💜14💜

296 67 1
                                    

"Sebagai gantinya, bolehkah semua kekayaan kakek untukku saja, rumah ini, hotel, bisnis…,"

"Semuanya, semuanya, semuanya, hahahaha,"

Deeeeeeeg…...

Batin Sasuke menjerit penuh sesal, sudah ia duga pasti Hinata akan melakukannya. Hinata memang tidak bisa dipercaya, asal diberi kesempatan, Hinata pasti akan memanfaatkan semuanya untuk kepentingannya.

Ini tidak bisa dibiarkan, Sasuke mengepalkan tangannya, berteriak dan ingin berkata bahwa…….

"Sasuke," panggil Mikoto sambil menepuk bahu Sasuke.

"Kau melamun? Apa kau tidak mendengar kakekmu memanggilmu," ucap Mikoto. Rupanya yang tadi itu hanyalah drama yang terjadi di alam bawah sadarnya. Sasuke langsung mengusap wajahnya. Pikiran buruknya selalu membuatnya jadi berhalusinasi.

"Sepertinya ia sangat lelah, kalau begitu beristirahatlah dan ajak Hinata ke kamarnya," ucap Ketua Uchiha.

"Kamarku?" tanya Hinata masih tak percaya. Jujur saja Hinata tak pernah berfikir akan benar-benar tinggal di rumah ini dalam waktu lama.

"Tentu saja, kau pun harus beristirahat. Kau adalah bagian dari rumah ini, tentu kau pun memiliki kamarmu sendiri di rumah ini, aku sudah menyiapkannya sejak lama," ucap Mikoto dengan senyum yang tak pernah pudar.

Sasuke berjalan begitu saja tanpa berniat mengajak Hinata, sementara Hinata berusaha menyusul meski dengan langkah yang tertatih-tatih.

"Sasuke, seperti itukah caramu memperlakukan saudaramu?" ucap Ketua Uchiha, langkah Sasuke langsung terhenti di dekat tangga.

"Ayolah, kamarmu ada di atas," ucap Sasuke dengan nada malas.

"Sasuke, memangnya kau pikir Hinata bisa naik tangga dengan kakinya yang masih cedera," ucap Ketua Uchiha lagi membuat Sasuke jadi menggigit bibir bawahnya saking sudah menahan kesal, memangnya apa lagi yang harus dilakukannya?

"Tidak apa-apa Kakek, aku masih bisa berjalan," ucap Hinata segan.

"Sasuke," ucap Ketua Uchiha sekedar mengingatkan.

Tak ingin banyak perdebatan, tanpa diduga Sasuke langsung menggendong Hinata, hingga membuat Hinata tercengang.

"Ti-tidak perlu seperti ini," ucap Hinata gugup.

"Jika kau tidak ingin jatuh berpeganglah yang erat," ucap Sasuke sambil memulai langkahnya menaiki tangga. Khawatir Sasuke akan menjatuhkannya, Hinata melingkarkan tangannya di bahu Sasuke.

Suasananya jadi terasa canggung, hati Hinata bergetar merasakan ketakutan antara takut jatuh dan takut akan tatapan Sasuke yang mengintimidasi. Merasa sepertinya Sasuke sedang mempermasalahkan dirinya.

Sementara Sasuke, tatapan matanya seolah terkunci hingga tidak bisa berpaling atau mengubah arah pandangnya, hatinya terperangkap dalam perasaan tak menentu, antara rasa curiga dan setitik kekaguman. Pikirannya bercampur aduk antara harus percaya sepenuhnya atau tidak. Ingin merajut rasa benci, namun wajah imut itu mampu menguraikannya.

Dan waktu terasa begitu molor, begitu sampai di depan sebuah pintu perlahan Sasuke menurunkan Hinata.

"Terima kasih," ucap Hinata mencoba mencairkan suasana yang sempat canggung namun hal itu tak sedikitpun meluluhkan aura keangkuhan yang tersirat di wajah Sasuke.

Dengan masih melancarkan tatapan tajam Sasuke melangkah maju, membuat Hinata tertatih mundur hingga punggungnya bertumbukan dengan daun pintu yang kokoh.

Hinata merasakan ketegangan sendiri saat menyadari tubuh mungilnya terkurung dalam kungkungan lengan kekar Sasuke.  Hinata tidak pernah berada di jarak sedekat ini dengan pria manapun, saking dekatnya bahkan Hinata bisa merasakan hembusan nafas Sasuke.

My Sweet GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang