🍁 4 | Kepingan Kisah Masa Lalu 🍁

177 90 13
                                    

"JADI, nama kamu Naysilla?" tanya seorang wanita paruh baya dengan suara lembutnya.

Nay tersenyum kikuk seraya menjawab, "I—iya."

Wanita yang kini berada di hadapan Nay dan Jo adalah Ranum, ibu kandung dari Jo. Beberapa saat yang lalu, dia mendengar kegaduhan yang berasal dari kamar anak semata wayangnya.

"Kamu temannya Jo?"

"Aku calon pacarnya Kak Jo, Tante." Nay berkata dengan begitu yakinnya.

Mendengar ucapan Nay, seketika bola mata Jo dan ibunya membulat dengan sempurna. Tanpa aba-aba, Jo menginjak kaki Nay begitu keras yang langsung dibalas oleh ringisan dari bibir gadis itu. Karena posisi mereka yang kini berada di meja makan, perlakuan Jo yang menginjak kaki Nay pun tidak diketahui oleh Ranum.

"Ish!" ringis Nay kesakitan.

"Kenapa?" Ranum tampak bingung.

"Itu Kak Jo tadi—"

"Dia emang caper, Bun!" ujar Jo memotong perkaan Nay yang belum usai.

"Enggak, tadi Kak Jo itu—"

"Mau nganter lo pulang. Iya, gue bakalan nganterin lo pulang." Jo menutup mulut Nay seraya menatap jahil ke arah gadis itu.

Dengan susah payah, gadis itu melepaskan tangan Jo dari mulutnya. Dia pun memajukan bibirnya beberapa senti ke depan, membuat Ranum merasa iba padanya.

"Kenapa, Sayang?" tanya Ranum khawatir.

Yes, gue dipanggil 'Sayang' sama calon mertua, batin Nay kegirangan.

Tenang, Nay. Lo harus jaga citra lo di depan calon mertua lo. Buang dulu sikap bar-bar lo. Entar malah enggak dapet restu, batin Nay kembali berkata.

Di detik berikutnya, gadis itu mencoba untuk terlihat biasa saja, menahan gejolak bahagia saat Ranum bersikap baik padanya. Dia pun berkata, "Kak Jo nginjek kaki Nay."

Perkataan Nay malah membuat Jo melemparkan tatapan maut pada dirinya. "Ngadu aja terus!"

"Jo enggak boleh gitu sama Nay," sela Ranum.

"Tapi ...,"

"Wanita itu harus disayangi, dihormati, pun dijaga kehormatannya," ujar Ranum sembari mengusap pucuk kepala Nay lembut.

Skak! Nay benar-benar bahagia dengan perlakuan Ranum. Jika di pertemuan pertama saja sudah seperti itu, artinya dia akan lebih mudah mendekati Jo, sang lelaki pujaannya.

"Tuh, dengerin kata Bunda. Wanita itu harus disayangi. Maka dari itu, Kak Jo harus sayang sama Nay," timpal Nay dengan begitu yakinnya.

"Bunda, Bunda. Bunda itu nyokap gue, bukan nyokap lo!"

"Ish, kamu ngegas terus, Jo. Enggak apa-apa kalo Nay mau manggil Bunda dengan sebutan itu," bela Ranum santai.

Lagi-lagi, Nay tersenyum kegirangan. Gadis itu langsung menjulurkan lidahnya ke arah Jo. "Wleee!"

Awas lo, Nay. Gue kasih pembalasan nanti! ucap Jo dalam hati.

"Jo mau ke toilet dulu, Bun," pamit Jo pada Ranum.

"Ya udah, jangan lama-lama. Kasihan Nay. Kamu harus anterin dia pulang."

"Hm."

Lelaki itu melenggang pergi dari ruang makan rumahnya. Nay menatap punggung Jo yang mulai menjauh dari pandangannya. Hening tercipta antara Ranum dan Nay. Jujur, Nay bingung harus berkata apa. Dirinya takut jika ucapannya nanti akan mempengaruhi citranya sebagai calon menantu Ranum akan memburuk.

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang