𝑪𝒊𝒏𝒄𝒊𝒏 𝒓𝒂𝒉𝒂𝒔𝒊𝒂

2.9K 362 2
                                    

Lorong temaram yang hanya di sinari oleh cahaya lampu dari beranda luar, mungkin beginilah seharunya dunia orang mati, tanpa suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lorong temaram yang hanya di sinari oleh cahaya lampu dari beranda luar, mungkin beginilah seharunya dunia orang mati, tanpa suara. Louisa menyeret selimut putih melangkah dengan kaki bergetar. Mulutnya mengembuskan napas beku. Hawa dingin ini sangat menyiksa meski dia harus berterima kasih setelah dibangunkan dari malam mengerikannya. Darah di dinding itu semua hanya mimpi.

Ada hal aneh di sini, seharusnya kondisi di dalam rumah ini tetap hangat dengan bantuan penghangat ruangan. Sendirian dalam keheningan membangkitkan pikiran suram, Julian mungkin akan tiba-tiba muncul seperti yang sudah pernah dia lakukan. Di depan pintu kamar sang majikan dia berhenti, tanganya terangkat dan mengetuk pintu kuat.

“Hentikan lelucon, konyol ini aku mohon!” Suara Louisa bergetar. “Julian aku mohon!”

“Bukan dia,” ucap Sam di balik tengkuk Louisa. Dia juga bergulung di dalam selimut.

“Bagaimana?” satu bulan Louisa dipermainkan di sini, tidak mudah baginya untuk percaya ini bukan perbuatan sang hantu.

“Pemanas ruangan bermasalah, aku sudah mengeceknya tadi.”

“Kau yakin ini  bukan ulah Julian?” Louisa menarik selimut lebih erat.

Sam mengangguk. “Dia ada di atap menghabiskan malamnya di sana.”

“Atap?” bola mata Louisa mengarah ke langit-langit. “Dia akan menjadi manusia es.”

“Hantu Louisa, dia tidak memiliki kulit,” Sam menekannya nada bicaranya. “Kita nyalakan tungku api saja, aku akan mengambil tambahan kayu agar api menyala sampai pagi.

Louisa mengikuti saja apa kata Sam. Baru kali ini dia mengingat kertas pemberian Theodore, baru kali ini berguna.

Hawa dingin ini membekukan telapak kaki Loisa, menghambat langkah mirip kukang tua menyeberangi jalan. Saat dia tiba di depan tungku ruang tengah, api sudah menyala dan Sam sudah membentangkan karpet tambahan.

Kehangatan api yang menari-nari di atas tumpukan kayu perlahan menghangatkan Louisa. sekilas dia menoleh pada Sam, lalu kembali.

“Lou, alismu bisa hangus,” tegur Sam. Tanganya terjulur menyentuh jidat Louisa lalu mendorongnya ke belakang perlahan.

“Sedang apa Julian di atas? Lari dari hawa rumah ini.”

“Dia hantu, Lou. Hawa dingin tidak akan membunuhnya dua kali!” Alis dan mulut Sam tertarik ke atas sesaat.

“Berapa usianya?” Usia Julian memang patut dipertanyakan, Merri Mason pernah mengatakannya memang dan dia sudah lupa.

“Sama sepertimu, tiga puluh tahun lalu.” Mata Sam terpaku pada tungku, dia memasukan kayu tambahan kemudian.

“Dia sebenarnya sudah tua kan?” Louisa menggerakkan jari mencoba mengalkulasikan usia Julian. “ Mirip dengan usia Ibuku.”

“Tentu saja.”

𝒯𝒽ℯ ℳ𝒶𝒾𝒹 𝒪𝒻 𝒢𝒽ℴ𝓈𝓉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang