis Alveno

"Tapi ini anak lo Alveno." bantah Anna dengan penuh penekanan.

"Mau anak gue, anak orang lain kek, gue nggak peduli." ucap Alveno bodo amat.

"Apa lo tega anak kita lahir tanpa ayah?" lirih Anna.

"Kalo lo nggak mau anak lo lahir tanpa ayah, lo gugurin aja itu bocah sialan." teriak Alveno sampai menimbulkan urat lehernya.

"Oke, kalo lo nggak mau tanggung jawab, biar gue sendiri perjuangin anak gue." final Anna sambil berlalu meninggal kan Alveno.

Anna langsung pergi dari rooftop, air matanya sudah tidak bisa dia tahan lagi. Bukannya ke kelas Anna malah pergi ke arah toilet dan menangis sejadi-jadinya di dalam toilet.

"Aakhh... BRENGSEK LO SIALAN!!" teriak Anna sambil menekan-nakan perutnya, sampai ia tak sadar bahwa buah hatinya berada didalam sana. Sampai akhirnya perut Anna kram, dan ia tersadar bahwa ia menyakiti calon anaknya.

Anna menghela napas panjang, ia menghapus air matanya dengan kasar. Perlahan ia menyentuh perutnya dan mengelusnya, tempat dimana buah hatinya berada. Ia tak bisa membayangkan bagaimana harus membesarkan anaknya seorang diri, tapi tampaknya ia tidak memiliki pilihan lain.

Anna teringat orang tuanya, bangaimana jika orang tuanya tau bahwa anaknya telah rusak, pasti orang tuanya sangat kecewa dan malu, anak semata wayangnya yang ia didik dari kecil untuk menjaga kehormatannya telah dirusak oleh laki-laki brengsek seperti Alveno yang tidak mau tanggung jawab atas yang ia perbuat.

Walaupun ia kurang kasih sayang orang tuanya karena orang tuanya sibuk bekerja ia tetap menyayangi orang tuanya, ia tidak mau nasibnya yang kekurangan kasih sayang orang tuanya terjadi pada calon anaknya nanti.

Ia tersenyum pahit mengingat kenyataannya yang begitu pahit.

Anna masih bisa terima jika Alveno menyuruhnya untuk melupakan kejadian itu, tapi ini apakah Alveno tidak punya hati nurani sampai ia menyuruhnya untuk menggugurkan calon anaknya sendiri dan tidak menganggap darah dagingnya ini, padahal anaknya tidak bersalah sedikitpun.

Sanggupkah Anna menjalani hari-harinya dengan kondisi hamil dengan usianya yang begitu muda?

TBC•

My frist storyMohon dimaklumiJangan lupa vote and comment!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

My frist story
Mohon dimaklumi
Jangan lupa vote and comment!


ALANNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang