Bagian Enam Belas.
"Kalian lagi ngomongin apa?" tanya Dito yang tiba-tiba muncul. Alka dan Ezra tampak berjalan santai di belakang Dito.
"Nggak." Gilang menjawab singkat.
"Gitu ya, main rahasia-rahasiaan," sahut Ezra seraya duduk di samping Gilang bersama Alka.
"Jangan-jangan ... mereka berdua ada sesuatu," curiga Dito seraya tersenyum dan menaik turunkan kedua alisnya.
"Berburuk sangka itu gak baik," ujar Khansa mengingatkan.
"Besok ... mau couple gak?" tanya Alka tiba-tiba.
"Besok itu ... gak wajib buat ikut. Kan?" tanya Khansa hati-hati.
Seolah mengerti maksud dan niat tersembunyi dari pertanyaan Khansa, Dito langsung melotot tak terima. "Wajib! Masa lo gak mau ikut Sa? Jarang banget satu kelas jalan-jalan bareng."
Khansa terlihat bingung memikirkan jawaban yang tepat. "Bukan gitu, Dit. Kayaknya aku gak dibolehin sama Abi deh," alibi Khansa.
Gilang mengangguk pelan. "Kalau gitu gue yang minta izin ke Abi."
Dan sekarang, Khansa bingung. Harus dengan cara apalagi ia menolak. Sebenarnya, Khansa ingin. Bahkan sangat ingin pergi refreshing besok. Tapi, ia ingat dan ia sadar diri. Pekerjaan abinya hanya berjualan barang-barang online. Dan penghasilan abi hanya cukup untuk keperluan sehari-hari.
"Gue ikut!"
"Gue juga ikut! Alka, lo ikut juga kan?" tanya Ezra seraya menatap Alka.
Perlahan, Alka mengangguk dengan senyum tipis. "Gue ikut."
Ada suatu hal yang ingin Alka tanyakan pada Khansa nanti.
| Segala Dalam Diam |
Khansa, Alka, Dito, dan Ezra menunggu Gilang yang pergi mendatangi Ghina di SMA 2 yang jaraknya tak begitu jauh dari SMA 1.
Semua ini dikarenakan motor Gilang masih berada di bengkel. Alhasil pagi tadi, ia pergi ke sekolah bersama Ghina. Dan saat pulang tadi, Khansa lebih memilih naik angkot sendirian dibanding pulang bersama. Alasannya hanya satu. Tak ada satupun perempuan di sana.
"Khansa."
Seketika Khansa terkesiap. Ia langsung menoleh ke sumber suara, walau hanya sekilas.
"Iya Alka?"
"Di SMP 1 dulu ... lo kelas sembilan sepuluh. Kan?" tanya Alka dengan serius.
Diam-diam, Dito dan Ezra ikut mendengarkan.
"Iya."
"Kalau begitu lo harusnya ingat ini." Alka mengambil sesuatu dari saku celananya dan mengenakannya.
Khansa tampak terkejut melihat sebuah gelang yang masih tampak bagus. Tentu Khansa mengingatnya. Itu adalah gelang yang Khansa berikan ketika perpisahan sekolah. Kejadian tiga tahun lalu itu terputar begitu saja di ingatan Khansa.
"Alka!"
"Khansa! Eh? Lo kenapa?" tanya Alka ketika melihat mata Khansa yang berkaca-kaca.
"Gapapa. Aku cuma sedih aja kita mau berpisah sebentar lagi." Khansa tertawa pelan untuk menutupi kesedihannya.
Rasanya, baru saja Khansa mendapatkan teman. Tapi kini sudah harus berpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segala Dalam Diam [END]
Spiritual[LENGKAP] ______________________________________________________________ "Gue cinta sama lo, Al." "Aku menyuruhmu untuk mencintai Allah, Gi. Bukan mencintai aku." "Gue tahu. Tapi rasa ini perlahan tumbuh dengan sendirinya, Al. Lo mau j...