6

355 67 2
                                    

Jennie membuka pintu rumahnya dan, " Ni, aku merindukanmu. Sangat sangat sangat." Iu memghambur, memeluk Jennie. Jennie juga kegirangan bukan main saat di pertemukan dengan sahabat kecilnya.

"Nini, aku sudah menunggumu 2 jam. Hampir saja aku mau kembali pulang ." rengek Iu pada Jennie.

"Kan tadi aku sudah memberitahu di telfon , aku pulang agak malam. Tapi kenapa masih ngotot nungguin?" bela Jennie.

Iu hanya nyegir, "Nih, hadiahnya. Aku gak lupa kan." menyodorkan sebuah kotak pada Jennie.
Dengan segera, Jennie menerima dan membuka kotak tersebut.

"Hmmm, huuhhh. Aromanya bagus, aku menyukainya. Terimakasih Yu." kembali memeluk Iu.

"Tapi parfum nya aneh Ni, kaya aroma darah." Iu menutup hidungnya karena tidak tahan dengan aroma amis ini.

"Terserah, yang penting aku suka. Ah iya kita lanjut ngobrol di kamar aja, yuk."

Iu menganggukkan kepala, "Kita kekamar ya." sapa Iu pada ketiga saudari Jennie. Mereka bertiga kompak hanya mengangguk.

"Kak Jennie tidak pernah mau akrab dengan kita, tapi dia bisa sangat dekat dengan kak Ji Eun."bisik Rose pada saudarinya.

"Karna Ji Eun lah teman Jennie dari kecil di Australia, sampai Jennie di kirim ayah ke Indo, Ji Eun bahkan mengikuti nya. Memohon pada ayahnya sampai di perbolehkan. Tak heran jika mereka sangat dekat." titah Jisoo meluruskan pikiran adiknya.

"Kenapa kakak baru cerita sekarang?"Lisa menyadari kebenaran yang belum terungkap.

"Yah, kalian gak ada nanya sama kakak."

"Gemes deh kak, pengen cium ."Rose memonyongkan bibirnya kearah Jisoo, tapi di ditangkis."Apasih, kakak mau tidur. Kalian juga sana pergi masuk tidur, besok sekolah."

"Siap komandan!"Lisa menegakkan badan seraya memberi hormat dengan tangan kanannya kepada Jisoo.

Jisoo dan Rose hanya tertawa melihat perlakuan adik bungsunya ini.

🦄.
"Selama proses aborsi di Australia, gak ada yang masalah kan? Gimana perut kamu, udah mulai baikan?"

"Semua lancar Ni, perut aku baik. Awal awal aku sakit sih, tapi kelamaan uda agak membaik." melihatkan jahitan di perutnya pada Jennie.

"Jadi gimana, apa paman Lee tahu kamu aborsi?"

"Ya, Ayah tahu. Bahkan dia tidak memarahiku melakukan aborsi. Dia bilang bahwa apapun yang kulakukan, lakukan saja. Jika itu membuatku lega. " jawab Iu.

"Syukurlah."

Mereka tidur dengan berpelukan.
"Hoammmmm."Jennie bangun dari tidurnya. Ia melihat Iu masih berada di alam mimpinya.

Tak berapa lama Jennie selesai mandi, memakai seragam SMA nya lalu menyisir rambutnya. Iu terbangun lalu menatap gerak gerik Jennie.

"Nini, aku juga masih pengen sekolah." mengerucutkan bibirnya.

"Siapa suruh kegantelan sama Jungkook. Kena karma kan. Haha..."

"Gairah gak bisa di tahan Ni, harus di lepas."

"Terserah."

🦄.
Setelah mengantar Jennie sekolah Iu berniat mencari keberadaan sang mantan kekasih, alias Jungkook.

Mulai dari apartemen milik Jungkook tidak ada orang. Kemudian pergi ke Basecamp Jungkook bertanya pada teman tongkrongan Jungkook. Tapi anehnya mereka mengatakan tidak melihat Jungkook selama 2 hari belakangan ini.

Baiklah, dengan keberanian Iu menelfon nomornya. Tapi tidak aktif. Apa yang terjadi? Apakah Jungkook benar-benar pergi meninggalkan nya? Pikiran negatif mulai menyusuri otak Iu.

Ia masih sangat menyayangi Jungkook. Belum siap untuk berpisah dari Jungkook. Ah, dia mengingat bahwa dia memiliki nomor orang tua Jungkook yang ada di Korea.

Segera Iu menelfon dan," Hallo om, ini saya Lee Ji Eun. Saya ing-."kalimat nya terhenti ketika orangtua Jungkook mematikan telfon.

"Apa mereka masih membenciku? Dan, sepertinya ada yang tidak beres dengan Jungkook. Aku akan segera menemukan mu Jungkook." Iu pulang dengan hati yang hampa.

🦄.
Di kelas Jennie masih dengan kebiasaannya membaca buku, entah buku pelajaran ataupun buku novel. Kelas masih agak sepi karena jam menunjukkan pukul 6.45.

"Jennie." Chanyeol datang menyapa Jennie.

Melirik sekilas lalu kembali menatap buku. Chanyeol yang agresif langsung mendekati Jennie tanpa aba-aba mencium pipi kiri Jennie.

Tentu saja Jennie marah, karena pipinya sudah tidak perawan lagi. Oh tidak, Chanyeol membangunkan beruang tidur. Dengan mata tajam menatap Chanyeol, kaki Jennie menendang kemaluan Chanyeol, sangat kuat. Hingga...

"AAAKKKKKHHHHHHHH, apa yang telah kamu lakukan Jennie."

Seluruh murid yang di berada sekitar kelas Jennie mendengar teriakan Chanyeol. Mereka berlari menuju kelas Jennie untuk melihat apa yang terjadi.

Jennie menatap Chanyeol, kemarahannya masih belum reda. Beraninya dia mencium pipi kiriku, Aku tidak akan membebaskan mu Chanyeol - Jennie membatin, dan sedikit mengukir sebuah senyuman di bibirnya.

"Hei kalian, ada apa ini?"Daniel menghampiri Jennie dan Chanyeol.

Kedua orang itu diam, masih berada dalam emosi masing-masing, tidak ada yang menjawab perkataan Daniel. "Saya tanya sekali lagi, ADA APA INI!" Daniel yang habis kesabaran, karena melihat Jennie dan Chanyeol.

"Kalau tidak ada yang bisa menjawab, kalian ikut saya ke ruang osis, SEKARANG!"

Jennie dan Chanyeol pun menyusul Daniel ke ruang osis. "Apa kalian anak sd? Mengapa membuat keributan ? padahal ini masih pagi sekali. Chanyeol jawab saya!"

"Jennie menendang a-anu ku tiba-tiba."jawab Chanyeol yang menahan kesakitan pada area kemaluannya. Terkejut dengan pengakuan Chanyeol barusan. Seorang Jennie yang dilihat Daniel selama ini adalah seorang gadis yang baik, pendiam, dan sangat cerdas.

"Benar begitu Jennie?" tanya Daniel agak canggung. Karena baru pertama mengobrol pada Jennie sang pujaan hati. Karena selama ini, Daniel hanya penggemar rahasia.

"Ya."jawab Jennie sangat singkat, dengan menatap malas Chanyeol.

"Apa Chanyeol telah membuat kesalahan? Mengapa kamu bertindak kasar?" tanya Daniel lagi.

"Dia mencium pipiku."dengan amarah yang masih tersisa, Jennie menahannya. Ia akan keluarkan dengan cara lain nanti.

"APA?! BERANI NYA KAMU!"Daniel yang terbawa emosi langsung memukul Chanyeol. Membabi buta, seperti singa yang kelaparan.

°°°

*PSYCHOPATH BUT BEAUTIFUL* (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang