🍁 22 | Fase Terendah 🍁

48 51 9
                                    

---------

"Luka dan air mata. Itulah definisi dari cinta."

-- Jo --

      DI sebuah ruangan dengan cahaya remang, sesak terasa begitu mencekat. Bau amis menyeruak di seisi ruang, menciptakan ketidaknyamanan di indra penciuman.

Seorang lelaki tampak telungkup di tempat tidurnya. Tangan kirinya bergetar kala memegang sebuah ponsel berwarna putih. Layar ponsel itu menampakkan potret seorang gadis berambut sebahu dengan baju over size berwarna hitam, lengkap dengan celana jeans yang panjangnya lima sentimeter di atas lutut.

Lamat-lamat, guratan darah yang mengering pada layar ponsel yang digenggam lelaki itu, menghalangi pandangannya untuk bisa menatap potret sang gadis dengan saksama. Guratan senyum miris pun tercipta di wajahnya, seolah menyamarkan kepiluan yang sedang ia coba tutupi. Lelaki itu adalah ... Jo.

Ingatan Jo kembali tertuju pada kejadian tadi siang, saat di mana ia harus kembali merasakan pedihnya sebuah kenyataan yang mau tak mau harus ia terima.


Bugh!

"Argggh!" teriak Nay spontan kala ia mendapati tubuh Darren yang sudah terhunyung ke belakang, sesaat setelah mendapatkan bogeman keras dari seorang lelaki yang kini sedang menatapnya dengan tatapan murka, seseorang yang sejak tadi telah memperhatikan interaksi antara Nay dan Darren dari kejauhan.

Nay yang sempat menutup mata dengan kedua tangannya, kini memberanikan diri untuk menatap orang yang baru saja menghajar Darren tanpa ampun. "K-kak Jo?"

Darren memegangi sudut bibirnya. Luka yang sudah Nay obati, kini terpicu kembali untuk mengeluarkan darah segar yang mulai mengalir di sana. "Maksud lo apa, hah?!"

Jo berdecak. Setelah itu, ia pun maju beberapa langkah untuk mendekat ke arah Darren sembari tersenyum meremehkan.  Ia berujar, "Lo masih nanya maksud gue apa?" tanyanya. Bodoh!"

Darren bangkit. Ia menyejajarkan tubuhnya dengan tubuh Jo yang kini sudah berada tepat di hadapannya. Nay mulai panik, ia mencoba untuk melerai perkelahian besar yang akan terjadi antara kedua lelaki yang sangat berarti dalam hidupnya.

Bugh!

Darren membalas pukulan Jo.

"Stop!" teriak Nay sambil berlari mendekat ke arah kedua lelaki yang sama-sama tengah dikuasai oleh amarah itu. "Jangan diterusin!"

"Diem, Nay!" bentak Jo sambil menggiring tubuh Nay agar menyingkir dari hadapannya, takut kalau gadisnya itu menjadi sasaran pukulan yang tak ia sengaja nantinya.

"Jangan bentak Nay!" geram Darren sambil meremas kerah seragam batik Jo. "Gue ulangi sekali lagi, jangan pernah bentak Nay!"

"Ck!" Lagi-lagi, Jo berdecak. "Kenapa, hah? Suka-suka gue, mau gue bentak atau gue apain juga! Dia pacar gue!"

"DAN DIA SAHABAT GUE! ARGH!"

Bugh!

Darren memberikan bogeman telak di perut Jo hingga lelaki itu terjengkang lumayan jauh. Jo meringis sambil memegangi perutnya yang terasa begitu ngilu. Darren tertawa puas di tempatnya.

"Kak Jo!" teriak Nay sambil menghampiri Jo.

"Lo kenapa mukul Kak Jo?" Nay menuntut jawaban dari Darren.

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang