Lalu mereka bergegas menuju rumah sakit yang dituju dan langsung berlari menuju ruang perawatan sang Paman. Disana Nanda menangis sekeras-kerasnya karena Nanda telah terlambat. Sang Paman sudah tak berdaya dan tak bernyawa lagi.
Semua tampak sedih dan berduka melihat kejadian itu. Nanda lemas dan John menompang tubuh Nanda.
"Kau kuat..kau kuat Nan!" bisik John mengajak Nanda duduk di ruang tunggu.
Paul terdiam menatap mereka berdua. Sementara itu, Ringo dan George mengurus paman Nanda.
"Aku yakin kau bisa Nan..! Percaya padaku.." kata John.
"Aku hancur John, hix hix..!" kata Nanda.
John mengelus pundak Nanda dan memeluknya dengan erat.
"Semua masalah pasti ada jalan keluarnya!" bisik John kasihan pada Nanda.
Nanda hanya bisa menangis dalam pelukan John. Akhirnya, sang Paman dimakamkan di pemakaman umum London. Semuanya berduka dan terpukul. Nanda hanya bisa menangis dan lemas bersimpuh di depan batu nisan sang Paman. John dan yang lainnya menemani Nanda dan John memegang pundak Nanda.
Akhirnya semuanya bubar dan mereka berempat mengajak Nanda pulang. Nanda hanya menangis seorang diri dikamarnya. Nanda mengunci pintu di dalam kamarnya dan mereka berempat tampak khawatir. John dan Paul terlihat sangat khawatir dan mereka menyembunyikan perasaan itu sendiri-sendiri.
"Nan..buka pintunya Nan..!" jerit Ringo.
"Pergilah..! Jangan ganggu aku..!" kata Nanda menangis.
Mereka berempat saling menatap dan merasa kasihan pada Nanda.
"Hm..mungkin dia butuh waktu dengan dirinya sendiri.."kata Ringo.
Lalu Ringo dan George pergi. John dan Paul menunggu Nanda di depan pintu kamar bersamaan. Mereka saling menatap dan sedikit merasa aneh.
"Aku takkan pernah melepaskan Nanda!" bisik John dalam hati sambil menatap Paul.
Paul menempelkan dahinya di depan pintu kamar Nanda sambil menutup matanya. Keesokan harinya, Nanda pun menerima sebuah surat dan langsung ia baca.
"Untuk keponakanku tersayang..di akhir hidup Paman, Paman ingin menyerah kan sepenuhnya pangkat paman terhadap The Beatles bagimu, memang..jika ini takdir, Paman minta maaf harus pergi..setidaknya Paman sudah melihatmu sukses..semangat terus untuk hidup dan jangan lupa ber doa.." begitulah isi surat itu yang membuat Nanda menangis seorang diri.
Beberapa hari kemudian, Nanda berubah drastis. Nanda menjadi seorang yang cuek, dingin dan pendiam. Mereka berempat selalu memberikan semangat dan sealu Nanda cuek pada mereka. Mereka tak kenal lelah terlebih-lebih John dan Paul. Hingga suatu ketika, di sore hari yang mendung Nanda tengah mengurus data-data untuk tour mereka berempat.
"Hai Nan..! Oh ya..apakah itu?" tanya Paul duduk disamping Nanda.
Nanda hanya fokus pada kertas yang ia pegang dan terdiam.
"Aa..hm..apakah kau marah denganku?" tanya Paul lagi.
"Kau beristirahat saja atau latihan..aku sedang mengurus dokumen milik Paman..!" kata Nanda lirih.
Nanda berjalan meninggalkan Paul. Paul terdiam menatap Nanda pergi dan ia merasa kasihan pada Nanda. Dan akhirnya pekerjaan Nanda selesai dan ia langsung beristirahat. Tepat pukul 02:00 Nanda pun terbangun dan mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Nanda pun mengusap matanya yang mengantuk dan membukakan pintu.
"Ya..siapa?" Nanda nampak kelelahan.
"Hm..maaf mengganggu Nanda..apakah kami berempat di beri tumpangan untuk tidur 1 atau 2 hari di kamarmu?" kata Ringo.
Nanda pun kaget melihat Paul, John, George dan Ringo tengah berdiri dihadapannya sambil membawa beberapa selimut.
"Aa..memangnya ada apa dengan kamar kalian?" kata Nanda histeris.
"Ya..begitulah..sebab kami ceroboh dan..hm..!" kata John.
"Ada apa? Apa yang kalian lakukan?" kata Nanda sedikit bingung.
Lalu merekapun mengajak Nanda menuju kamar mereka berempat. Dan tampak seisi kamar mereka tergenang air dan sedikit berantakan. Nanda kaget bukan main sambil menganga.
"Ada apa ini?" tanya Nanda histeris.
"Ya..begitulah..! Kan aku sudah bilang, kita usil..boleh kan?" kata Ringo.
"Kau baik..! Pasti memberi kami tumpangan untuk tidur di kamarmu..1 hari atau 2 hari kalau bisa.." kata George.
"Aa..aku..aku.."kata Nanda malu.
"Ayolah..kau kan baik.." ucap John.
"Hm..b..baiklah.." kata Nanda gugup.
Mereka berempat senang kecuali Paul yang sedari tadi terdiam menatap Nanda sambil sedikit tersenyum.
"Baiklah..ayo..kita cari tempat untuk kita tidur, tak apa jika kami tidur di bawah..kami ada selimut kok.." ucap Ringo.
"Kau yakin mau tidur di bawah?" tanya Nanda.
"Hm..kalau tak boleh di bawah..apakah kita boleh tidur bersamamu?" kata John.
Paul, Nanda, George dan Ringo kaget bukan main dan Nanda menganga.
"Benar kan kataku?" kata John.
"Kau apa-apaan ini?" tanya Nanda.
John tertawa aneh.
"Aah..sudahlah..! Ayo tidur di bawah saja, yang penting nyaman dan tak tergenang air.." kata George.
John menatap Nanda dan Nanda menatapnya juga. Nanda sedikit cuek dan Paul terdiam menatap mereka berdua.
"Ayo Paul..kau mau tidur di mana?" kata George.
"Aa..ya..aku disini saja.." kata John.
Nanda terdiam menatap mereka menyiapkan selimut di lantai dan Paul mendekati Nanda.
"Terimakasih ya..! Kau mau memberikan kami tumpangan!" kata Paul berbisik.
Nanda tampak malu dan Paul pun menyiapkan selimut untuk tidur.
"Kalian tidur saja di tempat tidurku.." kata Nanda kasihan melihat mereka.
"Hm..bersamamu?" tanya John.
"Tidak..aku akan tidur di sofa..lagi pula aku nyaman di sofa..!" kata Nanda.
"Tak masalah Nona..! Kami mau tidur di manapun kami bisa.." kata George.
"Tapi kalian atasanku dan kalian, hm..aku..hanya asisten kalian..!" jawab Nanda.
"Hn..kau kan asisten, sahabat sekaligus atasan kami kan?" kata Ringo.
Nanda menunduk dan malu.
"Sudahlah..tak masalah jika kami tidur disini, tenang saja..! Semuanya akan baik-baik saja.." kata John.
"Ok..selamat tidur semuanya..!" kata George.
Akhirnya mereka beristirahat dan keesokan harinya, mereka melakukan konser tur pertama mereka. Semuanya hadir dan sangat bersemangat bertemu dengan sang idola.cSuara teriakan dan hiruk pikuk dari gadis-gadis yang datang terdengar dan mengisi seluruh ruangan. Tepat pukul 12:00 siang, mereka selesai mengadakan tur hari pertama dan mereka langsung beristirahat. Nanda pun membawakan mereka minuman dan beberapa makanan.
"Terimakasih..kau baik sekali..!" kata Paul.
Nanda tersenyum dan John menatap mereka.
"Oh ya..hari ini banyak sekali yang datang, telingaku sampai tak bisa mendengar alunan drumku..!" gumam Ringo.
"Ya..banyak gadis yang datang..!" kata George sambil menghirup rokoknya.
"Semangat untuk kalian..!" kata Nanda.
"Ya..pasti Nan, kau juga semangat ya..!" kata Ringo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beatles To Love You More 🖤THE END🖤
Teen FictionTak lama kemudian disore hari,Nanda pulang bekerja dan jalan seorang diri.Tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kencang dan beberapa wanita mengejar mobil tersebut sambil berteriak. Nanda berhenti berjalan dan menutup telinganya tanda tak kuat menden...