🍁 34 | Kebenaran 🍁

19 6 19
                                    

"NAY mau bikin cilok!" putus Nay pada dirinya sendiri.

Gadis yang saat ini mengenakan celana kulot hitam sepanjang tiga perempat kaki beserta kaus putih pendek itu berlari ke arah dapur. Di perjalanan, ia mendapati Bi Asih yang tengah membawa sapu dan alat pel menuju ke lantai dua.

"Non Naysilla?" sapa Bi Asih.

Langkah kaki Nay terjeda saat itu juga. Kemudian, ditataplah Bi Asih dengan tatapan berbinarnya. "Bi Asih, Mamah sama Ayah mana?"

Bi Asih diam sejenak. Pikirannya tertuju pada ucapan Hana satu jam yang lalu. "Kami akan membicarakan perihal metode pengobatan Nay, Bi. Saya minta tolong supaya Nay jangan sampai datang ke halaman belakang, ya, Bi."

"Tuan dan Nyonya sedang  ... mhh ... mereka sedang ... mengobol dengan teman lama mereka. Katanya, jangan diganggu dulu."

Nay terdiam, alisnya berkerut tanda dirinya tengah berpikir keras. Bi Asih waswas di tempat, takut jika gadis 8tu curiga atas kebohongannya. Beberapa detik kemudian, Nay kembali berkata, "Oh, gitu. Kalau—"

Bi Asih meneguk saliva kala Nay menggantungkan ucapannya. "Ka-kalau apa, Non?"

"Kalau di dapur ada tepung tapioka enggak, Bi?"

Kini, giliran Bi Asih yang mengernyitkan dahi, bingung atas pertanyaan yang Nay lontarkan. Dia pun mengingat-ingat sebentar, lalu menjawab, "Ada, Non."

Nay tersenyum lebar. "Kalau tepung terigu?"

"Ada."

"Kornet?"

"Ad—eh, enggak ada."

"Yaaah." Nay menampakkan kekecewaannya. Namun, hal itu tak bertahan lama. "Kalau telur?"

"Ada, Non. Banyak."

"Bumbu pecel?"

"Ada juga."

"Mmmmm ...  kalau—" Ucapan Nay terjeda kala ia mengingat kembali bahan-bahan untuk membuat cilok dari video tutorial memasak cilok yang baru saja ditontonnya. "Kalau kecap, penyedap rasa, garam, panci, piring, garpu, sama sendok ada?"

Bu Asih melongo dibuatnya. Dia sama sekali tidak mengingat barang dan bahan pangan yang baru saja Nay tanyakan. Alih-alih menjawab, dia malah kembali bertanya, "Non mau buat apa?"

"Nay mau buat cilok. Nay mau buat sendiri, hanya sendirian. Bi Asih enggak boleh ngintip dan enggak boleh ada yang masuk ke dapur juga," jelas Nay dengan nada serius.

"Yakin enggak mau Bibi bantuin?" Bi Asih kembali bertanya karena rasa ketidakpercayaannya jika Nay akan sanggup memasak cilok sendiri. Pasalnya, terakhir kali saat gadis itu memasak telur goreng saja, telur beserta wajannya malah menjadi gosong.

"Yakin sejuta persen, Bi!"

Bi Asih hanya menganggukan kepalanya saja sambil tersenyum. "Ya sudah kalau begitu, Bibi mau lanjut beres-beres dulu, Non."

Nay mengacungkan jempolnya sebagai tanda persetujuan. Bi Asih pun langsung melengos pergi menaiki satu per satu anak tangga sembari menjinjing alat kebersihan di sisi kiri dan kanan tangannya.

Tak ingin menyia-nyiakan waktu lagi, Nay langsung berlari menuju ke arah dapur. Tangannya langsung meraih wadah plastik cukup besar yang akan ia gunakan untuk membuat adonan cilok. Kemudian, ia mengambil tepung terigu dan tepung tapioka dari rak atas.

"Duh, tadi takarannya berapa, ya?" tanya Nay kala ia menyadari bahwa dirinya lupa membawa ponselnya itu. "Ah, bodo amatlah. Yang penting tepung-tepungnya dikasih air, diaduk sampe kalis."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang