🍁 5 | Perkelahian 🍁

94 78 4
                                    

"WIH ... lo beli HP baru, Bro?" tanya Riswan—sahabat Jo.

Mereka tengah berada di kamar milik Jo. Jo yang sedari tadi merasa frustrasi saat mendapat omelan dari sang bunda karena tidak mengantarkan Nay sampai ke rumahnya pun menelpon sang sahabat dengan alibi untuk 'mabar'.

Pandangan Jo langsung beralih pada ponsel putih yang kini tengah berada di genggaman Riswan. Dengan cepat, lelaki yang tadinya berbaring di kasur itu, langsung melompat ke bawah dan berlari mendekati sang sahabat. Diambilah ponsel putih itu. Dia memgamati benda pipih itu dari ujung atas hingga bawah, lalu dari bagian depan hingga belakang. "Ini bukan HP gue."

"Lah, terus HP siapa?" Riswan terlihat bingung.

Bukannya menjawab pertanyaan dari Riswan, Jo malah menekan cukup lama tombol 'Power' di ponsel itu. Seketika, ponsel itu bergetar, diikuti dengan layarnya yang menyala. Sebuah merk ponsel pun terpampang dengan jelas di sana.

Kisaran waktu beberapa detik, layar ponsel itu menampakkan wallpaper foto OOTD seorang pria yang tengah memakai pakaian bernuansa monokrom, lengkap dengan sebuah topi dengan inisial huruf 'JA' yang menambah kesan tampan.

Foto gue? batin Jo bertanya.

"Enggak biasanya lo pake foto lo sendiri buat dijadiin wallpaper," sindir Riswan yang mengintip le arah ponsel yang kini tengah Jo pegang.

Lagi-lagi, Jo hanya terdiam. Lelaki itu enggan menjawab atau sekadar merespons singkat sindiran sababatnya. Jemarinya malah tergerak untuk membuka kunci ponsel itu. Untungnya, tidak harus memakai kode atau pola apalagi finger print. Dengan sekali usapan ke atas saja kunci ponsel itu sudah terbuka dengan sendirinya.

Jempol Jo tergerak untuk membuka aplikasi galeri. Untuk ke sekian kalinya, dia dibuat terkejut oleh koleksi foto yang ada di sana. Delapan puluh persen isi dari galeri itu adalah foto dirinya, benar-benar dirinya yang di ponselnya saja tak memiliki koleksi foto sebanyak itu.

Jemarinya terus men-scroll ke arah bawah. Tak lama, ekor matanya tertuju pada sebuah foto seorang gadis dengan ekspresi cemberut.

Nay? Berarti HP ini milik dia? batin Jo bertanya.

Ting!

Sebuah notifikasi SMS tiba-tiba muncul di layar atas. Secepat kilat, jemari Jo pun mengekliknya yang langsung membawa tampilan ponsel itu ke aplikasi perpesanan.

"Jo, lo kok diem aja dari tadi?" Riswan yang merasa keberadaannya tak diacuhkan pun angkat bicara.

"Bentar," jawab Jo singkat.

Gue buka jangan ya SMS-nya? batin Jo.

Jo menimbang-nimbang keputusannya. Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membaca pesan itu karena takut sudah terlalu lancang dan kelewat batas. Nahas, jempolnya tidak bisa diajak kompromi. Pesan singkat itu pun langsung terbuka tanpa disengaja.

Bi Asih:
Non Naysilla, kok, belum pulang?
(17.32)

Non mau nginep di rumah temannya Non?
(18.01)

Non, Bibi khawatir sama Non. Kok enggak dijawab-jawab?
(18.25)

Astaghfirullah, Non, ini sudah jam 8 malam. Non Naysilla kok masih belum pulang, Non? Bibi khawatir. Tadi, Nyonya menelepon Bibi dan menanyakan tentang Non. Bibi bingung harus menjawab apa.
(20.12)

Seketika, mata Jo terbelalak. Tatapannya langsung beralih pada jam dinding di tempok kamar sebelah kiri.

"Sekarang udah jam setengah sembilan. Artinya  SMS terakhir delapan belas menit yang lalu dan dia belum nyampe ke rumahnya?" tanya Jo semakin frustrasi.

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang