Bel berdentikg eaka hendak meniulikan telinga membuat Jenna terburu melangkah ke depan dei membukakan pintu
Dengan setelan santai dan rambut semi basah, karena demi Tuhan dia baru sampai dan acraa mandinya sebetulnya belum selesai.
"Ini bahkan belum jam empat!"
Jenna mulai mengomel, heran karena Idrus dengan cenguiran dimukanya sudah tampak didepan pintu kontrakannya.
"urusanku di rumah sakit udah selesai, jadi aku harus selesein urusanku yang disini dong..." iRUs berujar sok benar, karean Jenna sendiri yang mengudnang mau tak mau dia bergeser dan membiarka Idrus masuk menguinvansi rumahnya.
"Aku ngeringin rambut dulu sebentar," Jenna berpamitan kemudian menghilang dan setelah sepuluh menit dia kembali dengan dandanan yang l;ebih benar. Kali ini dia memakai jepit rambut untuk mencepol sebagian rambutnya, tetap dengan kaos dan celana [pendeknya Jenna mulai mengorder makanan di Bringfood kemudian sibuk dida[ur menyiapkan peralatan makan samil meunggu pesanannya diantar.
Idrus terlihat sibuk diruang tamu Jenna yang kebetula terlihat dari dap[ur, Jenna mengamatai IUdrus yang sedang sibuk mengamati jurnal-jurnalnya yang terjejer rapi.
Entah kenapa banyak yang seperti melihat sisi tak wajar manusia saat melihat Anzena ternyata tiap bulan memajang anggaran bulannya sndiri sebagai motivasi agar tidak bprps. Bukankah tidak boros adalah hal yang baik?
Jenna telah rampung mengu[as buah melon menjadi potongan kecil keci ahar mudah dimakan saatr beel lagi lagi berdenting yang membuatnya heran, kenapa bringfood epat seklai sampai mereka tidak ada kerjan?
Melewati Idrus yang sedak membolak-bali jurnlnya Jenna bergegas keluar.
"enn," manusia yang tak pernah jenna harapkan lagi untuk hadir dikehidupannya sekarang nyat-nyata menampakkan diri, tanpa raut bresalah sama-sama.
Jenna berdsedekapan sambil menggelengkan kepala, lalu dia mulai berbalik tapi terlambat Dirga sudah menarik tangann7a.
"Can we talk?" Dirga tampak kikuk saat tangannya dote[is JEnna, dan sekilas Jenna tau bahwa Dirga baru saja meyelipkan segepok kunci ke saku celananya.
Dian-diam gadis itu resyukur dia sudah mengganti seluruh kunci rumahya bahkwn sangat bersyukur lagi semuafurniturenya sudah dia ganti, tida ada bekas Dirga disini, Satu-satunya yang menjadi d=bekas dirga hanyalah dirinya.
"Jinny!" suara teriakan, sayup-sayup teengar.
Membuta Jenna sadar satu lagi yang patut dia syukuri karena dia sudah berganti. Kalau tidak bagaimanacara dia menjelaskan kepada Idrus kalau Dirga tiba-tiba bisa masuk kedalam rumahnya,
"dengar..."
"Tidak ada lagi yang harus aku dengar," potong Jenna dan saat itu juga Idrus sudah berdiri didekatnya, memasang waja garang tyerhadap Dirga.
"Idrus," JEnna berinisiatif melerai, dia mengenal keduanya, kalau baku hantamnya tidak didepan rumahnya mugkin dia tidak keebratan masalahnya ini diedepan rumahnya, bagaimana kalau nanti masalah ini sampai ke kantor polisi? Demi apapun, masalah yang kemarin saja membuat Papanya cemas dan memburunya agar segera mencar suami.
Kini Jenna memposisikan dir diantara Idrus dan Dirrga, lalu memberi kode afae Idrus jangan membuat ulah. Tapi justru Dirga bertingkah.
"Ngapain lo disini? Enn, kalian???" Dirga tidak saar untuk mencerca orang yang dia yakinin akan selalu mencintainya sampai mati seperti sewindu yang lalu.
"Nama mantan lo Anzenna, dobel n, Panggil yang bener!" Idrus menyela tak sabar membuat Jenna mengeluh dalam hati bahwa sebenarnya Idrus juga sebenarnya kerap melakukan hal yang sama. Lagipula Enn memanglah panggilan Dirga untuknya, dan dia tidak ernah keeranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT YOUR BRIDE
ChickLitSewindu menjadi babu untuk pacarmu belum tentu dia mau menjadi pendampingmu. Jenna, wanita cantik, tangan kanan bos di perusahaan properti merasa dikhianati pacarnya sendiri. Delapan tahun jungkir balik bersama hanya berakhir menjadi pesuruh belaka...