Bab VII - Supir Aldi

21 3 6
                                    

Meskipun dengan muka ditekuk, Jenna tetap datang tepat pukul delapan pagi di Rumah Sakit Adigraha Kusuma. Sekalipun ini hari Sabtu tempat tersebut ramai dipenuhi orang sakit. Seperti biasa Jenna langsung memasuki ruang praktik yang berada paling ujung. Jenna memandang dengan dengki papan nama yang terpasang.

dr. Idrus Aldi Soesdjito, sp.PD

Sialan, ternyata benar, Aldi adalah nama tengahnya, tapi tetap saja Idrus adalah nama depannya, manusia mana yang baru kenal langsung memanggil dengan nama depan? Andai waktu diulang Jenna bersumpah tidak sudi menampakkan batang hidungnya didepan mahasiswa sok ganteng kala itu.

"Bu Jenna? Mau bertemu dokter Al-- eh dokter Idrus?" perawat dengan senyum yang menyamankan hati itu sudah hapal dengan Jenna, dan juga sudah tahu betul kalau Jenna entah kenpa menampilkan mimik tidak suka jika dokter Idrus dipanggil menggunakan nama tengahnya. Dan sesuai titah dokter Aldi, dia ingin semua perawat memanggilnya Idrus dihadapan JEnna.

Tanpa banyak bicara Jenna mengangguk, kemudian memilih duduk di kursi tunggu, dia mengawasi pasien yang lalu lalang. Banyak sekali yang memasuki bilik bertuliskan nama Idrus didepannya. Meski simpang siur tapi Jenna masih ingat dulu pertama kali bertemu Kahitna, dia nyaris memanggilnya dokter berhubung mereka dulu satu kampus dan Kahitna cukup terkenal Jenna jadi mengetahui sedikit tentang senior yang sekarang menjadi bawahannya itu.

Kenapa Kahitna tidak jadi dokter saja?

Jenna jadi ingat bagaimana perkataan Kahitna ketika gadis itu mencetuskan harga tas 200jt adalah murah.

Kahitna nafas saja keluar uang, jadi buat apa dia mengeluarkan energi lebih.

Jenna tersentak ketika justru dokter Idrus alias dokter Aldi sudah didepannya dengan mengenakan baju formal berlapis jaket dan mengatakan bahwa dia minta diantar pulang.

"Ayolah Mama Jinny, mobilku dipinjam teman, lagipula kamu kan libur,"

"Gausah sok manis lo, taksi banyak, udah sini, mana obatnya," Jenna menolak, sekalipun kaki Idrus patah dia tetap tidak mau mengantar lelaki ini. Tidak akan pernah. Lebih mungkin berharap Jenna mengemis cinta Dirga.

"Jinny ... jangan jahat dong, aku kan nggak minta mutiara,"

Meski samar, tapi Jenna mendengar cekikikan suster yang ada didekatnya.

Jenna memilih bangkit dan menjauh dari sana, namun dasar Idrus urat malunya sudah putus masih saja terus mengikuti Jenna.

Serasa kembali kemasa lalu, adegan kejar mengejr ini terasa familiar. Pada masanya, Jenna akan mati-matian menghindar dari Idrus dan Idrus akan semakin gencar mengikutinya.

"Lo kira kita masih anak kuliahan? Malu diliatin orang tau!"

"Idrus alias Aldi cuman minta diantar bukan minta mutiara yang banyak Jinny ... "

Memuakkan saja tidak cukup untuk menggambarkan perasaan Jenna sekarang.

Telfon Jenna yang berdering memberikan kesempatan Aldi untuk merampas kunci mobil yang sedari tadi sudah dipegang Jenna, gadis itu dengan gesit mencengkeram kunci mobilnya.

"Jangan harap! Mana obatnya bapak?" tegas JEnna.

Gadis ini galak sekali, apa pacarnya betah?

"Telfon lo angkat dulu," Idrus seperti biasa berusaha bernegosiasi sambil mencari celah.

Jenna tak bergeming dari nada deringnya saja dia tau yang menelfon bukan termasuk daftar priorotasnya.

Tapi telfon terus berdering, mau tak mau Jenna mengalah karena Idrus juga tidak menyingkir dari depan mobilnya.

"Selamat pagi ..." masih dengan tatapan mata tajam yang mengunci Idrus sebagai target, tangan Jenna mengangkat panggilan.

NOT YOUR BRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang