Bab XI - Madam

17 3 1
                                        

Jenna masih sibuk merapikan beberapa berkas dan memeriksanya. Sialan, Kahitna yang resign sebulan lagi ternyata menjadi pemalas. Sering sekali telat berangkat dengan alasan ada urusan penting. Baru empat hari Jenna cuti, jadi alasan penting apa yang empat hari berturut-turut dilakukan Kahitna? Seharusnya jatah cuti Jenna adalah seminggu, tapi dia sudah tidak tahan lagi, karena setiap dia telfon ke kantor, Kahitna selalu saja tidak ada.

"Jinny!!!" terdengar suara keras yang membuat Jenna sedang senewen jadi makin senewen.

Jenna melirik Hadi, kepala keamanan yang dia beritahu untuk melarang siapapun tamu masuk ke ruangannya. Hadi berdiri diam dan gugup dibelakang Idrus, dengan keadan pasrah dan siap dimarahi oleh Jenna.

"Bapak Hadi ... " Jenna mulai memanggilnya pelan.

Gawat, gawat, gawat!

Semakin pelan nada suara Jenna biasanya semakin tajam pula kalimat yang dilontarkannya. Saat Jenna mencela rasanya seperti ada bon cabe level dewa.

Jenna merasakan kemelut yang dipunyai kepala keamananya yang sebetulnya baik dan sopan itu, lagipula siapa yang bisa melarang masuk anak dari pemilik perusahaan?

Ah lupakan, selain senior mana ada yang tahu kalau Idrus adalah putra bungsu Soesdjito.

"Bapak boleh kembali," ucap Jenna akhirnya. Tanpa menunggu menit berganti Hadi segera cepat-cepat pergi.

Setelah Hadi menghilang dari hadapannya, segara saja Jenna kembali merapikan dokumennya tanpa menoleh ke Idrus sekalipun.

"Kamu dibilangin susah ya? Jahitan kamu belum kering!" Idrus yang tidak peka kalau diusir malah makin menjadi omelannya.

"Bapak Dokter Idrus yang terhjormat, kenapa anda tidak di rumh sakit? Anda tidak dibutuhkan disini, dengan kata lain anda mengganggu saya bekerja." tandas Jenna sambil duduk dan fokus matanya tetap pada dokumennya.

Idrus merasa mati berdiri. Apa kata Jenna tadi, menggangu?

Dia dokter dan mengambil cuti tahunannya yang sangat sedikit ittu dengan maksud merawat gadis yang punya luka jahitan diperutnya.

Ternyata memang betul kata Kahitna, wanita dihadapannya bisa setega ibu tiri.

"Aku uma pengin ..." kalimat Idrus berhenti disitu, rasanya berlbihan kalau mengatakan bahwa dia hanya ingin merawat Jenna seharian ini, diakan dokter bukan babbystter.

"Pengin apa?" gertak Jenna gemas juga dengan kalimat yang diputus-putus, tapi berkat itulah kioni dia menatap wajah Idrus.

Hal yang pertama terlihat dimatanya adalah kantung mata dan wajah Idrus yang tampak kering, dokter dihadapannya ini tidak punya uang untuk beli moistureizer atau memang dia malas minum air putih?

"Aku cuti karena waktu aku telfon kamu pasti mengeluh merasa nyeri ketika mengambil barang dari kurir. Jadi kukira kalau aku cuti aku bisa membantumu sekarang," jawab Idrus akhirnya.

kalimatnya ini tidak seperti orang pengangguran kan?

Tapi sayang, sudah menunggu dengan sabar didepan rumahmu satu jam aku baru sadar HRVmu tidak ada dihalaman. Kalimat yang terakhir ini tentu saja tudak diakatakan. Selain terdengar kashiian, jelas sekali kalau dia berharap Jenna masih sakit dirumah. Dia juga tidak ingin mendengar Jenna marah, dia masih mau disini, tidak mau disuri.

Walaupun dia putra bunsgus soesdjito, ta[i si yang dicintai ini memang betul-betul dicintai Papanya bak anak sendiri. Lagiupula dia juga yakin kalau Jenna bilang usir pria ini dari hadapan saya, bapak tambun yang tadi terlihat takut pada Jenna dan teman-temannya tidak akan peduli lagi siapa dirinya dan untuk apa dirinya disini.

NOT YOUR BRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang