Segala Dalam Diam : 11

646 83 22
                                    

Bagian Sebelas.

"Eh! Pak ketua kelas!"

"Heh! Gue masih muda, ganteng, seenak jidat lo panggil pak," kesal Dito.

Sinta tampak tak memedulikan balasan Dito. "Kenapa pak Ilham panggil lo?" tanyanya.

"Pak Ilham kangen sama gue. Napa? Iri lo?" sinis Dito. Sepertinya laki-laki itu tengah badmood.

"Belum pernah gue cakar nih kayaknya." Sinta membunyikan dan meregangkan jari-jarinya.

"Apa lo?! Sini kalau berani!" tantang Dito.

Bella tampak tak peduli dengan pertengkaran keduanya. "Itu apaan yang lo bawa?"

"Mau tahu, apa mau tahu banget?"

Ikut merasa emosi, Bella membanting pulpen yang tengah dipegangnya ke atas meja. "Kenapa sih lo?!"

"Galau mungkin," sahut Litha dengan santai.

"Iya gue galau! Ngeliat dia sama yang lain."

"Serius Dito!" sahut Angela.

"Ogah banget gue seriusin lo."

"Pengen tak hiiihh!" ujar Angela seraya melotot dan mengepalkan kedua tangannya karena gemas.

"Gue tuh cuma lagi badmood ya!"

Mengabaikan berbagai umpatan kekesalan dari Sinta, Bella, dan Angela. Dito mengambil lem perekat dan menempelkan selembar kertas di tangannya pada meja guru.

Para siswa dan siswi pun mulai berhamburan ke depan kelas untuk melihat apa yang ditempelkan sang ketua kelas di meja guru.

"Jadwal ujian?!"

"Hah? Masih ada ujian lagi?!"

"Besok ujiannya?!"

"Loh?"

"Perasaan baru kemarin gue masuk ke sekolah ini, udah mau lulus aja."

"Hey! Diam!!" Dito memukul meja guru yang tak bersalah. "Dengerin gue!" perintah Dito dengan nada suara yang lantang.

"Ini, ujian terakhir kita! Setelah ujian ini selesai, kita udah bebas. Tinggal tunggu pengumuman kelulusan dan perpisahan. Terus, kalau kalian merasa kemarin baru diterima di sekolah ini dan sekarang udah mau lulus, kalian merasa semua ini terlalu cepat."

"Terus selama tiga tahun itu kalian ngapain aja woy?! Hibernasi?"

Di belakang sana, Khansa terkekeh pelan.

| Segala Dalam Diam |

Khansa membereskan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Kini, kelas telah sepi dikarenakan bel pulang telah berbunyi sekitar tiga menit yang lalu. Hanya tersisa dirinya, Dito, dan Ezra yang berada di dalam kelas.

Melihat Ezra yang meringkuk dengan kepala yang ia rebahkan di atas tangan kirinya yang ada di atas meja, dan tangan kiri yang meremas perut. Rintihan kecil yang berasal dari Ezra pun, masih dapat Khansa dengar.

"Zra? Kamu ... maag?" tanya Khansa dengan suara pelan.

Ezra hanya membalas dengan dehaman.

"Tadi pagi udah makan?" Khansa bertanya lagi.

Tak ada jawaban.

Sepertinya Ezra belum mengisi perutnya sedari pagi tadi. Tiba-tiba saja, Khansa teringat sesuatu. Ia membuka tasnya dan mencari dua barang.

Segala Dalam Diam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang