Segala Dalam Diam : 14

595 96 26
                                    

Bagian Empat Belas.

"Ujian hari ini sudah selesai. Jadi ... mau langsung kita jalankan?" tanya Litha.

"Jalanin apa?" Bella balik bertanya.

"Hidup ini, melakukan yang terbaik." Sinta menjawab asal.

"Hah?"

Litha mencubit pipi Bella dengan gemas. "Katanya kemarin, mau kasih pelajaran ke cewek sok alim itu. Masa lupa sih?" kesalnya.

Bella mengangguk pelan. "Oh itu. Iya juga. Tapi, kali ini rencana kita, apa?"

Mereka berempat terdiam.

Tiba-tiba saja, Sinta menjentikkan jarinya. "Kalian masih ingat gak? Dulu gue pernah cerita ke kalian. Kalau cewek sok alim itu punya fobia."

"Oh iya! Acrophobia ya?" tanya Litha.

Sinta mengangguk. Ia membuka gawainya dan mencari, apa itu acrophobia di internet.

"Acrophobia adalah ketakutan berlebihan atau ketakutan yang ekstrem terhadap ketinggian. Fobia merupakan bagian dari gangguan kecemasan, di mana seseorang memiliki ketakutan yang intens atau tidak rasional terhadap objek ataupun situasi tertentu. Acrophobia merupakan salah satu jenis fobia yang cukup sering ditemukan."

"Takut ketinggian ya?" tanya Angela seraya tersenyum miring.

| Segala Dalam Diam |

Sama seperti kemarin. Hari ini setelah ujian berakhir, Khansa membaca buku dan melihat apakah jawaban yang ia tulis ketika ujian tadi benar atau salah.

"Khansa."

Terlalu fokus. Khansa tak menyadari jika Angela, Bella, Litha, dan Sinta berada di dekatnya. Ia baru menyadari ketika salah satu dari mereka memanggil namanya.

"Eh? Iya?"

"Lo ingat gak, jawaban soal paling terakhir tadi apa? Kayaknya gue salah jawab. Gue mau cek, tapi gue lupa apa soalnya," kata Bella seraya memegang tangan kanan Khansa.

"Oh itu. Nih, ada di soal latihan kok. Soalnya sama kayak nomor empat ini." Khansa menunjuk salah satu soal di bukunya.

Lagi-lagi, Khansa tak menyadari. Jika Litha sudah berada di samping kirinya, dan Sinta kini berada di belakangnya.

Litha memegang tangan kiri Khansa. "Berarti jawaban gue salah dong."

Angela tersenyum miring. "Sekarang!"

Mendengar aba-aba dari Angela, Sinta pun langsung menutup kedua mata dan mulut Khansa dengan kain berwarna hitam. Tangan kiri Khansa ditahan oleh Litha dan tangan kanannya ditahan oleh Bella. Tak lama kemudian, kedua tangannya diikat menggunakan tali dengan kuat, di belakang tubuhnya.

Dalam hati, Khansa terus beristigfar.

Kini, Khansa hanya bisa pasrah. Hendak melawan pun sia-sia karena kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan Angela, Bella, Litha, dan Sinta. Khansa didorong paksa untuk berjalan. Hingga tanpa sengaja, tulang kering Khansa menghantam sesuatu.

Di balik kain berwarna hitam yang menutupi kedua matanya, Khansa meneteskan air mata.

Khansa merasakan kakinya menapaki lantai yang meninggi dan semakin meninggi. Ia terus berpikir.

Sebenarnya ... dirinya dibawa ke mana?

Kain hitam yang digunakan untuk menutup mata Khansa, dibuka. Khansa mengerjapkan kedua matanya dan melihat ke sekelilingnya.

Segala Dalam Diam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang