24

49 33 9
                                    

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE AND COMMENT
Biasakan follow dulu sebelum baca
Typo bertebaran dimana-mana

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE AND COMMENTBiasakan follow dulu sebelum bacaTypo bertebaran dimana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°

"Kita pura-pura jadian, tapi inget jangan ada rasa saling suka gimana?"

°°°°


"Anin?" Angkasa terdiam mematung, menatap Anin yang sudah seperti mayat hidup. Kurus, pucat, dengan mata sembab yang menambah kesan bahwa sang pemilik tubuh sedang tidak baik-baik saja.

"Sejak kapan lo disini Sa?" tanya Anin pelan.

"Sejak lo ngungkapin semua isi hati lo, dan pendengaran gue lebih dari baik buat dengerin itu semua," jawab Angkasa sambil tersenyum lalu mendekati Anin.

"Maaf udah bikin lo denger semuanya." Anin tertunduk menatap sepasang kakinya yang terbungkus kaos kaki berwarna putih.

"Gue nggak masalah buat dengerin semua isi hati lo Nin. Gue punya banyak waktu buat dengerin semua keluh kesah lo," ucap Angkasa mengacak rambut Anin yang masih tertata dengan rapi.

"Bolos yuk?" ajak Anin. Angkasa yang mendengar itu mengangkat satu alisnya bingung dengan ajakan Anin.

"Bukannya yang dihadapan gue itu siswi paling teladan ya?" ejek Angkasa.

"Dan status siswi teladan itu nggak berlaku hari ini," balas Anin sambil tertawa lepas. Angkasa terdiam sambil memandangi sesekali wajah cantik Anin.

"Kalau gitu boleh aja." Angkasa menggandeng tangan Anin. Tentu saja Anin membiarkan itu, dengan langkah pelan mereka turun dan menuju koridor sekolah untuk menyelinap keluar dari sekolah.

"Anin!" Suara yang begitu familiar untuk seorang Anindya, suara yang membuat Anin kembali teringat akan kejadian tadi pagi, degup jantungnya yang mulai terpacu lebih cepat dari biasanya membuat Anin meringis. Angkasa terdiam, merasa bahwa gadis disampingnya itu sedang tidak baik-baik.

"Nin lo kemana aja?" tanya Alaska. Ya, dia adalah Alaska.

"Gue d-di a-atap se-sekolah," jawab Anin gugup.

"Lo sakit Nin?" tanya Alaska hendak menyentuh kening Anin, tapi segera saja tangan Angkasa menepisnya dengan kasar.

"Lo nggak perlu nyentuh dia ngerti? Lo yang udah bikin dia sakit. Dan sekarang tugas gue buat nyembuhin rasa sakit itu," jawab Angkasa memandang remeh kearah Alaska.

"Lo nggak berhak dapetin Anin!" bentak Alaska.

"Al, lo bukan Tuhan yang tahu siapa yang pantes sama gue. Mending lo pergi dari sini, dan lupain kalau kita pernah kenal atau kita pernah sahabatan ngerti?" Setelah mengatakan itu, Anin menggandeng tangan Angkasa dan menariknya untuk menjauh dari Alaska yang sedang terpaku menatap kosong kearah lantai.

💘💘💘

Mereka sampai di taman kota, Anin yang sedang menenteng plastik berwarna putih dengan logo indomart berjalan dengan begitu riang. Ia seakan ingin melupakan semua masalah yang sedikit demi sedikit datang dan membuatnya terus berpikir berlebihan. Anin butuh hiburan, ia butuh suasana yang mampu membuatnya melupakan masalahnya sejenak.

"Makan gih ice creamnya," ucap Angkasa dan dibalas anggukan oleh Anin.

"Mau?" tawar Anin sambil menyodorkan ice cream yang sudah di jilat nya. Angkasa memajukan tubuhnya dan langsung menjilat ice cream rasa nanas itu.

"Enak," ujarnya sambil tersenyum.

"Lebih enak rasa buah atau krim?" tanya Anin.

"Kalau gue suka buah," jawab Angkasa.

"Eh sama gue juga," balas Anin sambil terkikik geli.

"Nin"

"Hm?" tanya Anin sambil membalikkan tubuhnya menghadap Angkasa.

"Gue dapet kabar kalau Calista sama Alaska jadian," kata Angkasa memulai cerita. Anin terdiam menyimak, "Gue kira emang kayak jadian biasa dan gue nggak mau ikut campur sama masalah mereka, tapi Nin? Lo masih inget Caca? Caca yang gue maksud itu Calista."

Anin ingin menghilang. Jika bisa, ia ingin menghilang dengan pintu kemana saja milik Doraemon. Tidak peduli apakah orang-orang akan menganggapnya gila atau apa, tapi pada nyatanya Anin memang sudah gila sejak tadi.

"Lo nggak bercanda Sa?" tanya Anin menyakinkan jika telinganya masih baik-baik saja.

"Gue lagi nggak bercanda Nin, gue bingung harus apa sekarang," jawab Angkasa mendesah frustasi. Anin sadar jika posisinya dengan Angkasa sangat berbeda, Anin menatap pemilik wajah putih dengan rambut pirang gelap itu. Menggenggam tangannya seperti memberikan kekuatan.

"Lo nggak sendiri Sa, lo punya gue. Lo bisa kapan aja bilang kalau emang lo udah nggak kuat," ucap Anin.

"Gue tahu lo juga sama beratnya Nin, gue nggak mau beban gue bikin lo nambah sakit."

"Gimana kalau kita bikin perjanjian?" Angkasa menatap serius kearah Anin. Penasaran dengan perjanjian apa yang nanti gadis itu rencanakan.

"Kita pura-pura jadian, tapi inget jangan ada rasa saling suka gimana?"

TBC.

perjanjian yang sangat menyesakkan huhu
gimana nih sama Alaska? Ending nya nanti Anin sama Angkasa atau Alaska?? 🤔🤔

BULLSHIT [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang