Door 3

2.8K 590 188
                                    

#Playlist: Justin Bieber - Nothing Like Us

Yuhuuuu! Update lagi ^^

Kalau komennya bisa mencapai 60, besok aku update lagiii ya '-')/ makin hari makin naik targetnya😂🤣

Kalau komennya bisa mencapai 60, besok aku update lagiii ya '-')/ makin hari makin naik targetnya😂🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah punggung Snow diobati, perempuan itu tidur terlelap di tempat tidur. Tidak berada di rumah Snow melainkan rumah Nerakasara. Para sepupu Snow yang kompak itu menyuruh Snow menetap sementara di rumah Nerakasara.

Orderano turut menemani Snow. Perempuan itu tak berhenti ketakutan. Rintihan sakit saat diobati semakin meremas hati Orderano. Bahkan sampai jatuh tertidur Snow tidak melepas genggaman tangannya.

Perlahan Orderano mengusap wajah Snow dengan punggung tangannya, sementara satu tangannya tetap menggenggam tangan perempuan itu. Dia merasa terluka. Padahal bukan dia yang kena caci maki dan pengusiran secara kasar. Dia yakin Snow tidak hanya menahan sakit di tubuhnya, tetapi juga luka di hatinya.

"Semoga lukanya segera sembuh, Snow," ucap Orderano. "I'll be here for you."

Di belakang sana Nerakasara bertanya, "Lo nggak mau diobatin juga, Order? Punggung lo luka tuh kena tongkatnya Oma. Kekuatan dia biar udah tua gitu nyakitin."

"Nggak usah, nanti juga sembuh," tolak Orderano.

"Luka kalo didiemin bahaya lho! Snow udah tidur. Tinggalin aja nggak apa-apa," suruh Nerakasara.

"Nanti aja, Ner. Gue mau nemenin dia sebentar," tolak Orderano saat melihat Nerakasara sambil tersenyum tipis.

"Yowes. Gue mau bantu Matcha masak dulu deh. See you, Order!"

Sepeninggal Nerakasara, Orderano tetap duduk di samping memandangi Snow. Semua yang ada pada diri Snow sangatlah menarik. Dia menyukai Snow karena perempuan itu tahu apa yang diinginkan. Snow yang energik, terbuka, dan ceriwis adalah sosok yang menghidupkan suasana.

"Snow, andai lo tau seberapa sayangnya gue sama lo. Gue mau menjaga dan melindungi lo selamanya di sisi gue," gumam Orderano pelan. "Kira-kira bisa nggak ya lo sadar sama perasaan gue?"

Tiffany yang baru masuk langsung menyela, "Bisa aja. Mungkin bukan sekarang, tapi bisa aja nanti. Nggak ada yang mustahil, kan?"

Orderano tersentak kaget. Spontan dia menoleh ke samping--tepat ke arah Tiffany yang sudah duduk di sofa kamar. "Gue pikir siapa. Tapi omongan lo benar juga."

"Soalnya gue pernah di posisi lo. Gue berharap sebegitu besar sama seseorang terus akhirnya dia melihat usaha gue. Ya, meski ujung-ujungnya nggak enak, tapi gue harap lo dapat ending yang bahagia," ucap Tiffany.

I A Door You (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang