To Love You More 16

7 0 0
                                    

Nanda menunduk dan pergi perlahan menuju kamarnya. Lalu Nanda menatap pakaian milik pamannya yang ia simpan di atas tempat tidurnya sekarang.

"Aku yakin Paman, aku akan melanjutkan perjuangan paman untuk The Beatles!" kata Nanda berbisik.

Air matanya menetes menatap pakaian itu dan seketika Nanda merasakan sakit yang teramat luar biasa pada kepalanya. Akhirnya Nanda tak bisa menahan sakitnya dan ia langsung pingsan tak sadar kan diri. Tanpa sengaja, Paul melewati kamar Nanda dan kaget bukan main.

"Nan..Nanda...!!" jerit Paul berusaha membangunkan Nanda.

Lalu Paul menggendong Nanda dan merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya.

"Hm..ada apa denganmu? Hm.." kata Paul menyentuh leher Nanda yang hangat dan nafasnya yang sedikit sesak.

Lalu Paul mengambil air hangat dan mengompres kepala Nanda. Lalu Paul memberikan aromaterapi pada hidung Nanda.

"Hm..aku harap kau bangun Nan..!" kata Paul tersenyum menatap Nanda.

Tak lama kemudian, Nanda sadar dan membuka matanya secara perlahan.

"Kau sudah sadar akhirnya..syukurlah..!" ujar Paul.

"Aku..dimana?" kata Nanda.

"Kau pingsan dan terjatuh di bawah kasur saat aku mau mengambil kameraku..! Aku melihatmu..! Kau sudah makan? Mengapa kau tak istirahat?" kata Paul perhatian.

"Hm..hah?" Nanda nampak bingung dan kepalanya sangat berat.

"Ya..hm..mungkin kau kurang istirahat, ya sudah..kau istirahat saja..! Jika kau butuh bantuan, katakan semuanya padaku..!" kata Paul.

Nanda terdiam menatap Paul dan Paul tersenyum padanya. Lalu Paul memberikan segelas air dan duduk di samping Nanda.

"Apakah kau banyak pikiran?" tanya Paul.

Nanda menggelengkan kepalanya dan menatap Paul.

"Hn..aku tau hal itu, aku yakin kau kuat..semangat ya..aku lihat kau banyak sekali termenung semenjak pamanmu meninggal..! Aku mengerti..kau tak bisa melepaskan kepergian Pamanmu begitu juga dengan kami..! Beliau merupakan orang yg sangat berjasa besar bagi kami dan The Beatles..!" kata Paul.

Air mata Nanda menetes dan Paul menatapnya. Tanpa sadar, John mengintip mereka dari luar pintu kamar. Lalu dengan perlahan Paul mendekati Nanda dan memeluknya dengan erat. Nanda kaget dan terdiam dalam pelukan Paul.

"Aku yakin..kau pasti kuat melewati ini semua, kau tak sendiri..ada aku dan yang lainnya disini..semangat ya..!" kata Paul tersenyum dan menutup matanya.

"Paul!" bisik Nanda.

Beberapa hari kemudian telah berlalu, dan kini mereka tengah sibuk dengan tour mereka. Nanda berusaha bangkit dan mengatur semuanya seperti sang Paman dahulu. Paul pun terus memberikan semangatnya untuk Nanda.

Hingga suatu ketika di malam hari, Nanda tengah termenung di depan meja riasnya di kamar seorang diri. Nanda pun mengambil tasnya dan mengecek semua benda yang ada didalamnya. Nanda pun menemukan sebuah benda yg membuat dirinya kaget.

"Boneka ini?" bisik Nanda menatap sebuah boneka dari bahan plastik itu.

Nanda termenung menatap boneka itu dan sesekali menarik-narik boneka itu. Ia pun kaget saat bagian bawah terbuka dan mengeluarkan sebuah kertas.

"Hm..apakah ini?" bisik Nanda mengambilnya dan membacanya.

Ia pun kaget melihat isi dari kertas itu dan menatap kearah kaca rias yang ada dihadapannya.

"John?" bisik Nanda menatap bayangan dirinya dalam cermin.

Akhirnya Nanda pun berusaha mencari apa maksud dari isi di dalam kertas itu. Hingga suatu ketika, Nanda tengah menatap kamarnya seorang diri. Nanda tampak kelelahan dan duduk diatas tempat tidur.

"Nanda..!" sapa John.

"Ya..ada apa? Apakah kalian mau makan atau?!" kata Nanda berdiri dan belum selesai bicara.

"Tidak..aku hanya ingin mengajakmu berbicara sebentar, hanya kita berdua.." kata John.

Nanda terdiam dan John memberikan tangannya. Nandapun menggenggam tangan John dan John mengajaknya menuju sebuah ruangan.

"Ini dimana dan mau kemana?" tanya Nanda.

"Hm..ikuti saja..! Aku takkan melakukan hal yang aneh padamu, percayalah..!" kata John.

Lalu John membuka pintu dan tampak pemandangan luar di malam hari.

"Hah?! Ini diatas..!" kata Nanda kaget.

"Benar, ini di atas genting..! Aku suka pemandangan malam hari seperti ini..ayo duduklah disini..!" ajak John.

Nanda duduk di samping John dan terdiam.

"Kau mau bicara apa denganku?" tanya Nanda.

"Ya..aku hanya ingin menanyakan sesuatu denganmu masalah ini.." kata John mengeluarkan sebuah benda yang ada di dalam saku celananya.

Tampak sebuah benda yg membuat Nanda sedikit terkejut. Nanda menatapnya dan John memberikannya.

"Dulu..ada seorang gadis kecil yang memberikan ini padaku! Apakah kau tau siapa dia?" kata John tersenyum menatap Nanda.

Nanda kaget bukan main dan menatap John.

"Hm..tunggu sebentar.." kata Nanda mengambil sebuah boneka yang ada di dalam sakunya.

"Hm..ya..hahaha..sekarang kau paham?" kata John.

Nanda tersenyum dan mereka tertawa kecil bersama.

"Kau benar..hahah..ternyata kau yang selama ini..hahahaha..!" kata Nanda.

"Ya..kau tau, seorang gadis yang berani menghentikan para pembully terdahulu?" kata John meledek.

Nanda tertawa dan menepak pundak John dengan pelan. Mereka tertawa bersama dan perlahan terdiam menatap keatas langit.

"Hm..aku harap..orang yang memberikanku mobil ini menjadi temanku saat kecil menjadi jodohku saat kita beranjak dewasa bersama..!" kata John menatap kedepan.

Nanda kaget dan menatap John.John tersenyum dan perlahan menoleh kearah Nanda. Nandapun kikuk dan langsung menunduk.

"Aa..aku harus membereskan pakaianku dulu..! Nanti saja ya bicaranya lagi, aku pergi sebentar..sampai jumpa..!" kata Nanda kikuk.

Perlahan, ia menjauhi John. John menatap Nanda dan tersenyum. Nanda pun perlahan berlari menuju kamarnya dan langsung menutup pintunya. Ia terdiam membatu di pintu kamarnya dan berusaha mengatur nafasnya.

"Apa..? Apa yang John katakan tadi itu?" kata Nanda dalam hati.

Nandapun menggelengkan kepalanya cukup kuat dan merebahkan tubuhnya. Beberapa hari kemudian telah berlalu, dan kini mereka tengah sibuk dengan pekerjaan mereka. Nanda berusaha kuat untuk mengatur semuanya seperti yang pamannya lakukan pada The Beatles.

Dan setiap harinya, Paul dan John seolah-olah berusaha merebutkan hati Nanda.  Nanda pun tak menyadari hal itu. Dibalik usaha mereka mendekati Nanda, timbullah rasa dendam diantara mereka berdua. Semakin lama mereka tampak tak akrab satu sama lain.

The Beatles To Love You More 🖤THE END🖤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang