🍁 21 | Murka 🍁

44 53 18
                                    

"Sebenernya, lo itu pacar gue atau dia, Nay?"

-- Jo --


        "ADUH," ringis Nay kala keningnya menabrak punggung seorang lelaki berseragam batik yang bajunya sengaja dikeluarkan--berantakan dan tak mengikuti aturan sekolah mereka. Lelaki itu menoleh ke arah belakang, guna melihat serta memastikan, makhluk jenis apa yang baru saja menabraknya?

Nay mendongakkan kepalanya ragu. Bibirnya terasa kelu untuk berucap, "Kak Jo?"

Jo terkesiap, saat mendapati sang kekasih yang sedang balas menatapnya dengan tatapan keterkejutan alami khas gadis itu. Jo memperhatikan Nay intens dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Lelaki itu berdehem pelan. Dilihatnya masker yang menutupi bagian hidung hingga dagu gadis itu. Pikirannya kembali berputar pada kejadian kemarin malam, saat Nay sedang berlenggak-lenggok di tangga rumahnya yang berujung mencium lantai rumahnya dengan begitu mesra. Dalam hati ia berkata, Mungkin bibirnya bengkak.

Pandangan Jo mulai turun ke arah bawah, melihat kedua tangan Nay yang penuh dengan kotak makanan. Nay bawain gue makanan?

Lagi-lagi, netra Jo kembali menatap Nay lebih ke arah bawah lagi. Begitu terkejutnya ia kala mendapati Nay yang hanya mengenakan sebelah sepatunya saja. Sontak, hal tersebut sukses memicu gelak tawa spontantanitas yang jarang Jo tampakkan di hadapan siapa pun.

Merasa ditertawakan, Nay pun merengut. Bibirnya maju beberapa sentimeter, menciptakan kerutan di bagian maskernya. Walaupun Jo tak dapat melihat ekspresi wajahnya, kerutan di mata dan alisnya sudah cukup untuk mendeskripsikan kekesalan yang ia rasakan saat ini. "Jahat! Nay malah diketawain!"

Koridor lantai dua menjadi hening seketika. Beberapa orang yang berada di sana, langsung diam dan bungkam. Sebuah pemandangan langka saat mereka melihat sosok Jo yang terkenal 'bangor' itu tengah tertawa lepas bersama seorang Naysilla si gadis tomboy. Mereka tak sabar untuk 'menonton' drama apa yang akan terjadi di antara kedua manusia langganan ruang BK itu?

"Ututututu. Siapa yang jahat?" goda Jo sambil cengengesan.

"Kak Jo jahat!"

"Emang gue jahat," jawab Jo enteng. "Terus, kalo udah tau kalo gue itu jahat, kenapa mau pacaran sama gue?"

"Iiish!" desis Nay. "Udah, ah. Nay mau balik ke kelas aja!" Nay pun berbalik arah. Ia melangkahkan kakinya untuk kembali ke kelasnya. Namun, langkahnya terhenti kala Jo mencekal lengan bagian atasnya.

"Tunggu!" ucap Jo. "Siniin dulu makanan buat gue! Gue laper, belum makan dari semalem."

Mata Nay membulat sempurna. Jo melepaskan cekalan tangannya, lalu memegangi bagian perutnya dan mulai menampakkan ekspresi lapar di wajahnya. Air muka Nay menandakan kekhawatiran. Gadis itu bertanya, "Belum makan sejak semalem?"

Jo mengangguk lugu.

"Ya udah, makan dulu!" putus Nay sepihak.

Suara cuitan terdengar begitu saja. Kata 'cie' pun terlontar di mana-mana. Nay tak acuh. Tetapi, Jo merasa agak sedikit tertanggu. Ia pun menatap tajam ke setiap orang yang kini tengah menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian. Seketika, para siswi langsung menunduk mendapati tatapan itu. Dan para adik kelas lelakinya, langsung ngedumel dalam hati mereka masing-masing.

Koridor yang sebelumnya dipenuhi para siswa dan siswi itu, langsung lengang dalam hitungan beberap detik. Lebih tepatnya, mereka masuk ke kelas mereka untuk menonton drama antara Nay dan Jo di kaca ruang kelas mereka masing-masing.

Jo menghela napas. Ia tak ingin menciptakan masalah baru dengan memperlihatkan kemesraan dengan kekasihnya itu di hadapan semua orang, di sekolah mereka. Alasannya hanya satu, yaitu sebentar lagi akan ujian akhir semester. Ia tak ingin berulah lagi dan tentunya tak ingin menyebabkan sang bunda harus memenuhi panggilan dari pihak sekolahnya, entah yang ke berapa puluh kali.

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang