Door 6

2K 554 314
                                    

Playlist: Chungha - My Love (Ost Dr. Romantic 2) ini cocok banget buat Order ke Snow😭😭😭😭☹️

Yuhuuu! Akhirnya update😘😘😘😍

Yuk, komen hehe kalau komennya sampai 300, besok aku update 5 chapter😘😘😍

Kapan lagi kan aku update sehari 5 udah melebihi makan rutin😂😂

Kapan lagi kan aku update sehari 5 udah melebihi makan rutin😂😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan pintu kamar hotel Snow berdiri. Jari telunjuknya menutup peephole setelah sebelumnya menekan bel. Tak ada tanda-tanda pintu akan dibuka. Snow menekan bel lagi. Dia berharap pintunya segera dibuka. Harapannya langsung dijawab. Pintu hotel perlahan dibuka, menunjukkan seorang perempuan berambut pendek sebahu yang memakai jubah mandi.

"Siapa, Sayang?"

Suara teriakan terdengar seiring wujud yang kini terlihat jelas berdiri cukup jauh dari perempuan berambut pendek itu.

Detak jantung Snow seakan berhenti. Dia melihat Ana berdiri mengenakan jubah mandi hotel seperti perempuan berambut pendek di depannya. Dia pikir Aydin berbohong soal perselingkuhan Ana, ternyata tidak. Dia melihat perempuan itu berselingkuh dengan perempuan lain.

"S-S-Snow...?" Ana menyapa gelagapan.

Perempuan berambut pendek sebahu itu menoleh ke belakang. "Siapa, Sayang? Kamu kenal?"

"Gue pacarnya! Dasar perempuan gatel!" jawab Snow dengan menekankan kalimatnya.

Snow menjambak rambut perempuan itu sekuat tenaga sampai akarnya. Perempuan itu merintih sakit.

Orderano yang kebetulan ikut dan berdiri di samping Snow langsung bergerak cepat menarik tubuh Snow. Dia ikut kesal tapi tidak mungkin memukul Ana mengingat pacarnya Snow itu perempuan. Kalau saja laki-laki, sudah pasti Orderano habisi sekarang juga.

"Snow! Cukup!" seru Orderano.

"Bodo! Biar botak sekalian!" Snow tak berhenti meronta ketika Orderano berhasil menariknya menjauhi perempuan itu. "Dasar perempuan ganjen! Mau aja sama pacar orang! Dasar murahan!"

Ana menarik mundur perempuan berambut pendek supaya berlindung di balik tubuhnya. "Snow, cukup. Kita putus. Aku lebih sayang sama dia dibanding kamu."

Seketika Snow berhenti meronta. Mendengar ucapan itu Snow menarik senyum miring. "Pantes lo minta gue kurusin badan. Ternyata oh ternyata, perempuan ini alasan lo minta gue kurusin badan."

"Seenggaknya dia nggak ngerepotin kayak kamu."

"Ngerepotin?" Snow menyingkirkan tangan Orderano dari lengannya. Sambil tertawa kesal dia melanjutkan, "Lo yang ngerepotin. Siapa yang sering bayarin lo makan? Jajan? Beli alat-alat olahraga? Bayar apartemen lo? Siapa? Gue yang bayarin! Lo masih bilang gue ngerepotin? Sakit lo ya!"

Orderano kaget mendengar hal-hal yang disebutkan. Pantas saja Cloud sering cerita kalau Snow boros. Karena yang dia tahu Snow orangnya tidak seboros Heaven. Ternyata uang itu dialirkan untuk membelikan barang-barang mewah demi Ana.

Snow maju selangkah sambil tersenyum seperti orang gila. Dia melepas sepatu berhak runcing. "Lo tau apa gunanya hak heels runcing kayak gini?" Dia maju selangkah demi selangkah, membuat Ana dan perempuan di belakangnya mundur teratur. "Hak runcing kayak gini diciptain untuk tusuk kepala lo yang nggak tau diri itu. Dasar brengsek!"

Orderano sigap menarik Snow sehingga lemparannya meleset dan tidak mengenai kepala Ana. Kontan, Ana menutup pintunya karena takut.

"Lepasin! Gara-gara lo, gue gagal tusuk kepalanya!" protes Snow sembari memukul tangan Orderano hingga terlepas.

"Snow, lo bisa masuk penjara kalo dia nuntut. Cukup. Jangan dilanjut lagi."

Snow mengabaikan Orderano dan menggedor-gedor pintu kamar hotel yang ditempati Ana. "Buka pintunya. Keluar lo. Beraninya lo sembunyi di dalam kamar sama perempuan murahan! Dasar pengecut!"

"Snow, cukup. Lo ganggu orang di sini," bujuk Orderano sembari menarik tangan Snow supaya berhenti menggedor. Sayangnya Snow langsung menepis tangannya.

Pada saat Snow kembali menggedor pintu, ada beberapa tamu hotel yang keluar dari kamar mereka. Orderano tidak punya pilihan lain selain mengangkat tubuh Snow dan menggendongnya di atas pundak, lalu pergi.

"Order! Turunin gue!"

"Nggak. Udah cukup. Percuma lo gedor seratus kali. Ana nggak akan peduli."

"Gue nggak peduli. Gue mau hajar mukanya sampai babak belur!"

Orderano tidak menanggapi, membiarkan Snow memukul punggungnya dengan kuat. Lambat laun pukulan itu melemah dan berhenti. Orderano baru menurunkan Snow saat mereka berada di lift. Tak dilepas begitu saja, Orderano menggenggam tangan Snow erat-erat supaya Snow tidak kabur.

Sepanjang jalan turun Snow diam tidak mengatakan apa-apa. Dia kesal setengah mati dikhianati Ana setelah bersusah payah mengubah dirinya menjadi sosok yang lebih baik. Apa yang dilihatnya sekarang menjadi bukti kalau dia tidak pernah dicintai dengan tulus.

Setibanya di pelataran parkiran khusus motor besar, Orderano membantu Snow memakai helm. Perempuan itu tetap diam, tapi raut wajah kesalnya masih sama seperti saat menangkap basah Ana bersama selingkuhannya.

"Snow, gue tau lo merasa––"

"Jangan ngomong lagi. Gue nggak mau dengar apa-apa," potong Snow.

Orderano mengikuti keinginan Snow. Dia segera naik ke atas motor Kawasaki Ninja 250R miliknya setelah selesai memakai helm. Baru akan menyalakan mesin, tiba-tiba Orderano berhenti saat Snow memeluknya. Pelukan itu terasa erat. Biasanya Snow naik ke atas motor setelah dia sudah mengeluarkan motor. Orderano menurunkan pandangan, memandangi tangan Snow bergetar. Selain itu, Snow menyandarkan kepala di punggungnya.

"Snow?" panggil Orderano setelah membuka penutup kaca helm. Tak ada jawaban. Namun, dia dapat mendengar suara tangis Snow berkat penutup kaca yang helm yang dipakai Snow belum diturunkan.

Orderano diam mendengarkan tangis itu seiring pelukan yang semakin erat. Pelan-pelan Orderano mendaratkan tangannya di punggung tangan Snow. Dia mengerti perasaan Snow. Ada waktu di mana Snow tidak bisa memendam lagi apa yang selama ini disimpan rapat. Mungkin sekarang akhirnya Snow meluapkan emosi yang selama ini tertahan.

Tak ada yang bisa Orderano lakukan selain membiarkan dirinya menjadi sandaran Snow dan mengusap punggung tangan perempuan itu supaya merasa lebih baik.

Andai saja Snow bersedia memberinya kesempatan, dia takkan membuat Snow menangis seperti ini. Tidak akan pernah.

❄️❄️❄️

Jangan lupa vote dan komen kalian😘❤️

Follow IG: anothermissjo

Follow IG: anothermissjo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I A Door You (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang