🍁 17 | Perbincangan Hangat 🍁

56 56 26
                                    

Bantu cari letak kesalahan dalam hal penulisannya, ya, Manteman. ^^
Happy Reading. 🌻

.


ALAY, lebay, dan budak cinta; adalah julukan bagi mereka yang biasanya dengan terang-terangan mengekspresikan getaran rasa yang disebut 'cinta' dalam berbagai situasi, kondisi, dan juga tempat. Entah itu rasa gembira karena hati sedang berbunga-bunga saat dimabuk asmara, ataukah rasa duka cita karena cinta yang hanya dirasakan oleh sebelah pihak saja.

Pada masanya, surat-menyurat adalah sarana yang digunakan kebanyakan orang untuk berkomunikasi jarak jauh. Misalnya, anak muda yang beranjak remaja yang baru saja mengendus ketertarikan pada lawan jenis, menjadikan surat sebagai perantara luapan perasaan mereka.

Kini, teknologi semakin berkembang dan gadget-gadget canggih pun bermunculan, disertai dengan platform media sosial berserta fiturnya yang tak kalah canggih. Hal itulah yang menjadi penyebab merosotnya penggunaan surat sebagai media untuk berkomunikasi.

Salah satu kegunaan dari media sosial adalah sebagai tempat pelampiasan atau pengekspresian rasa--misalnya cinta. Quote yang berkaitan dengan cinta, bertebaran di mana-mana. Bak wewangian yang tertiup angin, segala informasi antara sepasang kasih yang tengah merajut kisah, akan tersebar dengan begitu mudahnya. Bukan hanya itu saja. Kondisi menyesakkan kala sebuah hubungan yang tengah goyah pun tak segan diunggah ke media sosial tanpa berpikir berulang kali mengenai dampak yang nantinya akan mereka rasakan akibat unggahan itu.

Untungnya, itu tak berlaku bagi 'pasangan baru' yang kompak menyebut singkatan dari nama mereka dengan julukan Jonay. Tak ada unggahan kebahagiaan di media sosial gadis itu maupun Jo mengenai kebahagiaan yang mereka rasakan.

Tanggal 20 September menjadi tanggal istimewa bagi Nay dan juga Jo. Setelah insiden 'kelilipan' yang Nay alami, sebuah hubungan yang selama ini dipenuhi dengan pengharapan untuk menjalin komitmen bersama dengan lelaki idamannya, akhirnya tercapai juga. Dan semoga saja ... hubungan itu bisa bertahan lama. Jika bisa, sampai mereka disatukan melalui ikatan suci pernikahan suatu saat nanti.

"NAAAAAY!" panggil Hana dari balik pintu.

"APA MAMAH SAYAAANG?" jawab Nay dengan nada bicara mirip dengan ibunya itu--sedikit berteriak, tak mau kalah.

"SINI, KELUAR SEKARANG!" Hana masih saja berteriak.

Pertanyaannya. Mengapa mereka saling berteriak? Padahal, Nay sedang tak menyalakan televisi atau sekadar menyetel lagu dengan volume tinggi? Begitu juga dengan Hana, wanita paruh baya itu bisa saja langsung masuk ke kamar sang anak--tak perlu berteriak.

"BENTAR, MAMAH SAYAAANG," teriak Nay dengan irama yang melembut.

Spontan, Nay jungkir balik di atas kasurnya. Lalu, ia melompat dengan satu kali gerakan yang langsung dilanjutkan dengan berlari menuju ke pintu kamarnya.

Ceklek!

Pintu kamar Nay terbuka, menampakkan sosok wanita yang sangat ia cintai sejak ia membuka mata untuk pertama kalinya. Tanpa aba-aba, Nay langsung memeluk tubuh Hana kencang. Sangat kencang.

"Uhuk, uhuk!" Hana terbatuk, "Kalo mau meluk itu yang anggun, Sayang."

Setelah mendengarkan ucapan Hana, Nay pun menyadari kebodohannya. Kemudian, ia melepaskan dekapannya pada sang ibu. Ia mengigit lidahnya sendiri, lalu berkata, "Maaf, ya, Mamah."

Hana hanya menggeleng-gelengkan kepalanya--heran atas kelakuan sang anak. Nay pun hanya bisa cengengesan, sambil memamerkan deretan gigi putihnya itu.

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang