T H I R T Y - S E V E N

432 58 1
                                    

Jun's POV

Aku terbangun dikamarku, kepalaku pening... Sepertinya efek dari kemarin malam... Dimana aku menangis tanpa henti...

Mungkin kalian melihatku sebagai lelaki, tapi percayalah bahwa lelaki juga memiliki perasaan.

"Jangan memaksakan dirimu untuk bangun, aku tahu kau pusing." Suara seorang wanita membuatku menengok kearah pintu, Sena tengah berdiri sembari melipat tangannya diambang pintu.

"Siapa yang menyuruhmu jalan jalan?" tanyaku dengan suara parau.

"Kau pikir aku anjing? Dikurung didalam kandang? Aku bosan, jadi aku keluar, lagi pula ada Chan, dia menemaniku keliling rumah."

Aku mengangguk malas mendengarkan ocehan dari ibu ibu hamil.

"Kau memaafkan ibumu?"

"Belum."

"Jangan membuat ibumu susah untuk meninggalkan bumi, aku percaya ibumu akan tenang jika kau menerima permintaan maafnya."

"Apa pedulimu? Kau tidak mengerti!"

"Hmm... Aku memang tidak mengerti jalan pikirmu, tapi aku mengerti perasaanmu, karena kita berada diposisi yang sama Wen Junhui gengsian." Dia menutup pintu kamarku.

Aku mengusap wajahku kasar sebelum kembali menghempaskan tubuhku diatas kasur...

Apa aku terlalu kasar tadi?

Sena's POV

"Apa yang kau masak?" Tanyaku sesampainya didapur.

"Bubur."

"Ada yang sakit?"

Chan menggeleng. "Nafsu makan Jun turun drastis setelah ia menangis, dia lebih suka bubur dari pada nasi."

"Apa moodnya juga naik turun?"

"Terkadang, aku jarang melihatnya begitu sih."

"Aku dapat telepon dari Juna, dia bilang dia mau datang kesini kalau kalian tidak pulang hari ini."

"Heol... Mana bisa? Aku harus menemani Jun dulu."

"Bujuk dia untuk pulang, moodnya tidak akan bangkit kalau dia terus terusan disini."

"Chan... Apa disini ada festival makanan?"

"Festival makanan?" Chan tampak berpikir sembari mengaduk aduk makanan didalam panci tinggi.

"Ada sih... tapi agak jauh, kenapa? Kau mau mengajak Jun kesana?"

"Hmm... Aku penasaran dengan jajanan China."

"Boleh, asal Jun mau, aku menyerah jika kau menyuruhku untuk membujuknya, yang ada bukannya dia yang menurut yang yang dihajar."

Aku terkekeh pelan. "Tentu saja."

Aku berjalan keluar dari dapur berniat untuk kembali kekamar, tapi gonggongan anjing kecil membuatku berhenti ditempat.

Bayi golden retriever mengampiri kakiku sebelum mengelilingi tubuhku.

"Aihhh lucu sekali." Aku mengangkat tubuh anjing kecil itu sebelum melihat kalungnya.

Wen Jian...

Astaga...

Sebagus itukah nama untuk seekor anjing?

"Chan! Boleh aku bawa Jian kekamar Jun?"

"Dia tidak pernah membawanya masuk sih, tapi seharusnya tidak apa."

Aku mengangguk lalu menaruh kembali anjing itu, tapi pada aku dibentak Jun lebih baik aku mengurungkan niatku.

Aku berjalan naik menghampiri pintu kamar yang sedari tadi tertutup rapat.

❝Young❞ Dad ● Wen JunhuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang