Prolog

8.9K 819 92
                                    

#Playlist: Sandhy Sandoro - Tak Pernah Padam

#Playlist: Sandhy Sandoro - Tak Pernah Padam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki baru saja menginjak tanah setelah turun dari mobil sedan hitam yang berhenti tepat di depan rumah bertingkat tiga.

"Snow, gue harus bersikap gimana di depan Oma?" Suara laki-laki di sisi lain bertanya dengan menunjukkan raut wajah bingung.

"Bersikap semesra mungkin. Tunjukkin kalo lo cinta banget sama gue. Paham, kan?"

Dia––Orderano Soedarjo––mengangguk. Tidak perlu disuruh berpura-pura juga dia sudah mencintai perempuan itu. Bahkan dia dengan senang hati menunjukkan perasaannya.

"Kalo gitu kita temui Oma." Perempuan itu memberi kode melalui mata untuk segera masuk ke dalam rumah. "Eh, tunggu sebentar."

Orderano terpaksa berhenti ketika perempuan itu tiba-tiba merapikan kerah kemeja miliknya. Selama beberapa saat dia memperhatikan perempuan itu yang sibuk merapikan segala sesuatu yang kurang rapi.

"Done! Ayo, kita masuk."

Orderano menggangguk. Namun, dia terkesiap ketika tiba-tiba perempuan itu menggenggam tangannya dengan menyatukan jari jemari mereka.

"Kita harus semesra ini. Jangan lupa senyum," kata perempuan itu sambil menunjukkan senyum manisnya.

Orderano menarik senyum mengikuti perempuan itu. Hatinya bergetar. Rasanya aneh. Dia selalu merasa begini setiap kali bersama perempuan itu. Padahal mereka sudah putus bertahun-tahun yang lalu.

Snow. Ya, seputih salju––begitulah pandangannya tentang Snow. Gadis berwajah cantik dengan sifat energik dan penuh keceriaan.

Orderano selalu mencintai Snow, bahkan sampai detik ini. Namun, sayangnya Snow tidak memiliki rasa yang sama dengannya. Miris sekali bukan?

"Snow?"

"Kenapa?"

"I love you."

Snow berhenti sejenak dengan alis terangkat. "Lo mau ngomong di depan Oma sedatar itu? Coba lebih lembut dikit biar kelihatan lo cinta beneran."

Orderano tertawa pahit. Padahal dia sedang mengatakan hal yang dia rasakan untuk Snow, bukan sebagai pacar pura-pura tapi sebagai rasa sesungguhnya.

"Like this?" Orderano melepas genggaman tangan Snow darinya, lalu menangkup wajah cantik itu dan menatapnya penuh cinta. "Aku mencintai kamu setulus hati, Snow. I mean it."

Snow mengangguk. "Great! Dengar lo ngomong gitu jadi inget pacar gue si Ana."

Orderano harus menelan kepahitan lainnya. Iya, Snow memang punya pacar. Saingannya bukan laki-laki, tapi perempuan. Ini mungkin yang terasa mustahil untuk dikalahkan.

"Ana yang mana? Gue belum kenal kayaknya," tanya Orderano pura-pura santai. Dalam hatinya sih sudah kayak ditusuk-tusuk.

"Itu yang ganteng. Lo kalah ganteng deh. Dia mah kayak laki banget," jawab Snow. "Lain kali gue kenalin. Kita urus Oma dulu. Pokoknya harus kelihatan lo cinta banget sama gue. Yakinin Oma kalo gue perempuan yang mau lo miliki selamanya. Oke?"

"Oke. Tenang aja. Gue akan melakukan seperti yang lo bilang."

"Good." Snow kembali menggamit tangan Orderano, lalu menariknya masuk ke dalam rumah. Saat dia tak melihat ada batu dan nyaris tersandung, Orderano menahan lengannya jadi tidak sampai jatuh. "Thank you, Order."

"My pleasure. Omong-omong, gue baru beli rumah di samping rumah lo."

Ada suara knalpot motor berisik yang lewat tiba-tiba sehingga Snow tidak dapat mendengar kalimat Orderano dengan jelas. "Lo ngomong apa tadi?"

"Nothing."

Orderano tidak bicara lagi. Dia akan memberi kejutan kepada Snow nanti. Iya, kejutan pindah rumah cuma karena ingin selalu ada untuk Snow. Kalau kata para sepupunya, dia seperti laki-laki bucin yang tidak bisa cari perempuan lain.

Well, Orderano tidak akan menyangkal hal itu. Dia memang sudah jatuh sejatuh-jatuhnya untuk Snow.

❄️❄️❄️

Gimana nih prolog yang rasanya nggak manis, tapi nggak pahit juga🤣🤣🤣

Jangan lupa kasih vote dan komen kalian ya😍

Mau tes ombak. Kira-kira komennya bisa sampai 50 nggak?😂

Follow IG: anothermissjo

I A Door You (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang