Suasana kantor sudah mulai sepi, fingerprint sudah lama tak dijamah, bahkan pantry sudah tak menjadi tempat pelarian alternatif karena deadline yang mendesak, satu-satunya yang masih tekun di kubikelnya hanyalah Jenna.
Tidak salah kalau berturut-turut dia menjadi teladan bagi para karyawan. Masih muda, cantik, dan pintar. Hanya satu kekurangannya, gampang dibodohi cinta.
Kahitna sengaja mengetuk meja milik Jenna, bermaksud mengagetkan, namun nyatanya gadis itu tetap tekun.
"Nih Lay-out yang lo minta," ucap Kahitna akhirnya, kali ini sambil menggoyang kursi Jenna.
Sebetulnya deadline-nya besok tapi Kahitna sedang dalam mode rajin karena merasa tersaingi oleh Arneeta. Si penjilat itu membuatnya kesal dengan terus-terusan berlagak seperti cinderella.
Hai bung, ini tempat kerja bukan istana.
"Taruh aja mbak, makasih ya, nanti gw cek lagi," sahut Jenna tanpa menoleh.
"Lo kayak mahasiswi yang mau kuis," Kahitna berkomentar takjub melihat mata jenna yang tak bergeser dari jurnalnya. Pura-pura memperhatikan wajahnya saja tidak.
"Lo ngapain baca Jurnal satu abad kebelakang?" Kahitna berkomentar setelah menaruh kopi yang dia buat di pantry tepat pada meja Jenna.
"Lho, masih disini?" akhirnya, tanpa dosa Jenna mulai memperhatikan Kahitna.
"Ya masa gw ninggal lo disini, mobil lo kan dirumah gw!" Kahitna mulai sewot. Beginilah ruginya menjadi sahabat Jenna, sering diabaikan.
Jenna justru hanya menatap Kahitna sambil tertawa. Menyadari satu kealpaannya.
"Udah diambil sama supir kantor pas lo meeting. Mobil gw udah dibasement sekarang, lo bisa pulang duluan." Jenna menjelasakan dengan sempurna.
Yup, selain sering melupakan temannya Jenna juga sosok yang hobi lupa dengan hal hal yang menurutnya remeh.
Mengambil mobilnya sendiri bukan hal penting yang harus disiarkan. Iya kan?
Kahitna lagi-lagi kewalahan, dia bukan bermaksud menjadi supirnya Jenna, dia hanya ingin menemani Jenna.
"Lo apa ngga sedih Jenn? Ngga mau gw temenin?" kali ini Kahitna bertanya dengan mode bisik-bisik, dia tahu betul Jenna anti membicarkan masalah pribadi dikantor, dan betul saja Jenna hanya mengedikan bahu pertanda tak ingin membahas ini sekarang.
Dia hanya bingung apa lagi yang harus dilakukannya? Biasanya disela jadwal padatnya inilah saat yang begitu dia rindukan, saat dimana dia akan mencuri waktu untuk Dirga. Dia akan semringah dan menelfon pencuri hatinya serta meluapkan segala kericuhan hari itu. Entah mesin print kantor yang menyebalkan, rapat dengan investor yang menjemukan, atau sekedar kehabisan kopi di pantry.
Tapi sekarang, Jenna nyaris tidak percaya dia tidak menangis. Bahkan detik ini pun dia hanya berharap Dirga mencarinya lagi dan mengatakan semuanya adalah dusta. Maka sungguh, Jenna tetap memaafkannya dan kembali lagi kepelukannya.
Jenna melirik ponselnya sekilas, tergiur untuk menelfon mantan kekasihnya itu, sekedar basa-basi apapun demi mendengar suaranya.
Ah, tapi... Jenna menatap mata penuh kekhawatiran yang ada pada Kahitna.
"Katanya lo mau ke Aike, sekarang aja gimana?"
Ini pertama kali Jenna berinisiatif mengajak nongkrong duluan, sontak saja Kahitna mengangguk.
"Lima tahun kita bermitra baru sekarang lo yang ngajak gw nongki, duh senengnya." Kahitna mulai drama.
Gadis dua puluhan akhir ini sangat lucu dan ceria, mustahil Jenna tidak mau berteman dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT YOUR BRIDE
Chick-LitSewindu menjadi babu untuk pacarmu belum tentu dia mau menjadi pendampingmu. Jenna, wanita cantik, tangan kanan bos di perusahaan properti merasa dikhianati pacarnya sendiri. Delapan tahun jungkir balik bersama hanya berakhir menjadi pesuruh belaka...