💜7💜

530 81 5
                                    

Sai menatap ke arah Sasuke dan Hinata secara bergantian. Yang satu duduk bertumpang kaki, wajahnya tampak mengeras menahan marah. Sementara yang satunya lagi berdiri dengan tertunduk menyembunyikan raut wajah bersalahnya. Sai merasa khawatir akan terjadi pertengkaran hebat yang mengharuskannya menyumbat telinganya, aura horor sempat melingkupi ketiganya. Jika Sasuke sudah marah siapapun tidak ada yang bisa menampik, begitu menakutkan dan membuat merinding.

Beberapa menit waktu berlalu dengan saling diam, Hinatapun berbesar hati mengajukan permohonan maafnya.

“Aku benar-benar meminta maaf,” ucap Hinata dengan menunjukkan raut tak berdaya.

Sai merasa suprise sendiri, memulai bersuara di saat Sasuke sedang marah merupakan tindakan yang sangat berani. Biasanya siapapun akan memilih diam, karena berbicara sedikit saja akan bisa memancing kemarahan Sasuke lebih besar lagi.

“Sudah ku duga kau memang tidak bisa dipercaya,” ucap Sasuke dengan suara yang sedikit di naikkan. Jika Sasuke sudah bersuara itu artinya situasinya sudah mulai benar-benar genting, dan Sai mulai ikut merasa tegang.

“Baru satu kali aku mempercayaimu, dan lihat apa yang sudah kau lakukan?” ucap Sasuke sedikit berteriak.

Hinata tampak tersentak, bahkan jantung Saipun di buat berdebar. Rasanya Sai ingin sekali merelai agar tidak terjadi pertengkaran yang lebih besar.

“Berani sekali kau menyusup ke dalam hotelku, kejahatan besar apa yang sedang kau rencanakan?” tanya Sasuke penuh curiga.

“Hey, kau tidak perlu semarah itu, aku tak bermaksud berbuat jahat. Hanya menumpang tidur saja,” ucap Hinata polos.

“Apa? Menumpang tidur gratis?”

Kemarahan Sasuke yang awalnya melambung begitu tinggi seketika menciut menyisakan rasa kesal dan dongkol.

“Kamar disini masih banyak yang kosong dari pada hantu yang mengisinya. Anggap saja aku membantu menjaga hotelmu" ucap Hinata masih dengan mengutarakan alasan yang polos.

Tiba-tiba Sai terkekeh sendiri, bisa-bisanya Hinata menghadapi Sasuke dengan wajah imut tanpa dosanya itu. Situasi yang awalnya di anggap seperti menonton adegan film horor berubah jadi seperti menonton film dokumenter tentang dua anak kecil yang sedang berebut mainan.

“Keterlaluan, kau pikir hotelku tempat penampungan?” ucap Sasuke masih marah.

“Tidak bukan seperti itu, aku bukan sengaja melakukannya, tapi benar-benar sangat terdesak,” ucap Hinata meminta empati.

“Diluar sana ada orang-orang yang sedang mengejarku. Jika mereka sampai menangkapku, mereka akan membunuhku atau memasukanku ke rumah bordil,” Hinata mengutarakan kalimatnya dengan perasaan kacau, tak tahu harus memberi alasan apa agar terhindar dari kemarahan yang lebih besar.

Mendengar itu Sasuke terdiam, sedikit rasa simpati tumbuh bertunas. Namun rasa ketidak percayaannya kepada Hinata masih begitu besar.

“Saat aku jatuh di hadapanmu waktu lalu, itu karena mereka terus saja mengejarku hingga kakiku terasa lemas,” Hinata menjelaskan insiden saat dirinya jatuh yang menjadi penyebab awal ketidak percayaan Sasuke terhadapnya.

Sasuke masih terdiam.

“Aku mohon setidaknya untuk malam ini saja, izinkan aku untuk menginap,” ucap Hinata masih memelas.

“Tidak bisa,” ucap Sasuke tegas. Bukannya Sasuke tak memiliki rasa belas kasihan, hanya saja Sasuke tak ingin mengambil resiko. Masih jelas dalam ingatan, kekacauan yang sudah Akatsuki lakukan di rumah sakit yang notabene adalah tempat pelayanan. Jangan sampai komplotan itu membuat kekacauan di hotel yang baru saja di bangun ini.

My Sweet GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang