Segala Dalam Diam : 12

590 89 24
                                    

Bagian Dua Belas.

Khansa membuka buku catatannya ketika ia sampai di kelas. Ia menghela napas ketika jawaban yang ia pilih saat ujian berlangsung tadi, salah.

Akhirnya, Khansa memutuskan untuk pulang. Lagi pula, kelas kini telah sepi karena ujian telah berakhir sekitar sepuluh menit yang lalu.

Khansa mengurungkan niatnya untuk melangkah ketika ia mendengar suara getar dari meja yang ada di belakangnya. Meja itu adalah meja yang ditempati oleh Alka. Khansa pun mengecek laci meja Alka.

Rupanya, ada sebuah gawai. Layar benda pipih itu menyala ketika ada sebuah notifikasi masuk. Khansa tak memedulikan notifikasi apa yang masuk. Ia memerhatikan nama yang tertulis di layar. Tepatnya di bawah angka jam.

Alka Radeva.

"Sebaiknya aku cepat ke parkiran. Semoga Alka belum pulang."

Khansa menggendong tasnya dan berjalan cepat ke arah parkiran sekolah. Dari kejauhan, Khansa melihat Alka sedang mengacak-acak rambutnya dengan wajah kesal.

"Alka!"

Seketika tatapan laki-laki itu tertuju ke arah Khansa. Dengan segera, Khansa mempercepat langkahnya menuju Alka.

"Hm?"

"Ponsel kamu ketinggalan di kelas. Tadi aku nemu di laci meja kamu. Nih," ujar Khansa seraya menyerahkan gawai milik Alka.

Tatapan Alka terlihat curiga.

Khansa seolah mengerti arti tatapan itu. "Aku gak buka-buka ponsel kamu kok."

"Terus lo tahu ini ponsel gue, gimana?"

"Tadi ada notifikasi apa gitu, masuk ke ponsel kamu. Otomatis layarnya nyala. Dan pas itu aku langsung lihat nama yang tertera di layar," jelas Khansa. Berharap Alka percaya dengan ucapannya.

"Oh."

Alka menerima gawai miliknya yang disodorkan oleh Khansa. Ia berbalik dan berjalan ke arah motornya yang terparkir, tanpa mengucapkan 'terima kasih' pada Khansa.

"Jangan lupa tersenyum!"

Seketika langkah Alka terhenti. Ia merasa pernah mendengar kalimat dengan nada yang sama seperti yang Khansa lontarkan tadi.

Alka berbalik. Khansa sudah tak berada di tempat ia melihatnya terakhir kali. Gadis itu sudah melangkah walaupun belum terlalu jauh. Khansa tampak tengah menghampiri Dito yang baru saja keluar dari mobil dengan raut wajah kesal.

Dan Alka masih bisa mendengar percakapan keduanya.

"Dito kenapa?"

Tatapan Dito seketika mengarah ke Khansa. "Eh? Khansa. Gak tahu nih, mobil gue lagi ngambek. Udah waktunya perawatan kayaknya."

Khansa terkekeh pelan. "Izin, ya?"

Tanpa memedulikan tatapan bingung Dito, Khansa membuka penutup mesin mobil Dito, dan memasang penyangganya.

"Aku pernah lihat sekitar tiga kali. Dulu, kalau mobil abiku mogok, abi melakukan hal ini. Dan siapa tahu, bisa."

Dito pun memerhatikan apa yang dilakukan oleh Khansa pada mesin mobilnya.

"Seingat aku, begini deh. Coba kamu nyalakan lagi, Dit."

Patuh. Dito langsung masuk ke dalam mobilnya dan menyalakan mesin mobilnya. Dan berhasil.

Dito menatap takjub ke arah Khansa seraya berteriak kegirangan. "Khansa Aleandra! Lo hebat banget! Keren abis!" puji Dito dengan mata yang berbinar.

Khansa menutup kembali penutup mesin mobil Dito. Ia tertawa pelan melihat reaksi Dito yang bisa dibilang, unik.

"Oh iya. Lo mau pulang kan? Yuk gue anterin!" ajak Dito dengan bersemangat.

Khansa menggeleng pelan seraya tersenyum tipis. "Gak usah, nanti ngerepotin. Terima kasih tawarannya, tapi aku bisa pulang sendiri kok."

"Gapapa, gak ngerepotin sama sekali kok. Anggap aja sebagai ucapan terima kasih karena lo udah bantuin gue."

"Oke, kalau begitu, ucapan terima kasihnya aku terima. Jadi, sama-sama Dito. Aku pulang duluan ya! Assalamu'alaikum." Khansa langsung berlari ke arah gerbang sekolah. Saat itu juga, ada sebuah angkot yang berhenti di depannya. Khansa sangat bersyukur dalam hati. Dengan segera ia masuk ke dalam angkot itu.

Dito yang baru tersadar pun seketika terkesiap. "Eh? Eh! Khansaa!!"

Alka menggelengkan kepalanya melihat tingkah Dito dari kejauhan. Ia menunduk dan menatap gawai di genggamannya. Seketika perkataan Khansa beberapa minggu yang lalu, terputar di pikirannya.

"Alka Radeva. Laki-laki yang sama, namun sifatnya berbeda setelah tiga tahun berlalu."

Dan kini, Alka berusaha untuk mengingat sesuatu.

"Tiga tahun lalu? Dan ... jangan lupa tersenyum? Rasanya, sebelumnya gue pernah denger kalimat itu."

Perlahan, senyuman tipis terukir di wajah tampan Alka. Kini, ia baru menyadari. Bahwa seseorang yang ia temui tiga tahun lalu, dan saat ini, adalah orang yang sama.

"Alasan gue tersenyum, adalah lo, Khansa."

Bersambung ....

A.N : Assalamu'alaikum semua. Apa kabar? Semoga kalian diberikan kesehatan, serta selalu berada dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala aamiin ya Allah.

Aku cuma mau nanya nih. Menurut kalian ... Khansa cocok sama siapa nih? Hehe.

1. Khansa dan Gilang

2. Khansa dan Dito

3. Khansa dan Ezra

4. Khansa dan Alka

Oh iya. Judul cerita ini kan ... Segala Dalam Diam ya. Nah, aku mau kasih tahu sedikit. Kalau kalian peka, kalian harusnya tahu makna dari segala dalam diam. Aku selama ini cuma kasih kode doang, dan berharap kalau kalian peka atau ngerti maksud aku. Dan lengkapnya nanti bakal dibahas di part paling akhir atau part ending.

Sekian, Assalamu'alaikum.

Segala Dalam Diam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang