Perusahaan SBI diguncang kehebohan sedari pagi. Jenna, Bram, dan Kahitna sedang pusing memikirkan perusahaan sebelah yang meluncurkan gadget baru dengan rancangan yang nyaris sama dengan milik mereka yang diluncurkan sebulan lagi. Pagi tadi mereka rapat dan saling tarik urat hingga mencapai kata sepakat. Dan sekarang, Jenna sibuk merancang kembali jadwal peluncuran sekaligus memikirkan target marketing baru.
Saat ini sudah pukul 10 malam dan Kahitna sudah menguap lebar.
"Ngantuk? Lo balik duluan aja mbak, gw masih harus edit file,"
"Lah lo sendirian dong Jenn," Kahitna mulai ngeyel.
"Lo besok harus nemenin Pak Bram buat kunjungan ke investor lho, udah sana pulang daripada besok muka lo lecek kan bahaya." Jenna berusaha lembut mengingatkan.
"Duh, gimana nih gw gaenak sama lo,"
"Mbak, saat genting begini, gapapa, lagian kan lo harusnya udah pulang jam 7 tadi, udah sana, kalo gaenak go food-in gw kopi ya," Jenna berusaha membesarkan hati Kahitna, dan setelah memeluk erat Jenna, gadis yang foundationnya bahkan belum luntur itu dengan berat hati meninggalkan sahabatnya.
Ditemani dengan kopi dan burger yang dibelikan oleh Kahitna, sambil mengerjakan laporan Jenna melahapnya yang mana tentu saja dia sudah menyingkirkan mentimun dari burgernya, karena dia alergi. Jenna akhirnya mencetak dokumennya pukul 10.55 dan mulai meninggalkan kantor pukul 11. Matanya sudah sangat pedas, gila saja, dia berangkat pukul tujuh dan sudah mulai membantai otaknya habis-habisan.
Masih harus diuji dengan mobilnya yang tiba-tiba mogok. Coba mobil mogoknya terjadi tiga bulan yang lalu, dia masih dengan gampang menelfon Dirga, sekarang siapa yang dia mintai pertolongan?
Masih tak patah semangat Jenna memainkan ponselnya mencari driver yang belum tidur. Tapi tetap saja, tak satupun dari mereka menerima orderan Jenna. Sampai lampu mobil menyoroti wajahnya, Jenna seperti melihat cahaya kehidupan. Namun senyumnya luntur ketika melihat mobil siapa yang datang.
"Ponsel lo mati? Kenapa gw telfon nggak diangkat?" Idrus langsung marah-marah begitu turun dari mobil.
"Ada urusan apa?" Jenna masih berusaha tuli dengan amarah Idrus, lalu diam-diam dia mengintip hidden notifnya, betul juga, 9 kali Idrus menelfonnya.
"Nana bilang lo belum pulang, lembur sendirian, gw mau nemenin, malah lo jongkok sendirian disini, bikin gw kesel aja,"
"Lah kenapa lo kesel sih?"
"Ah udah ah, ayo pulang,"
"Mobil gw mogok," kali ini jenna menjawab dengan kelelahan yang sangat terdengar.
"Bagus ya lo, mobil lo mogok dan bahkan nggak bilang siapa-siapa, makanya angkat telfon gw,"
Keadaan seperti terbalik, biasanya Jenna lah yang kerap memarahi Idrus sedangkan Idrus masih lempeng dengan cengirannya, Sekarang Jenna yang dimarahi, tapi dia hanya mampu tersenyum menatap Idrus tanpa berniat bangkit dari jongkoknya.
"Gw udah order ojol tapi gaada yang nerima, gw juga ga ngerti kenapa tiba-tiba mati gitu,"
"Bensin lo abis kali," ucap Idrus tanpa basabasi langsung membuka kap mobil Jenna. Lalu dia lupa dia hanya bisa membedah pasien bukan mobil.
"Accu nya paling nih, udah ayok gw anterin pulang aja. Lagian gila ya lo, jam berapa ini kenapa masih dikantor sekalian aja lo bangun rumah disini, Nana aja udah molor,"
Kali ini tanpa drama penolakan Jenna langsung masuk dan merebahkan kepalanya.
"Lo juga, bukannya nolongin pasien malah keliaran begini, gimana sih Pak Dokter,"
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT YOUR BRIDE
Romanzi rosa / ChickLitSewindu menjadi babu untuk pacarmu belum tentu dia mau menjadi pendampingmu. Jenna, wanita cantik, tangan kanan bos di perusahaan properti merasa dikhianati pacarnya sendiri. Delapan tahun jungkir balik bersama hanya berakhir menjadi pesuruh belaka...