Merasa semakin mendekat Hinata pun hendak berlari, namun tertahan, dan memang benar ada seseorang yang mengikutinya. Tanpa ada basa basi Seseorang itu menarik bahunya.
Deg….. dan membalik tubuhnya. Khawatir seseorang itu adalah Sasuke, refleks Hinata pun menutup wajah.
"Hey mengapa lari,"
Mendengar suara yang berbeda, Hinata pun membuka matanya.
"Oh, Ha-hai," Hinata terbata, antara lupa dan ingat.
"Tadi aku memanggilmu, tapi kau tak mendengarnya,"
"Aku sedang terburu-buru," ucap Hinata mengelus dada tanda lega. Setidaknya seseorang ini bukanlah Sasuke. Seseorang itu tidak lain adalah Naruto.
"Apa kau masih ingat padaku," tanya Naruto.
"Te-tentu saja, kau, kau," ucap Hinata tampak kebingungan. Hinata hanya ingat wajah tapi tak ingat nama. Padahal Naruto sudah memberi isyarat dengan mulutnya 'Na…,', agar Hinata mengingatnya.
"Tuuuu, kan kau melupakanku," keluh Naruto.
"Bukan begitu," ucap Hinata sembari berfikir keras.
"Na-na," ucap Hinata tampak kesulitan.
Naruto langsung menunjukan wajah kecewanya, ternyata Hinata sama sekali tidak memikirkannya. Bahkan untuk sebuah nama yang hanya dua suku kata pun Hinata tidak mengingatnya.
"Na-namikaze Naruto," ucap Hinata lagi sebagai panggilan untuk menutupi keteledorannya karena sudah melupakan Naruto.
Mendengar dirinya dipanggil dengan nama lengkap, Naruto langsung terkesima.
"Itu baru benar," ucap Naruto terkekeh bangga.
Tunggu, Hinata berfikir sejenak.
Bukankah Naruto pernah mengajaknya tour? Dari pada kabur tidak jelas tanpa arah tujuan yang pasti, bukankah lebih baik Hinata menerima tawaran Naruto tempo lalu itu.
"Hey mengapa kau diam, apakah kau baru menyadari ketampananku?" ucap Naruto memuji dirinya sendiri.
"Oh bukan begitu, soal…." ucap Hinata bermaksud menanyakan tawaran yang pernah Naruto ajukan. Jika ingin menghindar dari Sasuke, hal yang harus dilakukan adalah merencanakan pergi keluar dari Tokyo.
"Tadi pagi aku mencoba menghubungimu, tapi tidak tersambung, dan sekarang kita bertemu malah bertemu disini, seandainya kita masih ada di Pulau Hokaido aku ingin sekali merencanakan perjalan keluar negeri denganmu," ucap Naruto.
"Memangnya apa bedanya," tanya Hinata berharap tawaran itu masih berlaku.
"Jika sudah ada di sini tentu saja aku harus segera pulang ke rumah Ibuku, Ibuku pasti akan marah karena aku terlalu sering meninggalkan rumah. Ah benar-benar menyebalkan," keluh Naruto.
Mendengar Naruto akan pulang ke rumah, Hinata jadi sedikit kehilangan harapan. Kalau begitu keadaannya mana mungkin Hinata akan meminta Naruto untuk membawanya segera pergi dari Tokyo. Itu artinya Hinata harus memikirkan rencana kedua.
"Tidak apa-apa, kita bisa pergi lain waktu. Lagi pula saat ini aku sedang ada pekerjaan," ucap Hinata sekedar untuk menutup rasa kecewa.
"Pekerjaan? Ah sayang sekali. Tapi setelah aku bertemu ibuku dan kau menyelesaikan pekerjaanmu, apakah kita bisa merencanakan untuk pergi bersama?"
"Bisa saja," ucap Hinata tak yakin, karena setelah ini Hinata akan pergi ke tempat yang mungkin tidak akan ditemui oleh orang-orang yang pernah mengenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Girl
Ficción históricaDi daur ulang dari drama korea berjudul "my girl" yang populer di tahun 2010an, penasaran? Baca aja Happy reading