🍁 31 | Demi Kesembuhan 🍁

24 16 20
                                    


"Sumber utama penyembuhan adalah cinta."

-- Paracelus, 1493 - 1541

***


"SKIZOFRENIA adalah gangguan mental yang memengaruhi perasaan, pikiran, dan perilaku penderitanya. Gejala dari penyakit ini bisa berupa kehilangan motivasi hidup, sulit berkonsentrasi, tidak bisa menunjukkan perasaan yang sebenarnya, tidak acuh pada diri sendiri, waham atau keyakinan yang salah, delusi, serta halusinasi. Naysilla sudah mengalami fase halusinasi akut dengan menganggap seseorang sebagai 'orang lain' yang berada di masa lalunya. Dia seolah hidup dalam dunianya sendiri," tutur Dokter Rena.

Hasan dan Hana mendengarkan penuturan Dokter Rena dengan saksama. Sepasang paruh baya itu menautkan kedua tangan mereka guna memberikan kekuatan kepada satu sama lainnya. Kini, dilihatnya sang putri yang tengah duduk termenung di balkon rumah mereka.

"Penyakit skizofrenia bisa kambuh kapan saja dan menetap dalam jangka waktu yang cukup lama, bahkan bisa sampai seumur hidup penderitanya." Dokter Rena menjelaskan dengan berat hati.

Hana memperkuat tautan tangannya pada sang suami. Lagi-lagi, tangisnya pecah begitu saja. Ia pun bertanya, "Langkah apa yang sekiranya paling tepat untuk dilakukan saat ini, Dok?"

Dokter Rena meraih kertas resep obat beserta bolpoin yang ada di tas kerjanya. Ia menuliskan beberapa nama obat di sana yang disusuli dengan membubuhkan tanda tangan dan cap khusus miliknya.

"Setelah saya pertimbangkan satu dan dua hal, penanganan yang paling tepat untuk Naysilla saat ini adalah dengan memberikan dia obat, lebih tepatnya obat antipsikotik," balas Dokter Rena. "Obat golongan ini dikonsumsi dalam jangka panjang. Untuk itu, Naysilla serta Bapak dan Ibu harus benar-benar memahami efek samping yang mungkin akan timbul nantinya."

"Apakah ... efek sampingnya berbahaya, Dok?" tanya Hasan mewakili sang istri.

"Setiap obat pasti memiliki efek samping, Pak. Terlepas itu efek samping positif ataukah negatif," pungkas wanita berjas putih itu.

"Apakah Dokter berkenan untuk menjelaskan dampak positif dan negatif dari obatnya?" Lagi-lagi, Hasan melontarkan pertanyaan.

"Obat antipsikotik bekerja dengan cara mengubah aktivitas zat kimia tertentu di dalam otak. Efek positif dari obat ini adalah membantu pasien mengurangi halusinasi dan delusinya. Rasa bersalah, cemas, dan tegang; perlahan akan mulai menghilang. Akan tetapi, yang perlu ditekankan di sini adalah obat antipsikotik tidak dapat menyembuhkan skizofrenia sepenuhnya. Dengan begitu, berbagai terapi dan upaya lain seperti psikoterapi dan dukungan penuh dari keluarga serta orang terkasih, itu sangatlah diperlukan," ungkap Dokter Rena dengan nada bicara seriusnya.

"Kami akan mendampingi proses pengobatan putri kami, Dok," potong Hana sembari mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk tegak.

"Iya, Dok. Saya juga akan selalu mendampingi Naysilla sampai kondisinya benar-benar membaik. Kami yakin, bahwa putri kami pasti akan sembuh." Hasan mengimbuhkan.

Dokter Rena tersenyum, salut terhadap kekompakan dari sepasang paruh baya di hadapannya. Sejauh ia menangani para pasiennya--sejak enam tahun terakhir, baru kali ini ia melihat keluarga yang begitu kompak dalam usaha penyembuhan pasien. Tak jarang ia temui keluarga pasien yang mundur di pertengahan jalan pengobatan karena putus asa dan merasa lelah; tidak membuahkan hasil apa-apa.

"Saya yakin, Naysilla akan segera sembuh jika memiliki orang tua seperti Bapak dan Ibu," tandas sang dokter.

Keheningan menyelimuti mereka cukup lama, hingga akhirnya Dokter Rena kembali melanjutkan ucapannya. "Tadi, sudah saya jelaskan perihal efek samping positif dari obatnya. Kini, giliran efek negatifnya, Pak, Bu."

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang