T H I R T H Y - F O U R

421 61 1
                                    

Aku berlari kekamarku setelah mendengar debaman keras dari sana.

"GILA!" Aku mengambil air dinakasku sebelum kuberikan padanya.

Dia muntah ternyata, ia kini menopang tubuhnya sembari berlutut diatas lantai kamarku.

Kerjaanku bertambah :)

"Heish! Kenapa tidak lari kekamar mandi sih?!" Aku mengambil bathrobe lelaki yang entah dari mana bisa ada disana dan memberikannya pada Jun.

"Lepas bajumu, nanti aku cuci, aku tidak punya baju laki laki jadi pakai ini dulu."

Dia menarik bajunya keatas dan itu berhasil membuatku menutup kedua mataku rapat rapat, menolak untuk melihat keindahan buatan Tuhan yang sangat haqiqi.

"SIALAN BUKAN LEPAS DISINI! SANA PERGI KEKAMAR MANDI!"

Tanpa sepatah katapun ia menurut dan berjalan gontai kearah kamar mandi.

"Ahh- Bagaimana dia bisa sesantai itu sih..."

Aku mengambil segala macam alat pembersih -kecuali sapu dan kemoceng pastinya- sebelum membersihkan isi perutnya itu.

"Berbaringlah, biar kubuatkan kau sup pereda mabuk."

"Sena..." lirihnya.

"Apa?"

"Bolehkah aku bertanya?" ucapnya masih dengan kedua mata yang tertutup rapat.

"Tanyakan saja."

"Maukah kau menjadi ibu bagi Juna?"

Tunggu-

"Apa?! Apa kau gila?!" Jawabku

Aku terdiam sebentar. Apa dia melamarku secara tidak langsung?

Dia membuka matanya perlahan, manatapku penuh harapan.

"Aku tidak butuh seorang istri, tapi Juna butuh seorang ibu."

"Kau mabuk, lepaskan aku, biar kubuatkan sup." Aku melepas paksa tangannya dari pergelangan tanganku sebelum keluar dari kamar itu.

Aku memasukkan kaus hitam miliknya kedalam mesin cuci sebelum mengguyurnya dengan sabun serta pewangi, aku tidak peduli yang penting baju itu tidak bau.

Setelah itu kutinggal mesin cuci itu kedapur.

Me
Ra, kau pernah memasak Sup pereda mabuk?

Vera
Kau mengirim pesan malam malam hanya untuk bicara begitu?! Hebat! Tidak aku tidak pernah melakukannya, cari saja di internet, selamat malam!

(Read)

Dasar sekretaris sialan.

Mau tidak mau aku pun mencari resepnya sendiri di internet, aku tidak peduli bagaimana rasanya, yang penting masih bisa dimakan.

Aku mematikan kompor itu lalu pergi ketempat dimana mesin cuciku berada, sebelum mengambil baju dari dalamnya lalu menjemurnya diatas.

00.30 Am

Aku menghela nafas lega, setelah semua pekerjaanku beres, aku beranjak dari ruang kerjaku kekamarku.

"Jun-ssi, kalau kau mau mati beritahu saja aku, aku bisa membunuhmu lebih baik dari pada alkohol," ucapku seraya duduk diatas sofa depan kasurku.

"Intinya kalau sampai kau mati, aku tidak segan segan menceritakan kematianmu yang tidak elit pada anak kita kelak," lanjutku

❝Young❞ Dad ● Wen JunhuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang